BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

ISOLASI ACTINOMYCETES DARI LALAT RUMAH (Musca domestica) YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terdapat di seluruh dunia. Sekitar 95% dari berbagai jenis lalat yang

BAB I PENDAHULUAN. (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada tahun 2001, wabah demam


I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. organisme termasuk manusia. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

MANAJEMEN PENGENDALIAN LALAT. Dr. Devi Nuraini Santi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Kemenkes, gejala malaria pada tahun 2013 (WHO, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

Kata Pengantar. Siborongborong, Penulis, Abdiel P. Manullang

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. manusia dengan meninggalkan bau tidak sedap, menimbulkan alergi,

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat. macam penyakit menular yang seringkali berakibat kematian.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, untuk jenjang tingkat pertama (Menkes, 2004).

Peta Konsep. Tujuan Pembelajaran. gulma biologi hama predator. 148 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Tikus. Hama. Ulat. Kutu loncat. Lalat. Cacing.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

Rekayasa Lingkungan???

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan dunia kesehatan. Dimana Nyamuk adalah ektoparasit

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme ada yang berupa bakteri, protozoa, virus ataupun cendawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN REPELLENT NABATI (KULIT JERUK) DAN KANTONG PLASTIK BERISI AIR SEBAGAI PENGUSIR LALAT

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk. penanggulangan dan pencegahannya (Notoadmodjo, 2011).

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

KEANEKARAGAMAN LALAT (Cyclorrapha: Diptera) PADA LOKASI PENJUALAN IKAN SEGAR DI KOTA PADANG. Oleh

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development

Pencemaran Air. Oleh: Tien Zubaidah

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

1. Pengertian Makanan

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa (Maria, 2013) Akan tetapi banyaknya permasalahan kesehatan di Indonesia saat ini sering disebabkan oleh lingkungan yang kotor dan banyaknya pemukiman yang padat penduduk. Banyaknya pemukiman yang padat penduduk dapat menyebabkan permasalahn lingkungan seperti banyaknya sampah yang berserakan dimana-mana sehingga dapat menjadi tempat bersarangnya vektorvektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan. Vektor merupakan antropoda yang dapa menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Vektor penyakit merupakan antropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga di kenal sebagai anthropad brone diseases atau sering juga disebut sebagai vektor brone diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun 1

2 epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian (Permenkes, 2010). Pengendalian vektor merupakan kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit yang dibawa oleh vektor dapat di cegah (Permenkes, 2010). Lalat merupakan jenis serangga, termasuk subordo Cyclorrapha, ordo Diptera yang sering di jumpai dalam keseharian kita dan pada hampir semua jenis lingkungan. Di ekosistem lalat dapat berperan dalam proses pembusukan, sebagai predator, parasit pada serangga, sebagai polinator, penyebab myasis dan dapat berperan sebagai vektor penyakit saluran pencernaan seperti kolera, typhus, disentri. Lalat juga dapat membawa bakteri patogen, Protozoa, telur serta larva cacing (Yuriatni, 2011). Beberapa spesies lalat merupakan spesies yang paling berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit. Peranan lalat dalam menyebarkan penyakit adalah sebagai vektor mekanik dan vektor biologis. Sebagai vektor mekanis lalat membawa bibit-bibit penyakit melalui anggota tubuhnya. Tubuh lalat mempunyai banyak bulu-bulu terutama pada kakinya. Bulu-bulu yang terdapat pada kaki mengandung semacam cairan perekat sehingga benda-benda yang kecil mudah melekat (Surainti, 2011).

3 Lalat rumah (Musca domestika) berperan dalam penularan penyakit secara mekanis pada manusia maupun hewan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan berkembang biak dan perilaku makan lalat yang sangat luas sebarannya. Lalat rumah berkembang biak pada media berupa tinja, karkas, sampah, kotoran hewan, dan limbah buangan yang banyak mengandung agen penyakit. Dengan demikian lalat dengan mudah tercemari oleh agen tersebut baik di dalam perut, bagian mulut dan tungkai. Pathogen ini kemudian ditularkan kemanusia dan memuntahkan makanannya (regurgitasi yang secara alami dilakukan sebelum menelan makanan (Widiastuti et al, 2008) Hal ini terjadi karena perilaku lalat dalam mencari makanan dan berkembang biak. Lalat bertelur pada kotoran manusia dan binatang, serta bahan organik membusuk sehingga organisme penyebab penyakit menempel pada kaki dan bagian tubuhnya. Disisi lain, lalat hinggap pada makanan manusia untuk mencari makanan berupa zat gula. (Sayono et al, 2005). Penularan penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti: bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta fecesnya. Upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan dengan salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit termasuk lalat. Saat ini terdapat sekitar ± 60.000 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat (Santi, 2001).

4 Lalat rumah adalah jenis insekta yang merupakan vektor (penular) secara mekanis yang menyebarkan berbagai jenis penyakit seperti disentri, antrakas dan beberapa bentuk konjungtivis (Fitriana, 2014). Kebiasaan lalat rumah yang suka berpindah dari tempat-tempat seperti kotoran manusia, kotoran hewan, bangkai, tumpukan sampah dan sebagainya menjadikan lalat rumah sebagai kandidat yang ideal untuk memindahkan penyakit seperti kolera, sigellosis dan salmonellosis (Suraini, 2011). Saat ini manusia sudah menumukan cara pengandalian keberadaan serangga pengganggu tersebut dengan menggunakan insektisida, baik nabati maupun sintesis, sejak tahun 1950 penggunaan insektisida nabati tergeser oleh insektisida sintesis, karena lebih efektif dan biaya produksinya lebih rendah. Faktor yang lain yaitu insektisida sintesis mudah didapat, praktis pengaplikasiannya, tidak perlu membuat sediaan sendiri dan tersedia dalam jumlah banyak (Fitriana, 2014). Namun begitu, efek yang ditinggalkannya adalah berupa residu yang dapat masuk kedalam komponen lingkungan karena bahan aktif sangat sulit terurai di alam. Dampak negative lain dari insektisada sintesis (kimia) yang penggunaannya tidak sesuai dengan aturan pemakaiannya adalah resistensi serangga sasaran sehinnga memungkinkan berkembangnya strain baru, adanya residu insektisida dalam makanan maupun lingkungan, dan efek lain yang tidak diinginkan terhadap manusia dan binatang peliharaan (Naria, 2005). Akan tetapi permasalah diatas dapat selseaikan dengan menggunakan insektisda nabati. Insektisida nabati yaitu insektisda yang bahan aktifnya berasal dari bahan-bahan yang terkandung dalam tanaman. Insektisda nabati bersifat

5 mudah terurai dan tidak mudah menyebabkan resistensi (Riyati et al, 2010). Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati adalah tumbuhan babadotan (Ageratum conyzoides L.) (Andi, 2007). Babadotan (Ageratum conyzoides) yang dianggap sebagai gulma ternyata bermanfaat sebagai insektisida nabati, karena mengandung saponin, flavanoid, polifenol dan minyak asteri (Novizan, 2002). Daun babadotan yang menggunakan pelarut air dengan konsentrasi 1% beracun terhadap serangga. Tepung daun babadotan yang dicampur dengan tepung terigu mampu menghambat pertumbuhan serangga (Riyati et al, 2010). Di Gorontalo tumbuhan babadotan sering di anggap gulma oleh para petani dan pekebun karena sering tumubuh liar dan mengganggu tanaman meraka. Sehingga meraka menyemprotkan pestisida untuk mematikan tumbuhan babadotan tanpa mengetahui manfaat lain dari daun babadotan. Selain itu untuk sebagian orang tumbuhan babadotan juga dijadikan obat tradisional. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti efektivitas perasan daun Babadotan (Ageratum conyzoides) terhadap kematian Lalat Rumah (Musca domestica). 1.2 Identifikasi Masalah 1. Lalat rumah (Musca domestika) merupakan vektor penularan penyakit pada manusia maupun hewan. Hal ini disebabkan karena kebiasaan lalat rumah yang suka berpindah tempat seperti kotoran manusia, kotoran hewan, bangkai, tumpukan sampah dan sebagainya menjadikan lalat rumah sebagai vektor penular penyakit.

6 2. Daun babadotan yang dianggap sebagai gulma ternyata bermanfaat sebagai insektisida nabati dan merupakan salah satu alternativ sederhana yang dapat menurunkan populasi lalat rumah 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah perasan daun Babadotan (Ageratum conyzoides) efektif sebagai insektisida nabati dalam membunuh Lalat Rumah (Musca domestica)? 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas perasan daun babadotan (Ageratum conyzoides) sebagai insektisida nabati dalam membunuh Lalat Rumah (Musca domestica). 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apakah perasan daun Babadotan efektif dalam membunuh Lalat Rumah. 2. Untuk menganalisis konsentrasi mana yang paling efektif untuk membunuh Lalat rumah yaitu diantara konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%

7 2.5 Manfaat Penelitian 2.5.1 Manfaat Teoritis Menambah ilmu pengetahuan serta wawasan berpikir bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan tumbuhan terutama tumbuhan babadotan (Ageratum conyzoides) sebagai salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan bahan pembuatan insektisida. 2.5.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang manfaat tumbuhan babadotan (Ageratum conyzoides) sebagai insektisidan nabati 2. Memberikan kontribusi pengetahuan dalam upaya pengembangan insektisida alami khususnya perasan daun babadotan sebagai (Ageratum conyzoides) pengganti dalam pemakaian insektisida kimia sintetik.