I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

ABSTRAK HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG LENGAN PADA POPULASI DEWASA DI DENPASAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

I.PENDAHULUAN. tengkorak dan rahang berbeda. Pola tersebut sering kali dipengaruhi variasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik (non-eksperimental)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DAN TINGGI BADAN MAHASISWI SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PANJANG TULANG FEMUR DAPAT MENJADI PENENTU TINGGI BADAN PRIA DEWASA MUDA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membantu penyidik dalam memenuhi permintaan visum et repertum, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

I. PENDAHULUAN. Pemeriksaan identifikasi memegang peranan cukup penting dalam ilmu

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TELAPAK TANGAN TESIS ISMURRIZAL / IKF PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DENGAN TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BANJAR

Korelasi Antara Panjang Tulang Radius dengan Tinggi Badan pada Pria Dewasa. Correlation Between Long Bone Radius With In Male Adult Height

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

HUBUNGAN ANTARA PANJANG ULNA DENGAN JENIS KELAMIN DAN TINGGI BADAN

PROFIL KORBAN KASUS PEMERIKSAAN KERANGKA DI PROVINSI RIAU PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN BAWAH T E S I S REINHARD JOHN DEVISON /IKF PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal

Perkiraan Tinggi Badan Berdasar Panjang Telapak Kaki Pada Populasi Mongoloid Dewasa Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN ATAS

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara di dunia. Keadaan ini dapat berupa defisiensi makronutrien,

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

HUBUNGAN TINGGI BADAN DAN PANJANG ULNA PADA ETNIS SANGIHE DEWASA DI MADIDIR URE

KORELASI PANJANG RADIUS DENGAN TINGGI BADAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2010

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Parameter yang Diukur Pengambilan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan metode analitik korelatif, dengan pendekatan cross

BAB 1 PENDAHULUAN. Diantaranya adalah korban kriminalitas dan korban kecelakaan lalu lintas.

Perbandingan Korelasi Penentuan Tinggi Badan antara Metode Pengukuran Panjang Tibia Perkutaneus dan Panjang Telapak Kaki

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam,

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perhitungan indeks masa tubuh (IMT) pada pasien penyakit ginjal

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL. Dilihat dari sifatnya :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT kemudian dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

KORELASI ANTARA PANJANG TULANG RADIUS DENGAN TINGGI BADAN PADA PRIA DEWASA SUKU LAMPUNG DAN SUKU JAWA DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995)

PERBEDAAN PADA PROPORSI TUBUH ETNIS BALI DENGAN ETNIS MADURA DI SURABAYA Rini Linasari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. walaupun satu spesies, tetap bervariasi. Kenyataan ini mendorong orang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

PENENTUAN UMUR BERDASARKAN OBLITERASI SUTURA TESIS OLEH INDRA SYAKTI NASUTION / IKK PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

Gambar 1. Ayam Kampung Betina dan Ayam Kampung Jantan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia. Beberapa kasus tersebut antara lain kasus mutilasi di Malang dan Klaten pada bulan Februari, di Cianjur pada bulan Maret, di Bali pada bulan Juni, dan kasus di Riau yang ditangani cukup lama hingga terungkap di pertengahan tahun 2014 (Humas Polri, 2014). Pada kasus mutilasi, identifikasi forensik sangat penting dilakukan untuk menentukan identitas korban. Hal ini disebabkan jasad korban ditemukan dalam keadaan tidak utuh sehingga mempersulit proses identifikasi (Budiyanto, 1997). Identifikasi forensik adalah upaya pengenalan individu yang dilakukan berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang membedakannya dari individu lain. Proses ini mencakup korban hidup dan korban yang mati (Kusuma dan Yudianto, 2010). Salah satu cara identifikasi adalah dengan menggunakan antropometri. Metode ini dilakukan dengan mengukur bagian tubuh dalam usaha melakukan identifikasi. Bertillons memakai cara pengukuran berdasarkan pencatatan warna rambut, mata, warna kulit, bentuk hidung, telinga, dagu, tanda pada badan, tinggi badan, panjang dan lebar kepala, sidik jari, dan DNA (Amir, 2008).

2 Proses penentuan tinggi badan merupakan langkah utama dalam proses identifikasi ketika hanya sebagian tubuh saja yang ditemukan (Patel, 2007). Sejak ratusan tahun yang lalu penentuan tinggi badan berdasarkan panjang tulang panjang telah digunakan secara luas dalam kasus-kasus medikolegal (Sulijaya, 2013). Kalkulus digunakan pertama kali untuk menghubungkan antara tulang panjang dengan tinggi badan. Metode ini dilakukan pada tahun 1898 yaitu oleh Pearson K dan kawan-kawan (Mondal et al., 2012). Dalam melakukan pengukuran tinggi badan sebenarnya akan mudah dilakukan apabila potongan-potongan jenazah masih lengkap sehingga dapat disusun dan dilakukan pengukuran secara langsung. Namun masalah yang sering terjadi adalah hanya beberapa bagian tubuhnya saja yang ditemukan, misalnya bagian dari ekstrimitas tubuh. Apabila hanya sebagian tulang saja yang didapat, maka dengan mengukur panjang dari tulang panjang (humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula) dan memasukkannya ke dalam rumus, dapat diperoleh tinggi badannya. Terdapat beberapa rumus baku yang menggunakan panjang dari tulang panjang, seperti rumus Karl Pearson, Trotter dan Gleser, Dupertuis dan Hadden, juga rumus Antropologi Ragawi UGM (Kusuma dan Yudianto, 2010). Penggunaan rumus regresi linear untuk mengukur tinggi badan berdasarkan tulang panjang merupakan cara yang lebih cepat dan lebih akurat bila dilakukan pada suatu lingkup tertentu (Kusuma dan Yudianto, 2010). Tinggi badan merupakan salah satu ciri khas manusia yang memiliki variasi berbeda pada setiap individu. Perbedaan tinggi badan seseorang dipengaruhi beberapa

3 faktor seperti faktor genetik, diet, ras atau lingkungan (Mondal et al., 2012). Faktor-faktor non patologis yang mempengaruhi distribusi karakteristik antropometris antara lain: usia, jenis kelamin, dan daerah geografis (Sulijaya, 2013). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan secara umum ada dua faktor yaitu faktor internal (genetik dan jenis kelamin) dan faktor eksternal (lingkungan, gizi, obat-obatan dan penyakit) (Supariasa, 2002). A.L. kroeber membagi ras bangsa manusia ke dalam empat ras pokok, yaitu ras kaukasoid, ras mongoloid, ras negroid, dan ras australoid. Meskipun ras di Indonesia sebagian besar memiliki kesamaan, setiap suku yang ada memiliki ciri khas fisik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena sudah terjadi banyak persilangan antar ras yang ada (Koentjaraningrat, 1997). Penelitian tentang pengukuran tinggi badan berdasarkan tulang humerus merupakan penelitian yang masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Di Lampung pernah dilakukan penelitian di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran pada tahun 2008 oleh M. Mochtar Kuntoadi mengenai hubungan tinggi badan dengan tulang humerus pada wanita dewasa suku Lampung (Kuntoadi, 2008). Pada penelitian tersebut belum dilakukan penelitian pada jenis kelamin pria. Tulang panjang pada pria lebih masif dibandingkan dengan tulang wanita dengan perbandingan 100:90 (Kusuma dan Yudianto, 2010). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang korelasi antara panjang tulang humerus dengan tinggi badan pada pria suku Lampung dan suku Jawa di Desa Sukabumi,

4 karena dirasakan belum adanya penelitian di desa tersebut dan Desa Sukabumi memiliki mayoritas penduduk suku Lampung dan suku Jawa. I.2. Rumusan Masalah Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia namun identifikasi forensik masih sulit untuk dilakukan. Proses penentuan tinggi badan merupakan langkah utama dalam proses identifikasi ketika hanya sebagian tubuh saja yang ditemukan Terdapat beberapa rumus baku yang menggunakan panjang dari tulang panjang termasuk tulang humerus. Penelitian tentang pengukuran tinggi badan berdasarkan tulang humerus merupakan penelitian yang masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara panjang tulang humerus dengan tinggi badan pada pria suku Lampung dan suku Jawa yang akan dilakukan di Desa Sukabmi, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus. I.3. Tujuan I.3.1. Tujuan Umum Mengetahui korelasi antara panjang tulang humerus dengan tinggi badan pada pria dewasa pada beberapa suku bangsa di Desa Sukabumi, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus.

5 I.3.2. Tujuan Khusus a. Mampu menjelaskan korelasi antara panjang tulang humerus dengan tinggi badan pada pria dewasa suku Lampung di desa Sukabumi, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus. b. Mampu menjelaskan korelasi antara panjang tulang humerus dengan tinggi badan pada pria dewasa suku Jawa di desa Sukabumi, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus. I.4. Manfaat Penelitian Dari latar belakang dan tujuan diatas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat, yaitu: a. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pada bidang anatomi, forensik dan antropometri pada peneliti serta dapat menerapkan ilmunya. b. Bagi pembaca, diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan mengenai korelasi tulang humerus dengan tinggi badan. c. Bagi bidang ilmu kedokteran, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber data/referensi dalam antropometri ragawi Indonesia dan untuk mempermudah identifikasi mayat apabila ditemukannya potonganpotongan tubuh termasuk lengan bagian atas yang terdiri dari tulang humerus dan sususan lemak dan jaringan otot.

6 I.5. Kerangka Teori Tinggi badan merupakan salah satu ciri khas manusia yang memiliki variasi berbeda pada setiap individu (Mondal et al., 2012). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan secara umum ada dua faktor yaitu faktor internal (genetik dan jenis kelamin) dan faktor eksternal (lingkungan, gizi, obat-obatan dan penyakit) (Supariasa, 2002). Faktor Internal: Genetik Jenis Kelamin Pertumbuhan Tulang Faktor Eksternal: Lingkungan Gizi Obat-obatan penyakit Tinggi Badan Gambar 1. Kerangka Teori (Supariasa, 2002).

7 I.6. Kerangka Konsep Variabel Independen: Panjang tulang humerus Variabel terkendali: -Usia -Jenis Kelamin Variabel Dependen: Tinggi Badan Gambar 2. Kerangka Konsep. I.7. Hipotesis Terdapat korelasi positif antara panjang tulang humerus dengan tinggi badan pada pria dewasa suku Lampung dan suku Jawa.