Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol

dokumen-dokumen yang mirip
Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

SIFAT FISIKO-KIMIA AGAR-AGAR DARI RUMPUT LAUT Gracilaria chilensis YANG DIEKSTRAK DENGAN JUMLAH AIR BERBEDA

III. METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2016

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Bab III Pelaksanaan Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. A. Pemanfaatan Rumput Ilalang Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi.

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB 3 METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

III. METODE PENELITIAN

METODE. Materi. Rancangan

3 Metodologi penelitian

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

Bab III Metodologi Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

METODE. Waktu dan Tempat

3. METODOLOGI PENELITIAN

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

EKSTRAK Na-ALGINAT SEBAGAI EDIBLE COATING TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

III. METODE PENELITIAN

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 bertempat di Waduk Batu Tegi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Kandungan Na-Alginat dari Rumput Laut Padina sp. Menggunakan Konsentrasi Kalium Hidroksida yang Berbeda

Pengaruh Perendaman Larutan KOH dan NaOH Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Sargassum polycycstum C.A. Agardh

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

REKRISTALISASI REKRISTALISASI

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air. 2. Prosedur analisis kadar serat kasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

Transkripsi:

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol Heri Purwoto ), Siti Gustini ) dan Sri Istini ),) BPP Teknologi, Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta ) Institut Pertanian Bogor, Bogor e-mail: prwt@telkom.net Abstrak Agar-agar berbentuk bubuk dan berwarna putih merupakan ekstrak alga merah jenis Gracilaria dan Gelidium. Struktur utama agar-agar terdiri dari dua komponen utama yaitu agarosa dan agaropektin. Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan agarosa berdasarkan sifat kelarutannya dengan menggunakan pelarut organik propilen glikol dan isopropanol untuk mengendapkan agarosa. Parameter yang digunakan adalah perlakuan suhu dan penambahan bahan aditif berupa aquades atau amonium clorida untuk proses isolasi agarosa. Mutu agarose ditentukan dengan mengukur kadar abu, kadar sulfat dan kekuatan gel agarosa. Secara deskriptif perlakuan suhu 5 o C menghasilkan mutu agarosa yang lebih baik dengan penambahan aquades dibandingkan dengan penambahan amonium clorida. Sedangkan secara statistik perlakuan suhu 5 o C tanpa penambahan aquades atau amonium clorida adalah perlakuan terbaik dengan memberikan hasil yang tinggi pada rendemen yaitu sekitar 88 % dan kekuatan gel 9 g/cm, sedangkan kadar sulfat memberikan hasil yang cukup rendah yaitu,8 %. Kata kunci: Agar-agar, Agarosa, Propilen glikol.. Pendahuluan Agar-agar merupakan senyawa polisakarida yang merupakan ekstrak dari beberapa jenis alga merah seperti: Gracilaria dan Gelidium. Struktur agar-agar terdiri dari dua komponen utama yaitu: agarose dan agaropektin dalam jumlah yang bervariasi (Glicksman, 98). Agarose merupakan komponen pembentuk gel yang netral dan tidak mengandung sulfat (Furia 975), sedangkan agaropektin adalah polisakarida sulfat yang tersusun dari agarose dengan variasi ester sulfat, adam D-glukoronat dan sejumlah kecil asam piruvirat (Peterson dan Johnson, 978). Agarose dikenal sebagai fraksi pembentuk gel dari agar-agar karena sifat-sifat yang dihasilkannya mendekati sifat-sifat gel ideal, yaitu mengandung kadar abu dan kadar sulfat yang rendah serta memiliki kekuatan gel yang tinggi pada konsentrasi rendah (Provonchee dan Richard, 987). Selain itu agarose sebagai produk lanjut agar-agar dengan nilai jual yang tinggi dibanding produk-produk isolasi rumput laut lainnya. Pemanfatan agarose sebagian besar digunakan dalam bidang bioteknologi, antara lain dalam proses elektroforesis, kultur mikroorganisme, imunologi, kromatografi dan teknik imobilisasi. Pemisahan agarose dari agaropektin ada berberapa cara, salah satunya adalah berdasarkan sifat kelarutannya, seperti dilakukan oleh Russel, Mead dan Polson dengan menggunakan polietilen glikol. Polietilen glikol berinteraksi dengan larutan yang mengandung agarosa tidak murni pada suhu tinggi untuk mengendapkan produk agarose murni. Penelitian ini perlu disempurnakan untuk mendapatkan agarose dengan kemurnian tinggi. Untuk itulah dilakukan modifikasi dengan menggunakan propilen glikol untuk mengendapan agarose di dalam campuran larutan propilen glikol dan propanol.. Bahan dan Metoda Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung agar-agar grade hasil ekstraksi dari Gracilaria sp. yang berasal dari PT Agarindo Bogatama. Peralatan yang dipakai yaitu: hot plate, termometer, magnetic stirrer, saringan vakum, kain saring, oven, spektrofotometer, dll. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah modifikasi dari provonchee dan Richard (99) dengan perlakuan penambahan aquades dan penambahan NH 4 Cl atau tanpa penambahan keduanya. Selanjutnya masingmasing bahan aditif tersebut disebut sebagai faktor B = akuades, B = NH 4 Cl dan B = tanpa akuades dan

NH 4 Cl. Sedangkan variabel suhu pemanasan dilakukan dengan tiga variabel yaitu 8 o C, 5 o C dan 5 o C, atau disebut sebagai faktor suhu A untuk A = 8 o C, A = 5 o C dan A = 5 o C. Pemurniannya agarose dilakukan dengan menambahkan aquades, NH 4 Cl 8,4 %, atau tanpa penambahan aquades dan NH 4 Cl, pada g tepung agar-agar kemudian dilarutkan ke dalam liter propilen glikol. Larutan dipanaskan dengan variabel suhu 8 o C, 5 o C atau 5 o C sambil dilakukan pengadukan dengan stirer. Larutan didinginkan sampai suhu 7 o C kemudian ditambahkan liter isopropanol sambil diaduk sampai larutan tersebut menjadi homogen. Larutan didinginkan sampai suhu kamar kemudian diendapkan selama malam agar terjadi pengendapan sempurna. Endapan dipisahkan dengan melakukan penyaringan, kemudian direndam dalam isopropanol 5 ml selama jam. Endapan yang diperoleh dikeringkan dalam oven, setelah kering dilakukan proses penghalusan, untuk memperoleh tepung agarose yang halus... Hasil Penelitian... Analisa deskriptif. Hasil dan Pembahasan Dari proses pemurnian agar-agar diperoleh ekstrak dengan rendemen berkisar antara 69, % ~ 88,8 %, kadar abu sekitar,7 % ~, % dan kekuatan gel sekitar 59 g/cm ~ 977 g/cm. Hasil analisa agorose secara rinci dapat dilihat dalam berikut: Tabel. Hasil analisa deskriptif agarose Perlakuan Rendemen Kadar Kadar % abu % sulfat Agar-agar,56,5 65 A B 77,6,5, 94 A B 69,,8,76 977 A B 7,,9,9 866 A B A B A B A B A B A B 74, 77, 8,9 76,5 8,9 88,8,4,,7,4,47,8,5,7,4,6,8,8 Kekuatan gel 64 99 59 5 89 9 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perlakuan penambahan akuades, NH 4 Cl atau tanpa penambahan keduanya, yang memberikan kekuatan gel tertinggi ternyata dilakukan dengan penambahan akuades baik pada suhu 8 o C maupun 5 o C. Sedangkan pada suhu 5 o C perlakuan terbaik untuk mendapatkan kekuatan gel yang tinggi dilakukan tanpa penambahan akuades maupun NH 4 Cl. Pada tabel tampak bahwa perlakuan suhu 5 O C dengan perlakuan penambahan akuades menghasilkan kekuatan gel tertinggi dengan kadar sulfat terendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Cho et. al. (975) yang menyatakan adanya hubungan terbalik antara kadar sulfat dengan kekuatan gel, yaitu dengan menurunnya kadar sulfat akan menyebabkan peningkatan kekuatan gel. Hal ini disebabkan pada penambahan akuades pada suhu 5 o C dapat mempermudah pemisahan agarosa dengan agaropektin oleh propilen glikol karena dengan penambahan akuades berarti konsentrasi sol agar-agar menjadi lebih besar sehingga ikatan polimer antara agarosa dan agaropektin menjadi lemah dan mudah terputus dengan adanya panas. Dari segi efisiensi proses yang terbaik untuk menghasilkan agarosa, maka dari perlakuan tersebut diatas perlakuan interaksi suhu 4 o C dengan penambahan akuades dapat dikatakan sebagai perlakuan terbaik karena selain dihasilkan kekuatan gel yang dtinggi, kadar sulfatnya juga lebih rendah dari pada perlakuan lainnya. Gambar menunjukkan pengaruh suhu terhadap rendemen agarosa yang dihasilkan. Semakin tinggi suhu terlihat bahwa rendemen agarosa yang dihasilkan semakin meningkat untuk penambahan aditif dan tanpa penambahan, sedangkan pada penambahan aditif akuades menunjukkan penurunan rendemen.

... Kadar abu Rendemen (%) 8 6 4 Gambar. Pengaruh suhu terhadap rendemen agarosa Kadar abu merupakan garam anorganik yang terdapat dalam agar-agar setelah proses produksi. Kadar abu dari agarosa yang dihasilkan harus mempunyai kadar yang rendah. Menurut Chapman dan Chapman (98) kadar abu agarosa sebaiknya berkisar antara,4 ~,6 %. Gambar menunjukkan pengaruh suhu terhadap kadar abu dari agarosa hasil purifikasi. Kadar Abu (%) Gambar. Pengaruh suhu terhadap kadar abu Dari hasil analisa keragaman ternyata perlakuan suhu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar abu agarose yang dihasilkan. Kadar abu merupakan sisa pembakaran karbohidrat maupun mineral yang terkandung dalam bahan baku rumput laut seperti Na, Ca, Cl, Mg, Fe, S (Winarno, 99). Mineral akan terbakar dalam proses pengabuan sehingga dapat dikatakan bahwa kadar abu agarose yang dihasilkan tergantung pada kondisi awal tepung agar-agar sebelum diolah. Hal ini seperti ditunjukkan pada tabel dimana kadar abu yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh perlakuan suhu karena penggunaan bahan baku tepung agar-agar yang sama.... Kadar Sulfat Salah satu indikator agarose adalah kandungan kadar sulfat yang rendah. Chapman dan Chapman (98) menyatakan bahwa kadar sulfat dalam agarose berkisar antara,,4 %, sedangkan menurut Guiseley dan

Renn (975) kadar sulfat sampai,7 % masih dapat diterima. Jadi dalam pemisahan agarose diupayakan untuk menekan kadar sulfat sampai serendah-rendahnya. Hasil analisa kadar sulfat dilihat pada gambar berikut ini: Kadar Sulfat (%) Gambar. Pengaruh suhu terhadap kadar sulfat Dari hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa perlakuan suhu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar sulfat agarosa yang dihasilkan. Hal ini diduga bahwa kadar sulfat yang dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan mineral bahan baku, perbedaan jenis dan asal rumput laut serat umur panennya. Dalam penelitian ini digunakan agar-agar yang sama sehingga kadar sulfat yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh perlakuan suhu...4. Kekuatan gel Kekuatan gel merupakan suatu beban maksimum yang dibutuhkan untuk memecah matrik polimer pada daerah yang dibebani (Whyte dan Englar, 98). Kekuatan gel yang tinggi merupakan salah satu kriteri yang penting sehubngan dengan penggunaan agarose dalam bidang bioteknologi. Hasil pengukuran kekuatan gel dapat dilihat dalam gambar berikut ini: Kekuatan gel (g/cm ) 8 4 Gambar 4. Pengaruh suhu terhadap kekuatan gel 4

Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa perlakuan suhu memberikan pengaruh yang nyata terhadap kekuatan gel agarosa. Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan suhu 5 o C memebrikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan pada suhu lainnya. Hal ini diduga pada suhu 5 o C ikatan agarosa dan agaropektin telah terputus tetapi pada suhu 5 o C agaropektin yang telah terikat dengan propilen glikol terputus dan ikut mengendap bersama endapan agarosa yang dihasilkan. 4. Kesimpulan Perlakuan suhu tidak memberikan pengaruh pengaruh yang nyata terhadap kadar abu dan kadar sulfat agarosa yang dihasilkan, tetapi memberikan pengaruh yang nyata terhadap kekuatan gel. Tetapi apabila perlakuan suhu diinteraksikan dengan penambahan bahan aditif tertentu maka interaksi perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar abu maupun kadar sulfat dari agarosa yang dihasilkan. Penambahan akuades, dan interaksinya dengan suhu memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar abu, kadar sulfat, dan kekuatan gel agarosa yang dihasilkan. Penambahan akuades dalam proses isolasi memberikan mutu agarosa yang lebih baik dibanding dengan penambahan. Secara deskriptif perlakuan suhu 5 o C menghasilkan mutu agarosa yang lebih baik dengan penambahan aquades dibandingkan dengan penambahan amonium clorida. Sedangkan secara statistik perlakuan suhu 5 o C tanpa penambahan aquades atau amonium clorida adalah perlakuan terbaik dengan memberikan hasil yang tinggi pada rendemen yaitu sekitar 88 % dan kekuatan gel 9 g/cm, sedangkan kadar sulfat memberikan hasil yang cukup rendah yaitu,8 %. Kelemahan dari perlakuan ini adalah kadar abu yang dihasilkan cukup tinggi yaitu,8 % dibandingkan pada perlakuan lain, walaupun mutu agarosa yang dihasilkan pada perlakuan tersebut tergolong cukup baik dengan warna tepung lebih putih dan lebih halus. Daftar Pustaka. Chapman, V.J. and D.J. Chapman, (98), Seaweed and Their Uses, Chapman and Hall, London.. Cho, H.O., M.J. Chung dan S.R. Lee, (975), Extraction yield and quantity attributes of agar from import seaweed according to various pretreatments, Korean Journal Food Science and Technology 7, hal 5 9. Furia, T.E., (975), Handbook of Food Technology, nd, CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida, hal 95 59 4. Glicksman, M., (969), Gum Technology in the Food Industry, Academic Press, Inc, Boca-Raton, Florida. 5. Peterson, M.S. dan A.H. Johnson, (978), Encyclopedia of Food Science, The AVI Publishing Company, Inc., Wesport, Connecticut. 6. Provonchee dan Richard, (FMC Corporation), (February 5), US Patent 4,99,6 7. Winarno, F.G. (99), Teknologi Pengolahan Rumput Laut, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 5