PERTEMUAN 15: PENYELESAIAN HUKUM. B. URAIAN MATERI Tujuan Pembelajaran 15: Menjelaskan upaya hukum untuk penyelesaian investigasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melibatkan pemeriksaan investigatif oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

PERTEMUAN 13: TAHAPAN AUDIT INVESTIGASI

PERTEMUAN 11: BUKTI AUDIT INVESTIGASI

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

DAFTAR TABEL. 1. Tabel 1.1 Kegiatan dan Jadwal Rencana Penelitian Tabel 2.1 Perbedaan Audit Laporan Keuangan dengan. Audit Investigatif...

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

RAHASIA KEDOKTERAN. Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (

BAB 1 INTRODUKSI. riset, problem riset, pertanyaan riset, motivasi riset, tujuan riset, kontribusi riset,

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

ALUR PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

Bagian Kedua Penyidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

Program Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

Isliko Tersangka Dana Bansos Rp 4 Miliar Lebih

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

Oleh : Agustina Arumsari, Ak, CFE, CFr.A, CA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

PERAN AHLI K3 KONSTRUKSI SEBAGAI SAKSI AHLI. OLEH Ir. PRIJONO WIRYODININGRAT, MM, CSP DEPARTEMEN LITBANG ASOSIASI AHLI K3 KONSTRUKSI INDONESIA

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

HUKUM ACARA PIDANA. Welin Kusuma

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu lembaga negara yang ada di Indonesia adalah Badan Pemeriksa

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi kekacauan-kekacauan,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

Transkripsi:

PERTEMUAN 15: PENYELESAIAN HUKUM A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penyelesaian hukum.melalui makalah ini, anda harus mampu: 15.1 Memahami upaya hukum untuk penyelesaian investigasi 15.2 Mengetahui peran auditor dalam peradilan putusan pengadilan B. URAIAN MATERI Tujuan Pembelajaran 15: Menjelaskan upaya hukum untuk penyelesaian investigasi Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa audit investigasi dilaksanakan karena adanya salah satu dari sumber informasi audit. Audit investigasi memperjelas dan mengungkap indikasi kecurangan secara lengkap. Audit investigasi berkaitan dengan proses penyelesaian hukum sampai dengan pengadilan. Setiap orang yang dipanggil secara sah untuk memberikan keterangan sebagai saksi maupun sebagai ahli) wajib untuk memenuhinya. Namun demikian tidak dengan sendirinya seseorang yang memberi keterangan di persidangan bebas untuk menerangkan apapun, melainkan harus tetap berpegang pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena terhadapnya ada potensi untuk dapat dikenakan sanksi maupun tuntutan hukum. 1. Tuntutan Pidana a. Seorang auditor fraud, baik dalam kedudukannya sebagai saksi maupun sebagai ahli, sebelum memberikan keteranganwajib mengangkat sumpah atau janji terlebih dahulu. Dengan demikian diharapkan ia tidak akan memberikan keterangan yang tidak benar, karena dalam sumpah/janjinya tersebut auditor akan menerangkan yang sebenarnya dan tidak lain dari yang 81

sebenarnya sebagai saksi), atau menerangkan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki (apabila sebagai ahli). Apabila ternyata keterangan yang diberikan di persidangan tidak benar, maka ada kemungkinan ia dapat dituntut berdasarkan pasal keterangan yang tidak benar (sumpah palsu). b. Jika ternyata keterangan yang diberikan merupakan fitnah, maka terhadap auditor tersebut dapat diancam pidana berdasarkan pasal 317 KUHP (penistaan). c. Selain kedua ancaman tersebut, tidak tertutup kemungkinan ancaman pidana berdasarkan pasal 322 KUHP (membuka rahasia) jika ternyata auditor dengan sengaja tidak mengindahkan adanya pasal KUHAP atau pasal 145 Ayat (3) HIR (mengenai pengunduran diri dari kewajiban sebagai saksi atau ahli karena jabatan, martabat ataupun kewajiban untuk menyimpan rahasia). Dalam hal terjadi perbedaan mengenai kesimpulan atas suatu hasil audit yang tercantum dalam Laporan Hasil Audit, yang diajukan sebagai alat bukti surat oleh penuntut umum, dengan Keterangan Ahli Audit Kecurangan dipersidangan, maka hakim ketua sidang yang akan memberikan penilaian atas kekuatan pembuktian kedua jenis alat bukti tersebut, yang akan dipergunakan olehnya sebagai dasar untuk mengambil keputusan (vonis). 2. Tuntutan Perdata a. Selain ada kemungkinan dituntut secara pidana, terbuka pula kemungkinan bagi auditor untuk dituntut secara perdata berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata (perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian pihak lain). b. Tuntutan secara perdata terhadap auditor dapat diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan, baik secara bersamaan atau terpisah dengan pengajuan tuntutan secara pidana. 82

Tujuan Pembelajaran12.1: Menjelaskan peran auditor dalam putusan peradilan pengadilan Selain hal-hal di atas ada juga titik rawan bagi auditor yang menyebabkan timbulnya potensi untuk dituntut atau digugat. Hal-hal ini dapat ditemukan pada praktik persidangan yang telah terjadi, antara lain: a. Terdapat pertentangan kepentingan (conflicts of interest) pada diri auditor, sehingga ia tidak dapat bertindak independen. b. Kurang persiapan untuk tampil di depan sidang, sehingga memengaruhi penampilan yang dapat berakibat melupakan apa yang boleh ataupun tidak boleh dilakukan dalam sidang tersebut. c. Dalam pemeriksaan silang di pengadilan sering terjadi: 1) Kekurang-akuratan dalam membaca. 2) Terlalu memroteksi diri. 3) Pertentangan dengan pernyataan sebelumnya. 4) Menyampaikan informasi baru. 5) Terpengaruh oleh teori-teori yang diajukan lawan. 6) Menyatakan dugaan-dugaan karena terlalu berprasangka. Sehingga melemahkan kesaksian yang diberikan dan membuka peluang untuk dituntut atau digugat. Undang-undang hukum acara pidana (uu.nomor 8 tahun 1981) mengatur tahapan hukum acara pidana untuk investigasi sebagai berikut: 1. Penyelidikan 2. Penyidikan 3. Penuntutan 4. Pemeriksaan di siding pengadilan 5. Putusan pengadilan 6. Upaya hukum 7. Pelaksanaan putusan pengadilan 8. Pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan Keterangan ahliadalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentanghal yang diperlukan untuk membuat 83

terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Auditor investigatif pada APIP perlu menguasai ilmu akuntansi dan auditing, khususnya bidang investigatif serta pandai dan mahir dalam menerapkan ilmu tersebut dalam bidang dan pekerjaan yang terkait dengan ilmu tersebut sehingga dapat dinyatakan sebagai seorang ahli dan dapat dipanggil untuk memberikan keterangan ahli di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana korupsi. Pemberi ketrangan ahli harus memiliki kualifikasi tertentu yang telah ditetapkan dan memiliki surat permintaan dari penyidik untuk menjadi pemberi keterangan ahli, sehingga secara formal memenuhi syarat. Salah satu peran auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam perkara tindak pidana korupsi (Tipikor) adalah peran sebagai pemberi keterangan ahli yang merupakan salah satu jenis alat bukti (sesuai KUHAP pasal 184). Auditor merupakan seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing, sehingga keahliannya dapat dipandang sebagai suatu alat bukti dengan melakukan pemberian keterangan ahli di sidang pengadilan tindak pidana korupsi. Pasal 1 butir 28 KUHAP menyatakan bahwa keterangan ahli merupakan keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan suatu pemeriksaan. Seorang auditor yang ditugaskan sebagai pemberi keterangan ahli, walaupun bukan seorang ahli dalam ilmu hukum, hendaknya perlu memahami ketentuan-ketentuan hukum yang terkait dengan pemberian keterangan ahli. Beberapa ketentuan hukum yang perlu dipahami oleh auditor adalah ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Keterangan ahli sebagai salah satu alat bukti diatur dalam pasal 184 KUHAP yang menyatakan bahwa alat bukti yang sah ialah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa. Pengertian Keterangan Ahli, Pemberi Keterangan Ahli dan Bentuk Keterangan Ahli selanjutkan akan dijelaskan sebagai berikut. 84

a. Pengertian Keterangan Ahli Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan (KUHAP Pasal 1 ayat 28). b. Pemberi Keterangan Ahli Pengertian pemberi keterangan ahli adalahorang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentangsuatuperkarapidanayangiamempunyaikeahlian khusus tentangnya. Sebagai orang yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan suatu pemeriksaan, sehingga auditor investigatif pada APIP adalah orang yang menguasai ilmu akuntansi dan auditing khususnya bidang investigatif serta pandai dan mahir dalam menerapkan ilmu tersebut dalam bidang dan pekerjaan yang terkait dengan ilmu tersebut dapat dinyatakan sebagai seorang ahli dan dapat dipanggil untuk memberikan keterangan ahli baik di sidang pengadilan dalam perkara pidana. 3. Bentuk keterangan ahli Bentuk keterangan ahli dapat dibedakan dalam 2 hal yaitu: a. Laporan dengan mengingat sumpah jabatan. Keterangan ahli dapat diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah diwaktu pemberi keterangan ahli menerima jabatan atau pekerjaan (penjelasan Pasal 186 KUHAP). b. Keterangan langsung secara lisan di sidang pengadilan. Keterangan ahli juga dapat diberikan pada waktu pemeriksaan di sidang pengadilan. Pemberian keterangan di sidang pengadilan tersebut diberikan setelah pemberi keterangan ahli mengucapkan sumpah atau janji di hadapan hakim, selanjutnya dicatat dan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan (penjelasan Pasal 186 KUHAP). 85

Persyaratan menjadi pemberi keterangan ahli Pemberi keterangan ahli di sidang pengadilan pada perkara tindak pidana korupsi, biasanya diberikan oleh orang yang ahli dalam bidang audit investigatif. Ahli tersebut setidak-tidaknya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut: a. Memahami sistem dan issues keuangan, akuntansi keuangan, auditing dan sebagainya. b. Kemampuan membangun hypotesa, mengumpulkan informasi, menganalisis dan memilah bukti. c. Pengetahuan tentang bukti yang relevan, mencukupi, cara memperoleh, menyimpan dan menyajikan bukti di peradilan. d. Dokumen/informasi keuangan dapat merupakan alat bukti, oleh karena itu harus dipahami dan diinterpretasikan secara tepat. e. Harus mampu menyajikan temuan dengan alur pikir yg jelas, obyektif, independen, sehingga dapat mendudukkan masalah secara proporsional. Biasanya persyaratan tersebut ditandai adanya sertifikat pernah mengikuti diklat audit investigatif atau audit forensic. Persiapan Pemberian Keterangan Ahli Pemberi Keterangan Ahli harus mempersiapkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Surat Permintaan Keterangan Ahli dari Instansi Penyidik Surat permintaan dari instansi penyidik atau pengadilan merupakan dasar seorang auditor investigatif memberikan keterangan ahli. 2. Pengumpulan Dokumen / Kertas Kerja Audit Sebelum memberikan keterangan ahli baik dalam proses penyidikan maupun kehadiran di pengadilan, ahli harus memastikan bahwa semua bukti/dokumen telah tersedia dan siap digunakan 3. Simulasi /Latihan Kegiatan (Dry Run) Bila auditor akan memberikan keterangan ahli di pengadilan, sebaiknya dilakukan dry run (latihan kegiatan) bersama, dengan melakukan simulasi menyerupai suasana persidangan di Pengadilan yaitu ada hakim, 86

jaksa penuntut umum, terdakwa, penasehat hukum dengan menerima beragam pertanyaan sehingga tidak grogi dalam persidangan sebenarnya. 4. Memfokuskan pada Keahlian Profesi sebagai Auditor Sasaran pemberian keterangan ahli adalah memberikan pendapat berdasarkan keahlian profesi auditor dalam suatu kasus yang menurut pihak penyidik telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana korupsi dan/atau perdata untuk membuat terang suatu peristiwa bagi penyidik dan/atau hakim. 87

LATIHAN SOAL 1. Mengapa audit investigasi berkaitan erat dengan penyelesaian hukum di pengadilan. 2. Sebutkan kualifikasi yang harus dimiliki oleh pemberi keterangan ahli di persidangan 3. Apa saja yang harus dipersiapkan oleh pemberi keterengan ahli di persidangan 4. Jika terjadi perbedaan dalam laporan hasil audit atas kecurangan dengan keterangan saksi ahli dipersidangan, apa yang sebaiknya dilakukan oleh hakim? 88