BAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN SIKAP BULLYING SISWA KELAS V SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHALUAN. berbuat benar, berani memikul risiko, berdisiplin, sabar, sikap nalar sikap

Bab I Pendahuluan. Masa remaja merupakan masa paralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara, 1922).

ISLAM DAN TOLERANSI. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dengan manusia lainnya. Namun, pada era ketika zaman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

The Relations between Bullies and Academic Achievement in Adolescents Aged Years in Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dari Qs Al - Hujurat Ayat 11 Tentang Laa Yaskhar, La Talmizuu, La Tanaabazuu Bil Alqaabi

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

Bab 1 PENDAHULUAN. QS. Al-Baqarah ayat 282 berkenaan dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi:

Ilmu Al-Qur an. -Pengantar - Pengertian Pisau Analisis - Manthuq & Mafhum - Haqiqi & Majazi - Muthlaq & Muqayyad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memasuki tahap perkembangan dalam fase remaja. Menurut Santrock (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh kehidupan modern, wanita semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian menunjukkan bahwa rutinitas ibadah shalat wajib memiliki

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan tidak dapat diukur dengan uang ataupun harta kekayaan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

Sistem ekonomi suatu negara didasarkan atas seberapa jauh institusi kepemilikan, insentif dan pembuat keputusan mendasari semua aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk semakin meningkat setiap tahunnya. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pondasi utama yang dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. yang dikeluhkan oleh masyarakat (Pontonuwu dkk., 2013). Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

MANAJEMEN JATIDIRI ( MJ )

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

ISLAM IS THE BEST CHOICE

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB V PEMBAHASAN. ditentukan langkah-langkah tentang aspek-aspek mana yang memerlukan. Tabel 5.1

BAB V PEMBAHASAN. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahfud Junaedi. Ilmu Pendidikan Islam Filsafat dan pengembangan. (Semarang : Rasail. 2010).

Oleh: M. Taufik. N.T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

TAKWA DAN KEUTAMAANNYA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

Dari segi bahasa : menutupi atau mengingkari.

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN UNTUK ANAK DIFABEL (TUNAGRAHITA) DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. bekerja secara otomatis, terintegrasi, dan terkoordinasi sehingga dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

Al-Muhiith, Al-Wakiil dan Al-Fattaah

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS SISWA SMA MUHAMMADIYAH BANTUL SKRIPSI

Berkahilah untuk ku dalam segala sesuatu yang Engkau keruniakan. Lindungilah aku dari keburukannya sesuatu yang telah Engkau pastikan.

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

HHHC9401 KEMAHIRAN NILAI, SIKAP, ETIKA DAN PROFESIONALISME (SET 12) TAJUK: LAPORAN AKHIR VIDEO THE UNSUNG HERO DISEDIAKAN UNTUK:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

PENYERANGAN AMERIKA SERIKAT DAN SEKUTUNYA TERHADAP IRAK

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba seoptimal mungkin serta untuk memaksimalkan

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

BAB V PEMBAHASAN. pertama yaitu uji Box s M. Karena nilai sig hitung Box s M pada fixed factors

BAB I PENDAHULUAN. pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang. pentingnya pendidikan seperti pada ayat berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Dengan demikian, pembelajaran bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi menjadi kepulauan-kepulauan. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari sekolah, selain mengembangkan pribadinya. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. jalan bagi pertumbuhannya dalam segala aspek spritual, imajinatif (kreativitas),

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah

MASJID AL-MUHAJIRIN Taman Boston PURI SURYA JAYA

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa, 2008). Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di saat ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Wicaksana, 2008). Bullying dapat dibagi menjadi beberapa tipe tindakan yaitu, teasing (sindiran), exclusion (pengeluaran), physical (fisik) dan harassment (gangguan). Contoh dari teasing (sindiran) yaitu mengejek, menghina, melecehkan, meneriaki dan mengganggu korban melalui alat komunikasi. Exclusion (pengeluaran) berkaitan dengan mengucilkan korban secara sosial seperti mengeluarkan korban dari grup teman sebaya, tidak mengikutsertakan korban dalam percakapan dan tidak mengikutsertakan korban dalam permainan. Contoh dari physical (fisik) seperti memukul, menendang, menjambak, mendorong, mengganggu dan merusak barang milik korban. Harassment (gangguan) berkaitan dengan pernyataan yang bersifat mengganggu dan menyerang tentang masalah seksual, jenis kelamin, ras, agama dan kebangsaan (Field, 2007). Maka dari itu, bullying tidak hanya 1

2 sebatas kekerasan fisik yang kita lihat, tetapi juga termasuk kekerasan verbal seperti mengolok-olok dan memberi julukan yang tidak sepantasnya kepada orang lain. Pelaku bullying yang biasa disebut bully bisa seseorang atau bisa juga sekelompok orang. Pelaku bullying umumnya mempersepsikan dirinya memiliki power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Korban juga mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancam oleh bully (Djuwita, 2005). Kaltiala- Heino, dkk. (1999) dan Olweus (1993) (dalam Boyle, 2005) menyebutkan dampak negatif yang diterima pelaku bullying adalah pelaku akan sering terlibat dalam kenakalan remaja, penyalahgunaan alkohol dan zat, melakukan kekerasan di masa dewasa dan bisa menjadi pelaku kriminal. Pelaku lebih mungkin terlibat dalam vandalisme, mengutil, membolos, serta meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak dan remaja akan terlibat dalam perilaku anti sosial di masa dewasa (Olweus, 1993). Kasus bullying di Indonesia sering kali terjadi di institusi pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak, tahun 2011 menjadi tahun dengan tingkat kasus bullying tertinggi di lingkungan sekolah yaitu sebanyak 339 kasus kekerasan dan 82 diantaranya meninggal dunia (Komnas PA, 2011). Bullying merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada remaja sekolah yang dilakukan atas nama senioritas. Namun, kasus ini masih kurang mendapat perhatian karena seringkali dianggap sebagai hal yang biasa terjadi

3 di sekolah. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil penelitian LSM Sejiwa terhadap lebih dari 1.300 orang pelajar dan guru di Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta menunjukkan bahwa di setiap sekolah pasti ada kasus bullying mulai dari yang ringan hingga berat (Sejiwa, 2008). Hasil survei yang dilakukan oleh yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa, 2008) dalam workshop anti bullying yang dihadiri oleh lebih kurang 250 peserta menemukan 94,9% peserta menyatakan bullying memang terjadi di Indonesia. Perilaku bullying di sekolah dapat menghambat kemajuan siswa untuk menjalankan pembelajaran yang kondusif dan berpengaruh terhadap kemampuan akademis dan sosial siswa. Secara psikologis, perilaku bullying dapat menimbulkan gejala psikosomatis, yaitu korban merasa rendah diri, kurang rasa percaya diri, tidak berharga, merasa takut, kesepian dan memiliki resiko depresi yang lebih besar. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Indonesia, didapatkan kesimpulan bahwa perilaku bullying di sekolah diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah karena perilaku bullying menghambat kemajuan siswa untuk menjalankan pembelajaran. Agama Islam sendiri melarang tindak bullying atau kekerasan, seperti yang tertera pada surat Al-Hujurat ayat 11 yang bunyinya seperti berikut: ي ب أ ي ه ب ال ذ يي آه ىا ل ي س خ ر ق ى م ه ي ق ى م ع س ى أ ى ي ك ى ىا خ ي ر ا ه ه ن و ل س بء ه ي س بء ع س ى أ ى ي ك ي خ ي ر ا ه ه ي و ل ت ل و ز وا أ ف س ك ن و ل ت بث ز وا ث ب ل ل ق بة ث ئ س ا ل س ن ال ف س ىق ث ع د ا ل يو بى و ه ي ل ن ي ت ت ف أ ول ئ ك ه ن الظ بل و ىى

4 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting untuk dicapai oleh siswa dalam suatu pembelajaran. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam suatu proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport. Siswa diharapkan untuk mencapai suatu prestasi belajar yang baik sebagai bukti dari suatu keberhasilan belajar. Namun, pada kenyataannya tidak semua siswa mampu mencapai suatu prestasi belajar yang baik karena terdapat banyak kendala yang dihadapi oleh siswa (Dwipayanti dan Indrawati, 2014). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, diketahui bahwa terdapat kaitan erat antara perilaku bullying dengan prestasi belajar. Selain itu, penelitian tentang bullying di Indonesia masih tergolong kurang, khususnya tentang pelaku bullying karena penelitian selama ini lebih banyak berfokus kepada korban bullying. Perilaku bullying sering terjadi pada remaja sekolah, salah satunya siswa SMP. Oleh karena itu, dilakukukan

5 penelitian tentang hubungan antara pelaku bullying dengan prestasi belajar pada remaja usia 12-15 tahun di SMP Negeri 15 Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara pelaku bullying dengan prestasi belajar pada remaja usia 12-15 tahun? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pelaku bullying dengan prestasi belajar terutama pada remaja usia 12-15 tahun. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Bagi ilmu kedokteran, dapat digunakan sebagai referensi tentang bullying. 2. Bagi pihak sekolah, dapat memberikan informasi tentang tindakan bullying sehingga pihak sekolah dapat menciptakan suasana yang kondusif saat proses belajar-mengajar untuk mengurangi tindakan bullying di sekolah. 3. Bagi orang tua, dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui dampak tindakan bullying pada anak sehingga nantinya orang tua dapat mendengarkan keluh kesah yang dialami anak serta melaporkan tindakan bullying kepada pihak sekolah agar tindakan bullying tersebut tidak berkelanjutan.

6 4. Bagi siswa, sebagai informasi tentang bahaya yang ditimbulkan oleh perilaku bullying sehingga baik pelaku maupun korban bullying dapat menghentikan maupun mengatasi perbuatan bullying. E. Keaslian Penelitian Sebelumnya sudah ada beberapa penelitian tentang bullying yang sudah diterbitkan. Pada tahun 2011, Jaana Juvonen, Yueyan Wang dan Guadalupe Espinoza dari University of California melakukan penelitian Bullying Experiences and Compromised Academic Performance Across Middle School Grades, yang bertujuan untuk menguji apakah pengalaman bullying berhubungan dengan nilai akademis yang rendah pada siswa sekolah menengah. Penelitian tersebut menggunakan studi longitudinal pada 2300 siswa kelas 6 dari 11 sekolah yang berbeda. Hasilnya adalah ditemukan adanya hubungan yang konsisten antara kejadian bullying dengan nilai akademis yang rendah pada siswa sekolah menengah. Persamaannya dengan penelitian penulis adalah pada penelitian tersebut juga meneliti tentang hubungan bullying dengan prestasi belajar di sekolah. Sedangkan, perbedaannya adalah pada penelitian tersebut kuesioner tidak hanya diberikan pada siswa, tetapi para guru juga diwajibkan untuk mengisi kuesioner tentang kualitas belajar siswa di kelasnya. Pada tahun 2013, Robin M. Kowalski, Ph.D. dan Susan P. Limber, Ph.D. dari Clemson University, South Carolina melakukan penelitian Psychological, Physical, and Academic Correlates of Cyberbullying and Traditional Bullying. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

7 hubungan antara psikologis, fisik dan akademis dengan cyberbullying dan tradisional bullying. Selain itu, penelitian tersebut juga membandingkan hasil penelitian dari cyberbullying dan tradisional bullying. Untuk mendapatkan data penelitian, peneliti melakukan survei dengan membagikan kuesioner pada 931 siswa kelas 6 sampai kelas 12, kemudian kuesioner tersebut diisi sendiri oleh siswa. Hasil dari penelitian adalah bully-victim memiliki skor negatif terbanyak pada ketiga aspek (psikologis, fisik, dan akademis). Pada penelitian tersebut, disebutkan bahwa keterbatasan pada penelitian tersebut adalah tidak bisa menyimpulkan secara pasti bahwa pengalaman siswa terhadap cyberbullying maupun tradisional bullying dapat menyebabkan masalah psikologis, fisik dan akademis. Persamaannya dengan penelitian penulis adalah pada penelitian tersebut juga meneliti tentang hubungan bullying dengan prestasi belajar di sekolah. Sedangkan, perbedaannya adalah penelitian tersebut juga meneliti tentang hubungan psikologis dan fisik sehingga tidak terfokus pada prestasi belajar. Selain itu, pada penelitian tersebut meneliti semua pihak yang terlibat dalam perilaku bullying (bully, victim, bully-victim), sedangkan pada penelitian ini terfokus pada pelaku bullying. Pada tahun 2014 dilakukan penelitian oleh Ida Ayu Surya Dwipayanti dan Komang Rahayu Indrawati dari Universitas Udayana tentang Hubungan Antara Tindakan Bullying dengan Prestasi Belajar Anak Korban Bullying pada Tingkat Sekolah Dasar. Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode cluster sampling dalam

8 pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara tindakan bullying dengan prestasi belajar anak korban bullying pada tingkat sekolah dasar. Persamaannya dengan penelitian penulis adalah pada penelitian tersebut juga meneliti tentang hubungan bullying dengan prestasi belajar di sekolah. Perbedaannya adalah penelitian tersebut dilakukan pada tingkat sekolah dasar dan terfokus pada korban bullying, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada siswa sekolah menengah pertama dan terfokus pada pelaku bullying.