BAB V SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan

BAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya

2015 ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

IDENTITAS WONG BANYUMAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian Pertemuan 1 Disampaikan oleh: Budi Setiawan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Melayu Sakai di Desa Kesumbo Ampai : Kajian Antropolinguistik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB III METODE PENELITIAN

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

HUBUNGAN SOSIOLINGUISTIK

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI (KAJIAN ETNOLONGUISTIK DI INDRAMAYU)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB)

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

70. Mata Pelajaran Antropologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting bagi manusia.

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab tiga ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Boyolali Provinsi Jawa Tengah. Alasan pemilihan lokasi atau tempat penelitian

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER ETNOLINGUISTIK PENAMAAN-PENAMAAN HUJAN DALAM MASYARAKAT DUSUN JERO TENGAH, KECAMATAN ALIAN, KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

Penelitian di Bidang Manajemen

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk

Prakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas

BAB VII PENUTUP. Dari kajian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut; Pertama, Realitas

Transkripsi:

102 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat adat Kampung Dukuh dengan menggunakan perspektif etnolinguistik.. Temuan dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya merupakan dasar dalam menyusun simpulan pada bab ini. Kemunculan leksikon Arab, makna leksikalnya, makna kontekstualnya, serta gejala kebudayaan yang ditimbulkannya menjadi poin utama yang dihadirkan pada bab ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. 5.1 Simpulan Selaras dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka ada tiga simpulan dari penelitian ini berkenaan dengan kemunculan leksikon Arab, makna leksikalnya, makna kontekstualnya, serta gejala kebudayaan yang ditimbulkannya. Pertama, leksikon bahasa Arab muncul dalam jumlah yang relatif signifikan pada bahasa Sunda yang digunakan masyarakat adat Kampung Dukuh. Sekira signifikan, hingga mencapai jumlah 754 dari 10.233 kata yang muncul, atau sekitar 7,37%. Dari jumlah leksikon yang muncul tersebut, beberapa leksikon muncul dengan perulangan, atau lebih dari satu kali. Secara umum, dapat dikatakan bahwa temuan ini menunjukkan bagaimana leksikonleksikon tersebut telah menjadi bagian yang integral dalam sistem bahasa Sunda yang digunakan di Kampung Dukuh. Kedua, makna leksikal dari leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat adat Kampung Dukuh ditemukan masih terjaga pada beberapa leksikon tertentu. Penelitian ini menemukan beberapa leksikon Arab pada korpus data yang memiliki kesamaan makna leksikal dan makna kontekstual. Pada bagian ini, fakta bahwa para informan dan sumber data lainnya memahami leksikon secara leksikal menunjukkan bahwa ada

103 pengetahuan bahasa Arab pada masyarakat adat Kampung Dukuh. Selain itu, makna kontekstual dari leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh memiliki dua karakter: (1) sama sekali berbeda dengan makna leksikalnya; dan (2) berbeda dengan makna leksikalnya, namun masih memiliki keterkaitan makna. Perbandingan antara makna leksikal dan makna kontekstual menemukan adanya beberapa leksikon Arab pada korpus data yang memiliki perbedaan yang jelas pada makna leksikal dan makna kontekstualnya. Dalam hal ini, temuan ini menjadi indikasi kuat bahwa informan dan sumber data lainnya memahami leksikon dalam konteks yang sudah terlepas dari akar makna yang sesungguhnya dalam bahasa Arab. Ini juga merupakan indikasi bahwa pada hakikatnya, masyarakat adat Kampung Dukuh juga mengembangkan pengetahuannya sendiri, sehingga memiliki pemahaman yang berbeda akan suatu kata bila dibandingkan dengan makna leksikal dari kata tersebut. Di sisi lain, perbandingan antara makna leksikal dan makna kontekstual juga menghasilkan adanya beberapa leksikon Arab pada korpus data yang memiliki perbedaan pada makna leksikal dan makna kontekstualnya, namun masih berada dalam kaitan secara makna. Pada tataran ini, temuan ini menjadi indikasi bahwa peralihan makna yang tampak pada perbedaan tegas antara makna leksikal dan makna kontekstual yang dianalisis pada bagian sebelumnya mungkin sempat mengalami transisi dalam bentuk ini. Ketiga, penelitian ini telah menunjukkan dampak signifikan dari penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda masyarakat adat Kampung Dukuh yang pada gilirannya sangat memengaruhi perubahan budaya. Inilah esensi dari gejala kebudayaan yang dimaksud oleh Koenjtaraningrat (2000: 14) dalam tiga 'gejala kebudayaan' (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifac, dalam tiga wujud kebudayaan (1) nilai-nilai, (2) tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) benda-benda hasil karya manusia. Dari ketiga simpulan yang menjadi jawaban atas pertanyaan penelitian ini, sekurangnya ada tiga hal yang menjadi implikasi yang lebih luas dari simpulan ini.

104 Pertama, melalui penelitian ini, perspektif etnolinguistik mampu mengungkap fenomena yang terkait dengan kemunculan leksikon bahasa asing, dalam hal ini bahasa Arab, dalam sistem bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa lokal, dalam hal ini bahasa Sunda. Sebagaimana telah dibahas, dalam dasar-dasar teori hubungan bahasa dan budaya, keduanya saling memengaruhi dan mewujudkan kebudayaan yang saling memengaruhi pula dengan sistem bahasa (Teori Sapir dan Whorf). Maka fungsi disiplin etnolinguistik dalam hal ini menunjukkan bagaimana keseimbangan pengaruh di antara bahasa dan budaya. Ini tentunya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat untuk dapat memaknai sebuah fenomena dengan cara yang lebih bersifat kultural, yakni dengan perpsktif etnolinguistik. Kedua, keberadaan sebuah fenomena bahasa merupakan representasi dari gejala kebudayaan yang pada gilirannya akan sangat memengaruhi wujud sebuah kebudayaan (gagasan Koentjaraningrat). Maka fenomena adanya leksikon Arab dalam jumlah yang cukup signifikan menandakan gejala tertentu yang membentuk wujud-wujud Kebudayaan sebagaimana dimaksud. Implikasinya ialah suatu skema leksikon asing yang dicoba untuk diinternalisasikan dalam sebuah sistem bahasa oleh penutur bahasa tersebut akan terpengaruhi dan memengaruhi pula bahasa dan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Ketiga, ketiga simpulan tersebut juga menegaskan bahwa masyarakat perlu diberikan pemahaman akan kemungkinan pemetaan potensi kebudayaan yang terkait dengan penggunaan bahasa. Dalam hal ini, pengembangan kebudayaan harus memperhitungkan potensi bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan yang saling memengaruhi dengan kebudayaan itu sendiri. Dari ketiga implikasi luas yang dapat digali melalui simpulan tersebut, sekurangnya ada beberapa manfaat praktis yang dapat diberikan oleh penelitian ini. Pertama, upaya-upaya konservasi kebudayaan lokal perlu juga memperhatikan perkembangan bahasa, dan demikian pula sebaliknya. Secara praktis, pengembangan dan atau pembuatan kamus bahasa Sunda juga perlu

105 memperhatikan aspek-aspek yang bersifat lokalitas dan perkembangan kebudayaan yang menyertainya. Kedua, pendekatan kebudayaan untuk memajukan masyarakat adat juga perlu mencakup pendekatan kebahasaan. Selama ini, masyarakat adat identik dengan ketertinggalan dan keterbelakangan peradaban. Perlu dipertimbangkan bahwa ada banyak sisi positif, termasuk dalam hal kebahasaan, yang berkenaan dengan masyarakat adat, terutama nilai-nilai budaya sosial dan pengetahuan tradisional yang mencerminkan sisi kearifan lokalnya. Ketiga, kajian ini, kiranya dapat menjadi salah satu referensi dalam penyusunan kamus bahasa Sunda yang baru yang dapat menyertakan beberapa leksikon Arab ke dalam sistem leksikon Sunda yang baru. Ini perlu dicermati mengingat banyaknya makna-makna baru yang terbentuk dari penggunaan leksikon-leksikon Arab di Kampung Dukuh. 5.2 Saran Penelitian ini menunjukkan perspektif linguistik dalam menilai sebuah fenomena bahasa yang terkait dengan budaya. Budaya sebagai karya-cipta masyarakat akan terus berkembang seiring dinamika yang terjadi di tengah masyarakat yang bersangkutan. Akan lebih baik jika penelitian selanjutnya memperluas sudut pandang ke dalam perspektif kebudayaan yang lebih prediktif dengan membandingkan fenomena masa lalu dan fenomena kontemporer untuk memprediksi wujud fenomena bahasa dan budaya di masa yang akan datang. Diharapkan, hasil penelitian semacam itu akan lebih bervariasi dan representatif, serta lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Karena penelitian ini hanya menggunakan kerangka analisis dalam tataran makna leksikon dan gejala kebudayaan saja, ada baiknya jika penelitianpenelitian serupa di masa mendatang dapat menggunakan kerangka analisis yang lain, seperti unsur kebudayaan dan atau pembentukan leksikon baru yang merupakan buah dari pengaruh kebudayaan.

106 Penelitian mendatang juga dapat menggunakan beberapa kerangka analisis sekaligus untuk membandingkan hasilnya agar upaya pengungkapan fenomena bahasa dan budaya lebih eksplisit dan obyektif. Selanjutnya, dari tiga implikasi yang lebih luas pada bagian simpulan, maka ada tiga saran lain yang terkait dengan ketiga implikasi tersebut. Pertama, karena disiplin etnolinguistik dapat mengungkap sebuah fenomena, maka disiplin ini perlu diajarkan secara luas kepada berbagai lapisan mahasiswa. Terlebih, etnolinguistik sendiri memiliki kapasitas sebagai kajian lintas disiplin ilmu dengan disiplin antropologi. Dengan memahami ini, mahasiswa linguistik akan lebih mampu menyikapi dan memahami bagaimana pola kultural tertentu berkaitan dengan fenomena bahasa, dan sebaliknya. Kedua, karena keberadaan sebuah fenomena bahasa merupakan representasi dari gejala kebudayaan yang pada gilirannya akan sangat memengaruhi wujud sebuah kebudayaan (gagasan Koentjaraningrat), maka ada baiknya jika berbagai lembaga kebudayaan dan para budayawan mampu menerjemahkan fenomena ini untuk turut mencoba membentuk kebudayaan masyarakat kepada arah yang positif melalui upaya-upaya yang melibatklan penelitian etnolinguistik. Masyarakat berhak untuk berkembang selaras dengan positif dengan memperhatikan segala hasil riset terkait yang potensial bagi pembangunan. Ketiga, lembaga-lembaga kebudayaan dan para budayawan perlu memberikan pemahaman akan kemungkinan pemetaan potensi kebudayaan yang terkait dengan penggunaan bahasa kepada masyarakat secara luas. 5.3 Penutup Demikian hasil akhir penelitian ini. Pada hakikatnya, hasil suatu penelitian etnolinguistik memerlukan realisasi dari hasil yang telah dikemukakan agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena manfaat dari pengembangan pengetahuan yang bermanfaat merupakan hak setiap anggota masyarakat. Semoga tesis ini menjadi inspirasi untuk upaya-upaya tersebut.