Pembuatan Alat Uji untuk Mengikat Partikel Logam yang Terkandung dalam Pelumas Akibat Gesekan Mesin

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGIKAT PARTIKEL - PARTIKEL LOGAM YANG TERKANDUNG DALAM PELUMAS AKIBAT GESEKAN PADA MESIN

3.7 Proses Pengadaan Alat, Bahan, dan Pembuatan Alat

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada prosesnya dilakukan pada bulan Juli Tahun 2011 sampai. 2. BLK Disnaker Kota Bandar Lampung.

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

ANALISA PERBANDINGAN OLI BERBAHAN DASAR PETROLEUM DENGAN OLI BERBAHAN DASAR NABATI DALAM MENGURANGI TINGKAT KEAUSAN

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PELUMASAN SILINDER UNTUK MENGETAHUI OSF (OIL STRESS FACTOR) PADA MOTOR DIESEL 2-STROKE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

RANCANG BANGUN MESIN PENGGORENG OTOMATIS KAPASITAS 20 LITER

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN VARIASI DIAMETER ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA STAINLESS STEEL AISI 304

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PENGARUH VARIASI GAYA PEGAS AWAL PADA KATUP BOLA TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HYDRAM. : Kadek Oka Naya Mahendra. : Ir. Made Suarda, M Eng.

ANALISA HASIL PENGELASAN SMAW PADA STAINLESS STEEL AISI 304 DENGAN VARIASI ARUS DAN DIAMETER ELEKTRODA

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur dan Observasi. Penyediaan Alat dan Bahan. Analisis Desain Dan Pembuatan Muffler Konfigurasi 4-1

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

VARIASI POSISI PENGELASAN DAN GERAKAN ELEKTRODA TERHADAP BAJA VCN 150

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air.

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan stand pada mesin vespa P150X. Waktu Pelaksanaan : 1 Januari April 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur. Penyediaan Alat dan Bahan. Perancangan Prototipe sistem rem dan geometri roda

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODE PEMBUATAN

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Akurasi Pengujian Oli Metode Cepat Dengan Laboratorium Oli. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

KOMPONEN PEKERJAAN PIPA GIP PIPA PPR PN-20 POMPA TRANSFER FILTER TANGKI AIR ATAS BOOSTER PUMP GATE VALVE QM FITTING ELBOW FITTING DRAT KRAN

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

TUGAS SARJANA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI KUALITAS MINYAK PELUMAS DENGAN METODE GESESKAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

PENGGUNAN LAS TAHANAN LISTRIK PADA PROSES PERAKITAN SHADOW MASK PADA INDUSTRI TABUNG TELEVISI

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN MESIN ECM SINGLE AXIS. Alat-alat utama yang digunakan pada pembutan mesin ECM ini diantara lain :

PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN SILINDER PELEPAS BENDA KERJA PADA STAMPING EQUIPMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW

BAB III PROSES PERANCANGAN, PERAKITAN, PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK AIR MANCUR

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PANJANG FLAME BABINGTON BURNER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

Transkripsi:

142 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 17, No. 2, 142-147, Nov 2014 Pembuatan Alat Uji untuk Mengikat Partikel Logam yang Terkandung dalam Pelumas Akibat Gesekan Mesin (Design and Manufacturing of Test Equipment for Binding Metal Particles Contained in Lubricating Oil Due to Friction of Engine Parts) SUKAMTA, SUDARJA, DANI NURDAROJAT, AGUNG PRASETYO ABSTRACT One of the factors that can affect to the quality of lubricantion is metal particle content due to friction of engine parts. Metal particle in lubricanting oil could damage the engine parts, so it is neccessary to reduce the metal particle content which mingled in lubricant oil. The experiment was conducted in laboratory scale using power magnetic type ring neodymium possessing diameter of 19 mm and thickness of 2 mm. The experiment was conducted by flowing the lubricanting oil containing metal particle continually and put the magnets in engine so that the metal particle will be taken up by the magnets. The experiment used three variations of time (5, 10 and 15 minutes) and three variations of valve to controlling the flow rate using. The highest absortion of metal particle was reached on opening valve 30 for 15 minutes. When volume the flow rate was 200 ml/s and the time was 15 minutes the result of absortion was 7.48 % (magnet A), meanwhile for volume the flow rate 180 ml/s and the time was 15 minutes resulted in particle absortion of about 7.37 % (magnet B). When Magnet A and B used together and at the same flow rate and time, i.e. 180 ml/s time 15 minutes, resulted the particle absortion about 17.98 %. Keywords: Magnet, metal particle, lubricanting oil PENDAHULUAN Dalam dunia mesin industri, pelumas menjadi salah satu kebutuhan yang tidak bisa dihindari lagi, karena kebanyakan mesin menggunakan prinsip kerja rotasi, sehingga tidak lepas dari gesekan atara benda satu dengan benda lainya. Pelumas adalah zat kimia yang umumya berbentuk cair yang berfungsi sebagai lapisan pelindung untuk mengurangi gesekan. Selain itu fungsi pelumas menurut Akrom (2009) adalah sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian-bagian yang mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta memindahkannya pada sistem pendingin, sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian mesin dan mencegah karat pada bagian-bagian elemen mesin. Salah satu benda yang dapat mempengaruhi kualitas pelumasan yaitu partikel logam yang tercampur di dalam minyak pelumas. Partikel logam di dalam oli pelumas tersebut terjadi akibat benda logam yang bergesekan. Kandungan partikel logam tersebut dapat merusak elemen mesin, kerja mesin tidak dapat optimal dan tentunya dapat menyebabkan kerugian pada perusahaan. Oleh karena itu harus dilakukan tindakan pencegahan agar pelumas tidak terkontaminasi oleh partikel logam agar kualitas dan kerja pelumas tetap optimal. Dengan karaktristik magnet yang dapat menarik logam maka magnet dapat digunakan sebagai alat untuk menarik partikel-partikel logam yang terkandung dalam pelumas. Ada dua macam magnet yaitu magnet tetap dan magnet tidak tetap. Magnet tetap yaitu magnet yang tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar untuk menghasilkan daya magnet (berelektromagnetik). Sedangkan magnet yang tidak tetap yaitu magnet yang tergantung pada medan listrik untuk menghasilkan medan magnet. Daya yang dihasilkan magnet tergantung dari kualitas magnet dan posisi magnet itu sendiri. Atas dasar pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan pembuatan alat uji sehingga dapat dilakukan pengujian pengaruh daya ikat magnet terhadap partikel yang terkandung dalam oli pelumas.

Sukamta et al / Semesta Teknika, Vol. 17, No. 2, 142-147, Nov 2014 143 METODE PENENELITIAN Secara garis besar proses pembuatan propelan dapat dilihat pada diagram alir seperti terlihat pada gambar di bawah ini. MULAI A B PERAKITAN RANGKA UTAMA Pengelasan besi-besi struktur untuk rangka alat uji. PENGECATAN Pengecatan rangka alat uji. HASIL PERANCANGAN ALAT UJI PENYIAPAN ALAT DAN BAHAN Tidak 1. Rangka kuat dan tidak cacat 2. Rangka sesuai dengan ukuran desain 1. Bahan Rangka Alat Uji a. Besi siku 20x20x3mm b. Besi siku 40x40x4mm c. Besi siku berlubang 30x30x3mm d. Besi berongga 20x40x3mm 1. Peralatan a. Las busur b. Elektroda c. Palu d. Topeng las e. Grenda mesin f. Bor duduk g. dll 2. Bahan Alat Uji a. Pipa Pvc ¾ inchi dan 1 inchi b. Elbow 1 inchi c. Reducer ¾ x 1 (inchi) d. Magnet ring neodymium e. Bejana kapasitas 40 L f. Pompa air g. Cable tee 3. Peralatan a. Cutter b. Lem PVC c. Gergaji besi d. dll Ya PERAKITAN ALAT UJI PENYERAPAN PARTIKEL LOGAM Merakit rangka utama, instalasi bak penampung dan pompa. PERAKITAN INSTALASI PERPIPAAN Pengukuran, pemotongan pipa dan perakitan instalasi perpipaan alat, pemasangan elbow, reducer, watter mur dan tempat magnet. UJI COBA Pengujian alat. PEMBUATAN TEMPAT MAGNET Tempat magnet pada seksi uji digunakan sebagai tempat pengambil sampel partikel logam yang terserap. PEMOTONGAN BESI Pemotongan besi siku 20x20, 40x40, siku lubang 30x30, besi plat dan besi balok berongga 20x40. Tidak 1. Rangka kuat dan tidak cacat 2. Magnet dapat menyerap partikel Ya PERSIAPAN PENGUJIAN Persiapan alat dan bahan. PENGUJIAN Pengambilan data PERAKITAN RANGKA UTAMA Pengelasan besi-besi struktur untuk rangka alat uji. ANALISA DATA KESIMPULAN DAN SARAN A B SELESAI GAMBAR 1. Diagram alir pembuatan alat

144 Sukamta et al / Semesta Teknika, Vol. 18, No. 2, x-x, Nov 2014 Pengujian penyerapan partikel menggunakan 12 magnet tetap jenis ring neodymium dengan spesifikasi D = 19 mm, tebal 2 mm. Pengujian dilakukan dengan mengalirkan oli pelumas mesran 30 yang tercampur serbuk logam secara kontinyu pada rangkaian pipa dan memasangkan magnet pada jebakan aliran sehingga magnet dapat menyerap partikel logam yang terkandug dalam oli pelumas. Pengujian dilakukan dengan variasi waktu (5 menit, 10 menit, 15 menit), bukaan katup 30ᵒ, 60ᵒ dan 90ᵒ dan variasi penempatan magnet A, B dan AB secara bersamaan. Pengambilan data dilakukan dengan cara mencampurkan ±100 gram serbuk logam dengan pelumas 12 liter, memasangkan magnet pada jebakan aliran dan mengalirkan oli pelumas secara kontinyu pada rangaian pipa. Setelah itu melakukan pengujian dengan variasi waktu, bukaan katup dan variasi pemasangan magnet. Pengambilan data dilakukan dengan menimbang berat partikel logam yang terserap pada magnet, penimbangan partikel logam di peroleh dengan berat basah. Pengujian dilakukan seperti pada gambar 2. HASIL DAN PEMBAHASAN (a) (b) Gambar 3. (a.) Alat uji, (b.)skemaalatuji (b) GAMBAR 3. (a.) Alat uji, (b.) Skema Alat Uji (a) (b) GAMBAR 2. (a). Pengambilan data, (b). Penimbangan hasil partikel logam GAMBAR 4. Magnet neodymium

Sukamta et al / Semesta Teknika, Vol. 17, No. 2, 142-147, Nov 2014 145 TABEL 1. Tabel spesifikasi oli pelumas Nama Oli Mesran 30 No. SAE 30 Specific gravity, 15/4 C 0.8895 Kinematic Viscosity, at 40 C, cst 100.47 Kinematic viscosity, 100 C, cst 11.62 Viscosity Index 102 GAMBAR 5. Analisis percobaan magnet A, hubungan variasi debit dengan partikel terserap Dari grafik percobaan magnet A hubungan variasi debit dengan partikel terserap pada gambar 5 didapatkan sebagai berikut: 1. Pada magnet A variasi waktu 5 menit (garis titik-titik) pada debit 200 ml/detik didapatkan partikel terserap sebanyak 4,14 %, pada debit 260 ml/detik didapatkan partikel terserap sebanyak 2,12 % dan pada debit 300 ml/detik didapatkan partikel terserap sebanyak 1,89 %. 2. Pada magnet A variasi waktu 10 menit (garis putus-putus) pada debit 200 ml/detik didapatkan partikel terserap sebanyak 6,45 %, pada debit 230 ml/detik didapatkan partikel terserap sebanyak 4,65 % dan pada debit 250 ml/detik didapatkan partikel terserap sebanyak 4,72 %. 3. Pada magnet A variasi waktu 15 menit (garis penuh) pada debit 200 ml/detik didapatkan partikel terserap sebanyak 7,48 %, pada debit 250 ml/detik didapatkan partikel terserap sebanyak 5,77 % dan pada debit 280 ml/detik didapatkan partikel terserap sebanyak 4,9 %. Analisa Pada Pengujian Magnet A Pada pengujian magnet B pada pada variasi waktu 5 menit,10 menit dan 15 menit diperoleh hasil tertinggi pada variasi debit terendah karena debit yang dihasilkan rendah maka kecepatan aliran juga rendah sehingga magnet lebih mudah menyerap partikel pada kecepatan rendah. Perolehan hasil terendah didapat pada debit tertinggi yaitu 250 ml/detik, dikarenakan debit aliran tinggi dipengaruhi kecepatan aliran yang tinggi sehingga daya serap magnet kurang maksimal untuk menyerap partikel pada aliran tinggi. Pada variasi waktu hasil penyerapan partikel tertinggi pada waktu 15 menit. Jadi perolehan tertinggi pada variasi waktu 15 menit dengan debit 180 ml/detik dengan hasil penyerapan partikel logam 7,37 %.

146 Sukamta et al / Semesta Teknika, Vol. 18, No. 2, x-x, Nov 2014 GAMBAR 6. Analisis percobaan magnet A dan B secara bersamaan Dari grafik percobaan magnet A&B secara bersamaan hubungan variasi debit dengan partikel terserap pada gambar 5 didapatkan sebagai berikut: 1. Percobaan waktu 5 menit Pada magnet A&B variasi waktu 5 menit (garis titik-titik) debit 170 ml/detik pada magnet A didapatkan 3 gram partikel dan pada magnet B didapatkan 7,62 % terserap, jadi total penyerapan partikel pada magnet A&B pada variasi debit 170 ml/detik yaitu 10,62 % magnet terserap. Pada magnet A&B variasi waktu 5 menit (garis titik-titik) variasi katup 60ᵒ dengan debit 200 ml/detik pada magnet A didapatkan 1,81 % partikel dan pada magnet B didapatkan 5,03 % partikel terserap, jadi total penyerapan partikel pada magnet A&B pada variasi debit 200 ml/detik yaitu 6,84 % partikel terserap. Pada magnet A&B variasi waktu 5 menit (garis titik-titik) variasi debit 240 ml/detik pada magnet A didapatkan 1,74 % partikel dan pada magnet B didapatkan 3,12 % partikel, jadi total penyerapan partikel pada magnet A&B pada variasi debit 240 ml/detik yaitu 4,86 % partikel terserap. 2. Percobaan waktu 10 menit Pada magnet A&B variasi waktu 10 menit (garis putus-putus) dengan debit 170 ml/detik pada magnet A didapatkan 3,5 % partikel dan pada magnet B didapatkan 8,54 % partikel terserap, jadi total penyerapan partikel pada magnet A&B pada debit 170 ml/detik yaitu 12,04 % partikel terserap. Pada magnet A&B variasi waktu 10 menit (garis putus-putus) dengan debit 220 ml/detik pada magnet A didapatkan 2,2 % partikel dan pada magnet B didapatkan 4,88 % partikel terserap, jadi total penyerapan partikel pada magnet A&B pada debit 220 ml/detik yaitu 7,08 % partikel terserap. Pada magnet A&B variasi waktu 10 menit (garis putus-putus) dengan debit 240 ml/detik pada magnet A didapatkan 2,03 % partikel dan pada magnet B didapatkan 4 gram partikel terserap, jadi total penyerapan partikel pada magnet A&B pada variasi debit 240 ml/detik yaitu 6,03 % partikel terserap. 3. Percobaan waktu 15 menit Pada magnet A&B variasi waktu 15 menit (garis penuh) variasi debit 180 ml/detik pada magnet A didapatkan 7,35 % partikel dan pada magnet B didapatkan 10,63 % partikel terserap, jadi total penyerapan partikel pada magnet A&B pada debit 180 ml/detik yaitu 17,98 % partikel terserap. Pada magnet A&B variasi waktu 15 menit (garis penuh) dengan debit 220 ml/detik pada magnet A didapatkan 6,74 % partikel dan pada magnet B didapatkan 7,73 % partikel terserap, jadi total penyerapan

Sukamta et al / Semesta Teknika, Vol. 17, No. 2, 142-147, Nov 2014 147 partikel pada magnet A&B pada debit 220 ml/detik yaitu 14,47 % partikel terserap. Pada magnet A&B variasi waktu 15 menit (garis penuh) dengan debit 240 ml/detik pada magnet A didapatkan 4,85 % partikel dan pada magnet B didapatkan 5,83 % partikel terserap, jadi total penyerapan partikel pada magnet A&B pada variasi debit 240 ml/detik yaitu 10,68 % partikel terserap. Analisa Pengujian Pada Magnet A dan B Secara Bersamaan Pada pengujian magnet A&B secara bersamaan pada setiap magnet A diperoleh hasil yang lebih sedikit dibanding dengan magnet B, karena aliran fluida pada pipa magnet A lebih cepat dibanding dengan magnet B. Hasil tertinggi penyerapan partikel logam pada magnet A&B secara bersamaan diperoleh pada waktu 15 menit dengan debit 180 ml/detik dengan hasil penyerapan partikel 17,98 %. KESIMPULAN Berdasarkan pembuatan dan pembahasan pengujian alat didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Alat uji dapat bekerja sesuai yang direncanakan, yaitu magnet dapat menyerap partikel logam yang terkandung dalam oli pelumas dengan SAE 30 menggunakan magnet tetap. 2. Pada pengujian magnet A, B dan (A&B secara bersamaan) semakin besar debit aliran maka hasil partikel yang terserap semakin kecil. 3. Pada magnet A, B dan (A&B secara bersamaan) diperoleh hasil tertinggi pada debit terendah waktu 15 menit. Febria Milda & Rona Malam Karina, 2010. Analisis Kandungan Partikel Pengotor pada Minyak Lumas Kendaraan. Jurnal, No 83, 31 Desember 2010. Hendriawan, 2013. Tes Penting Dalam Analisis Minyak, PT Pertamina. Ibrahim P, 2010. Smaw (Shielded Metal Arc Welding), Jawa Timur. Jamari, Dkk, 2011. Tribology-Based Energy Efficiency, Jurnal Tribology, ISBN 979-26-0255-0. Liana, Dkk, 2012. Penjernihan Minyak Pelumas Bekas Dengan Metode Penjerapan Suatu Usaha Pemanfaatan Kembali Minyak Pelumas Bekas Sebagai BASE Oil, Jurnal Kimia dan Industri, Vol. 1, No.1, Tahun 2012, Halaman 252-257, 933-1825-1-SM. Miftahudin, 2009. Proses Pengelasan (Welding),Jakarta Pertamina, 2013. Pertamina Lubricant, Jakarta Pusat. http://pelumas.pertamina.com/files/product_pc mo.asp,internet, 13/05/2014. 22:15 PENULIS: Sukamta Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul 55183. Email: msukamta@gmail.com DAFTAR PUSTAKA Abdullah, mikrajudin,2006. Diktat Kuliah Fisika Dasar Tahap Persiapan Bersama ITB. Bandung. Akrom D, 2009. Lub oil, Minyak Pelumas, Power Plant. Arisandi M, Dkk, 2012. Analisa Pengaruh Bahan Dasar Pelumas Terhadap Viskositas Pelumas Dan Konsumsi Bahan Bakar, Jurnal Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 56-61, 288-678- 1-PB.