PENDAHULUAN. (Nicotiana tabacum L) merupakan tembakau yang terbaik di dunia dalam hal kualitas

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Amerika Selatan. Pada tahun 1492 Columbus mengunjungi suku Indian

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan penting

I. PENDAHULUAN. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

TINJAUAN PUSTAKA. menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

LEBIH DALAM : PADI, KARET DAN SAWIT. Disusun oleh : Queen Enn. Nulisbuku.com

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

S U N A R D I A

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

I. PENDAHULUAN. Menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010), Ultisol merupakan tanah

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Suatu kenyataan sejak dua abad yang lalu sampai saat ini, tembakau deli (Nicotiana tabacum L) merupakan tembakau yang terbaik di dunia dalam hal kualitas untuk bahan wrapper cerutu tipe eropa. Keunggulan tersebut terutama dalam hal aroma, rasa (taste), elastisitas daun, ketipisan daun, bentuk daun yang baik, warna yang halus dan rata, daya bakar yang baik dan warna abu (ash) cerutu yang dibakar putih. Karakter tersebut muncul karena dua factor yaitu iklim dan tanah. Area yang merupakan lahan tembakau deli berada di antara Sungai Wampu Kabupaten Langkat dan Sungai Ular Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Bahan induk yang menyusun tanah berupa bahan endapan sungai, campuran bahan endapan sungai dan laut, endapan beting pantai dan sedikit tufa Toba yang bersifat dasitik, dengan fisiografi kipas vulkanis. Jenis tanahnya termasuk ke dalam ordo Inceptisol dan sebagian kecil Entisol dengan rejim kelembaban Aquik serta rejim temperatur Isohiperthermik (Wahyunto, dkk, 1990 dan Puslitnak, 1993). Oleh karena itu karakteristik ini tidak akan muncul jika tembakau deli ditanam di tempat lain di seluruh dunia seperti Brazil, Jember, USA, dan lain lain (Direktorat Perdagangan Internasional, 2004). Fenomena yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini kondisi lahan tembakau deli telah terjadi degradasi yang ditandai dengan menurunnya kandungan bahan organik yang mempengaruhi sifat-sifat tanah. Akibatnya terjadi penurunan produksi tanaman tembakau deli. Dari Lampiran 4 Tabel 24 dapat dilihat terjadinya penurunan C-

organik dari tahun ke tahun yang menyebabkan terjadinya penurunan sifat-sifat tanah lainnya seperti N-total, KTK dan produksi tembakau deli sebesar 40,1 %. Degradasi tanah tidak hanya berdampak buruk terhadap produktivitas lahan, tetapi juga mengakibatkan kerusakan atau gangguan fungsi lahan pertanian. Degradasi tanah diartikan sebagai suatu proses, fenomena atau transformasi yang menurunkan kesuburan tanah yang menyebabkan sifat-sifat fisika, kimia atau biologi tanah menjadi kurang sesuai untuk pertanian (Arshad et al. 1998). Dampak dari penurunan bahan organik itu mengakibatkan juga peningkatan bulk density (BD), penurunan infiltrasi tanah, kemantapan agregat tanah, terkurasnya bahan organik di lahan itu, menurunnya total ruang pori (TRP) tanah, serta populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah rendah (Siregar, 1999; Stocking and Niamh 2001). Penurunan produksi ini secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 3 Tabel 22 dimana penurunan daun kering sebesar 37,9% dari tahun delapan puluhan ke tahun dua ribuan. Rerata produksi daun kering tahun delapan puluhan 689,2 kg /ha menjadi 427,9 kg/ha pada tahun dua ribuan. Penurunan produksi jumlah daun hijau 34,8 % dari tahun delapan puluhan ke tahun dua ribuan. Rerata produksi jumlah daun hijau tahun delapan puluhan 271.610 helai/ladang menjadi 177.085 helai/ladang. Sementara lima tahun terakhir ini terus mengalami kerugian karena hasil yang diperoleh di bawah biaya produksi (Distrik Tembakau PTPN-II, 2006). Sebagai sampel diambil data pada Kebun Kelambir Lima (Lampiran 3 Tabel 23) dimana terjadi penurunan produksi sebesar 40,1 % dalam kurun waktu 20 tahun. Pada tahun 1987 produksi tembakau mencapai 719,2 kg/ha dan terus menurun hingga pada tahun 2007 produksi hanya 433,1 kg/ha.

Konservasi tanah merupakan upaya penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Usaha usaha konservasi tanah ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah, memperbaiki tanah yang rusak, memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari. Dalam usaha konservasi tanah dikenal tiga metode yaitu metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia (Arsyad, 2003). Oleh karena itu, konservasi tanah dimaksudkan untuk melindungi tanah oleh proses degradasi tersebut. Upaya konservasi tanah harus mengarah kepada terciptanya sistem pertanian berkelanjutan yang didukung oleh teknologi dalam melestarikan sumber daya lahan dan lingkungan (Adimihardja, 2008). Atas dasar hal di atas maka penelitian ini menerapkan salah satu teknik konservasi tanah yaitu aplikasi bahan organik dalam memperbaiki penurunan sifat-sifat tanah yang telah terjadi. Bahan organik yang digunakan adalah ampas tebu yang berasal dari limbah perkebunan PTPN-II. Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 40% dari berat tebu yang digiling. Sekitar 60 % dari ampas tebu yang dihasilkan dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar dan sisanya belum dimanfaatkan oleh PTPN-II. Oleh karena itu untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dari limbah tersebut maka dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik tanah. Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Bagas mengandung air 48-52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagas tidak dapat larut

dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosa dan lignin. Oleh karena mengandung selulosa tinggi maka hasil dekomposisinya menghasilkan C-organik 22,4%, ratio C/N 33,6, kadar air 5,3%, kadar N 0,25 0,60%, kadar fosfat 0,15 0,22%, dan 0,2 0,38% K 2 O (Erwin, 2008). Di dalam ekosistem organisme perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi umsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah (N, P, K, Ca, Mg, dll) dan atmosfer (CH 4 maupun CO 2 ) sebagai hara yang dapat digunakan kembali oleh tanaman. Adanya aktifitas organisme perombak bahan organik seperti mikroba saling mendukung keberlangsungan proses siklus hara dalam tanah. Akhir-akhir ini mikroorganisme perombak bahan organik digunakan sebagai strategi untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang mengandung lignin dan selulosa. Selain untuk meningkatkan biomas dan aktivitas mikroba tanah juga dapat mengurangi bibit penyakit, larva insek, volume bahan buangan, sehingga pemanfaatannya dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah yang pada gilirannya merupakan kebutuhan pokok untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah (Saraswati dkk, 2008). Atas dasar hal ini maka untuk mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi dari ampas tebu tersebut digunakan mikroorganisme selulolitik (MOS) yang berasal dari isolasi pada lahan tembakau deli. Hal ini dilakukan karena ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose, sehingga untuk mempercepat proses dekomposisinya dapat digunakan MOS. Mikroorganisme ini dapat berasal dari kelompok jamur, bakteri dan aktinomisetes yang ditemukan pada tanah tanah pertanian, hutan dan dalam jaringan

hewan atau tumbuhan yang telah membusuk. Beberapa diantaranya diketahui dengan mudah dan cepat merombak selulosa untuk mempercepat pengomposan (Azhari, 2000). Aplikasi bahan organik berupa kompos dalam lubang tanam sudah dicoba, namun cara ini tidak efektif, karena kompos hanya berada pada 20 cm di lapisan atas tanah, sedangkan perakaran tanaman tembakau deli berkembang sampai kedalaman 50 cm atau lebih (Purnama, 2004). Disamping itu kecepatan mineralisasi bahan organik dipengaruhi oleh jumlah bahan organik yang ditambahkan, kualitas bahan organik dan cara pemberiannya (Handayanto dan Ismunandar 1999). Oleh sebab itu teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan bahan organik pada berbagai kedalaman tanah yang dikombinasikan dengan isolat MOS hasil isolasi dari lahan tembakau deli untuk mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi. Hal ini diharapkan akan dapat memperbaiki/memulihkan sifat-sifat tanah yang telah mengalami degradasi sehingga mampu meningkatkan produksi tembakau deli. Berdasarkan hal di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah memperbaiki dan memulihkan tanah yang telah terdegradasi, sehingga dapat menunjang peningkatan produksi tembakau deli. Beberapa penelitian yang perlu dilakukan adalah : 1. Studi potensi lahan tembakau deli akibat berbagai sistem rotasi penggunaan lahan dalam hubungannya dengan sifat-sifat tanah dengan tujuan mempelajari penyebab-penyebab terjadinya penurunan produktivitas lahan tembakau deli. 2. Isolasi mikroorganisme selulolitik dari lahan tembakau deli berupa bakteri, jamur dan aktinomicetes dengan tujuan mencari isolat-isolat MOS spesifik dari lokasi lahan tembakau deli.

3. Seleksi dan uji potensi dari MOS di rumah kaca, yang tujuannya untuk menseleksi/menguji kemampuan MOS dari lahan tembakau deli dengan MOS unggulan koleksi Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian USU dalam mendekomposisi bahan organik dari lahan tembakau deli. 4. Aplikasi isolat terseleksi dari mikrobia dekomposer (MOS) di lapangan dengan dosis bahan organik yang tepat pada berbagai kedalaman tanah. Kerangka Permasalahan Akibat dari pengolahan tanah intensif dan masa pemberaan tanah singkat di lahan tembakau deli mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan tanah. Hal ini dicirikan dengan menurunnya sifat-sifat tanah dari tahun ke tahun (Lampiran 4) yang berdampak kepada penurunan produksi (Lampiran 3). Intensifnya pengolahan tanah selalu diiringi pembakaran sehingga pertambahan bahan organik secara alami menjadi terabaikan. Pengolahan tanah menyebabkan aktifitas mikrobia tanah meningkat, penguraian bahan organik semakin aktif, pelepasan unsur hara juga semakin tinggi, sehingga banyak yang tercuci. Penurunan bahan organik ini menyebabkan penurunan sifat-sifat tanah seperti penurunan kandungan N, penurunan Kapasitas Tukar Kation (KTK), pengerasan tanah, penurunan infiltrasi, permeabilitas tanah, total ruang pori dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan terjadinya degradasi lahan tembakau. Secara umum dalam merehabilitasi lahan lahan yang terdegradasi dapat dilakukan dengan menambahkan dan mengelola bahan organik pada lahan itu. Disamping teknik rehabilitasi lainnya (Balittanah, 2005; Rayes, 2006.). Ampas tebu merupakan

limbah dari pengolahan pabrik gula pada PTPN-II dapat digunakan sebagai sumber bahan organik dimana sebahagian masih belum dimanfaatkan. Salah satu kendala dalam pemanfaatan bahan organik adalah masalah proses dekomposisinya yang lamban. Cara untuk mempercepat proses dekomposisi ini dapat digunakan mikroorganisme spesifik yang dapat diisolasi dari lahannya. Salah satu mikroorganisme yang cepat dalam merombak selulosa adalah mikroorganisme selulolitik (MOS). Ampas tebu diketahui mengandung ligno-cellulose artinya mengandung selulosa tinggi sehingga untuk mempercepat proses dekomposisinya dapat digunakan mikrorganisme selulolitik (MOS). Mikoorganisme ini dapat berasal dari kelompok jamur, bakteri dan aktinomicetes yang dapat ditemukan pada tanah tanah pertanian, hutan dan dalam jaringan hewan atau tumbuhan yang telah membusuk. Beberapa diantaranya diketahui dengan mudah dan cepat merombak selulosa untuk mempercepat pengomposan. Aplikasi bahan organik berupa kompos dalam lubang tanam sudah dicoba, namun cara ini tidak efektif, karena kompos hanya berada pada 20 cm lapisan atas tanah, sedangkan perakaran berkembang sampai kedalaman 50 cm atau lebih (Purnama, 2004). Berdasarkan pertimbangan di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Sejauh mana pengaruh masa pemberaan tanah dan pengolahan tanah intensif serta rotasi tanaman terhadap degradasi lahan dan produksi tembakau deli.

2. Sejauh mana manfaat ampas tebu yang merupakan limbah dari pabrik gula produksi PTPN-II sebagai sumber bahan organik untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang telah mengalami penurunan. 3. Sejauh mana manfaat isolasi mikroorganisme selulolitik dari lahan tembakau deli dalam mengefektifkan proses dekomposisi ampas tebu di lapangan. Dari beberapa permasalahan di atas maka diharapkan akan ditemukannya dosis bahan organik yang tepat dalam memperbaiki penurunan sifat-sifat tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman tembakau deli di lapangan. Disamping itu ditemukannya MOS spesifik lokasi. Kerangka / alur pikir penelitian diilustrasikan pada Gambar 1. Tujuan dan Sasaran Penelitian Tujuan dan sasaran penelitian ini adalah : 1. Mengkaji degradasi lahan tembakau deli akibat berbagai sistem rotasi penggunaan lahan dan pengolahan intensif terhadap penurunan sifat-sifat tanah 2. Mencari isolat MOS yang efektif dalam mendekomposisi bahan organik 3. Menguji potensi MOS dalam mengefektifkan pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan organik dalam rangka perbaikan sifat-sifat tanah yang terdegradasi 4. Mencari kombinasi terbaik dan efektif dalam aplikasi jumlah bahan organik dan isolat MOS pada berbagai kedalaman tanah sebagai usaha konservasi biologi dalam meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman tembakau deli.

Masa Bera Singkat Intensitas Tanam dan Pengolahan Tanah Intensif Rotasi Tanaman Singkat Degradasi Lahan Sifat Fisiko-Kimia Terganggu Produktivitas Lahan Rendah Perlu Konservasi (Biologi) Penggunaan Mikroba Aplikasi dengan Berbagai Kedalaman Pemberian BO Produktivitas Lahan dan Tanaman Tembakau Deli Meningkat Gambar 1. Kerangka / alur pikir penelitian Kajian Konservasi dalam Peningkatan Produktivitas Lahan Tembakau Deli

Hipotesis 1. Terjadinya degradasi tanah dengan gambaran sifat fisika dan kimia tanah yang ada sebagai akibat dari berbagai sistem rotasi penggunaan lahan 2. Pemanfaatan ampas tebu yang tepat sebagai sumber bahan organik dapat memperbaiki penurunan sifat-sifat tanah yang telah terjadi sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman tembakau deli 3. MOS spesifik lokasi yang potensial pada areal lahan tembakau deli akan dapat mengefektifkan proses dekomposisi bahan organik yang diaplikasikan ke lahan tembakau deli 4. Pengaruh kedalaman aplikasi bahan organik akan dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah dan produksi tembakau deli Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan kepada PTPN-II dalam meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman tembakau deli yang keberadaannya semakin terancam dengan cara : (1) mengkonservasikan lahan tembakau yang telah terdegradasi dengan memanfaatkan limbah organik pabrik gula PTPN-II; (2) memanfaatkan isolat mikroorganisme untuk mengefektifkan penggunaan bahan organik dalam masa tanam yang singkat; (3) mencari teknik yang tepat dalam aplikasi bahan organik pada kedalaman tanah tertentu.

GAMBAR KERANGKA TAHAPAN PENELITIAN Penelitian tahap I di lapangan dan laboratorium Studi potensi lahan Tembakau Deli akibat berbagai system rotasi penggunaan lahan dalam hubungannya dengan sifat tanah. Penelitian tahap II di laboratorium Isolasi dan seleksi mikroorganisme selulolitik (MOS) dari lahan tembakau deli Penelitian tahap III di Rumah Kaca Uji potensi isolate terseleksi dari MOS Penelitian tahap IV di lapangan Aplikasi isolat terseleksi dari MOS di lapangan dengan berbagai dosis bahan organik dan kedalaman tanah. Keluaran yang diinginkan : Dapat memperbaiki dan memulihkan tanah yang telah terdegradasi dengan tepat cara, tepat dosis dalam aplikasi bahan organik yang berasal dari limbah pengolahan tebu Ditemukannya MOS spesifik lokasi dalam mendekomposisi bahan organik dan memacu pertumbuhan tanaman tembakau deli Gambar 2. Kerangka Tahapan Penelitian Kajian Konservasi Dalam Peningkatan Produktivitas Lahan Tembakau Deli