SIH Standar Industri Hijau

dokumen-dokumen yang mirip
SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau

2012, No BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut adanya kemajuan

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

STANDAR INDUSTRI HIJAU

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN

STANDAR INDUSTRI HIJAU

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. akte pendirian Nomor 110 dari Notaris Chairani Bustami S.H. akte ini disyahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

Semen portland pozolan

Semen portland komposit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( )

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

METODOLOGI PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

LAMPIRAN A POLA RETAK BENDA UJI BALOK

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

SNI Standar Nasional Indonesia. Semen portland putih

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk

PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU NASIONAL

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

P. T. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

SKEMA SERTIFIKASI SEMEN PORTLAND SNI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

L PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o;

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU DI INDONESIA

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDARDISASI (STD) Oleh: Gunadi, M.Pd NIP (No HP ) data\:standardisasi_gun 1

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Efisiensi PLTU batubara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

Semen (CEMENT) Pendahuluan. TKS 4406 Material Technology I

Transkripsi:

SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND

Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis... 4 6 Persyaratan Manajemen Pengusahaan... 8 7 Bibliografi... 10 8 Bagan Alir... 10 1 S IH S e m e n P o r t l a n d

Prakata Standar Industri (SIH) industri semen portland disusun dengan maksud menunjang pengembangan industri semen portland. Standar ini disusun dan dirumuskan oleh Tim Teknis semen portland. Standar ini merupakan hasil konsensus yang dihadiri oleh wakil-wakil dari pihak produsen, asosiasi, dan instansi pemerintah. 2 S IH S e m e n P o r t l a n d

Industri Semen Portland 1 Ruang Lingkup Standar ini menguraikan definisi, persyaratan kriteria, nilai ambang batas dan metode uji/verifikasi, serta persyaratan umum bagi kriteria Industri untuk industri semen terpadu. Ruang lingkup Standar Industri dalam hal ini mencakup aspek-aspek: 1) Bahan baku 2) Bahan penolong 3) Energi 4) Air 5) Proses produksi 6) Produk 7) Limbah padat, cair dan gas 8) Emisi CO2 9) Tinjauan Manajemen 2 Acuan Normatif SNI 15-2049-2004 Semen Portland SNI 15-3500-2004 Semen Portland Campur SNI 7064:2014 Semen Portland Komposit SNI 0302:2014 Semen Portland Pozolan SNI ISO 9001 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan SNI 19-14001 Sistem Manajemen Lingkungan Persyaratan dan panduan penggunaan SNI ISO 50001 Sistem Manajemen Energi 3 Definisi 3.1 Industri adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. 3.2 Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. 3.3 Standar Industri adalah standar untuk mewujudkan Industri yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian. 3.4 Perusahaan industri adalah setiap orang yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang berkedudukan di Indonesia. 3.5 Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi. 3.6 Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. 3 S IH S e m e n P o r t l a n d

3.7 Semen adalah bahan hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker semen terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. 3.8 Bahan baku adalah bahan mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. 3.9 Bahan baku sektor semen adalah bahan mentah, bahan tambahan dan bahan baku alternatif. 3.10 Bahan mentah adalah bahan atau material alami antara lain batukapur, tanah liat, pasir silika, pasir besi sebagai umpan pada proses raw mill. 3.11 Bahan bakar fosil adalah bahan bakar tradisional berbasis karbon yang tak terbarukan yang digunakan di industri semen, misalnya batubara dan minyak bumi. 3.12 Bahan bakar alternatif adalah substitusi bahan bakar fosil dengan bahan lain termasuk limbah. 3.13 Bahan baku alternatif adalah substitusi bahan baku alami dengan bahan lain termasuk limbah sampai proses penggilingan bahan mentah (raw mill). 3.14 Bahan tambahan adalah bahan anorganik yang ditambahkan dalam proses pembuatan semen seperti gipsum, batu kapur, abu terbang dan lain-lainya. 3.15 OEE (Overall Equipment Effectiveness) adalah metode pengukuran terhadap performance yang berhubungan dengan ketersediaan (availability) proses, produktivitas dan kualitas yang berfungsi untuk mengetahui efektivitas penggunaan mesin, peralatan, waktu serta material dalam sebuah sistem operasi di industri. 3.16 Cementitious adalah jumlah produksi klinker ditambah dengan semua bahan tambahan yang digunakan dalam produksi semen. 4 Simbol dan Singkatan Istilah SDS : Safety Data Sheets (lembar data keselamatan) SO 2 : Sulfur dioksida NO x : Oksida-oksida Nitrogen CO 2 : Karbondioksida PPC : Portland Pozollan Cement PCC : Portland Composite Cement OPC : Ordinary Portland Cement SPPT-SNI : Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia 5 Persyaratan Teknis 1 Bahan Baku 1.1. Perolehan bahan baku Bahan baku diperoleh dari pertambangan /quarry yang melaksanakan pengelolaan penambangan dan pengelolaan lingkungan sesuai Perusahaan industri menunjukkan ijin perolehan bahan baku dari sumbernya dari pihak berwenang Verifikasi pernyataan 4 S IH S e m e n P o r t l a n d

dengan ketentuan perundang-undangan tertulis perusahaan industri tentang pengelolaan penambangan/ quarry dan pengelolaan lingkungan serta ijin pemanfaatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan 1.2. Spesifikasi bahan baku Spesifikasi bahan baku diketahui Perusahaan industri menunjukkan spesifikasi bahan berdasarkan hasil uji dari laboratorium terakreditasi atau lembar data keselamatan (Safety Data Sheets) 1.3. Penanganan bahan baku Penanganan bahan dilakukan sesuai prosedur (SOP) Perusahaan industri menunjukkan bukti pelaksanaan prosedur penanganan bahan baku meliputi penerimaan, penyimpanan, pengangkutan, dan penggunaan 1.4. Penggunaan bahan baku untuk produksi klinker a. Pabrik yang beroperasi sebelum tahun 1995 maksimum 1,79 ton kilnfeed /ton klinker tentang pemanfaatan bahan baku sesuai dengan Lampiran b. Pabrik yang beroperasi tahun 1995 dan setelahnya maksimum 1,67 ton kilnfeed /ton klinker 2 Sumber energi panas Penggunaan bahan bakar alternatif biomassa atau non-biomassa Substitution rate minimum 1% energi panas per lokasi pabrik tentang penggunaan energi sesuai dengan Lampiran 5 S IH S e m e n P o r t l a n d

3 Penggunaan energi panas Konsumsi panas spesifik untuk proses produksi klinker a. Pabrik yang beroperasi sebelum 1995 dengan kapasitas 400.000 ton/tahun dan di atasnya maksimum 1000 kkal/kg klinker konsumsi panas sesuai dengan Lampiran b. Pabrik beroperasi sebelum 1995 dengan kapasitas di bawah 400.000 ton/tahun maksimum 1050 kkal/kg klinker c. Pabrik yang beroperasi tahun 1995 dan setelahnya maksimum 860 kkal/kg klinker 4 Penggunaan Energi listrik Konsumsi Energi Listrik Spesifik untuk memproduksi semen dari crusher sampai silo semen. a. Pabrik yang beroperasi sebelum 1995 dengan kapasitas 400.000 ton/tahun dan di atasnya maksimum 110 kwh /ton semen konsumsi energi sesuai dengan Lampiran b. Pabrik beroperasi sebelum 1995 dengan kapasitas di bawah 400.000 ton/tahun maksimum 120 kwh/ton semen c. Pabrik yang beroperasi tahun 1995 dan setelahnya maksimum 100 kwh/ton semen 5 Air Konsumsi air total (pabrik dan perkantoran pabrik, tidak termasuk perumahan) Maksimum 0,25 m 3 /ton semen per lokasi pabrik konsumsi air sesuai dengan Lampiran 6 S IH S e m e n P o r t l a n d

6 Proses produksi Kinerja Peralatan yang dinyatakan dalam Overall Equipment Effectiveness (OEE) Kiln 7 Produk Semen 7.1. Spesifikasi produk semen 7.2. Rasio Klinker terhadap semen a. Pabrik yang beroperasi sebelum 1995 minimum 70% b. Pabrik yang beroperasi tahun 1995 dan setelahnya minimum 75% Sesuai dengan spesifikasi SNI : 15-2049-2004 Semen Portland, SNI 15-3500-2004 Semen Portland Campur, SNI 7064:2014 Semen Portland Komposit, dan SNI 0302:2014 Semen Portland Pozolan a. PPC dan PCC : rasio klinker terhadap semen maksimum 82% b. OPC : rasio klinker terhadap semen maksimum 94% Verifikasi laporan operasional yang dilakukan oleh perusahaan industri dan sesuai dengan Lampiran Verifikasi bukti SPPT-SNI yang masih berlaku rasio klinker terhadap produk semen sesuai dengan Lampiran 8 Pengelolaan Limbah Melakukan pengelolaan semua limbah yang ditimbulkan oleh kegiatan industri Memenuhi Baku Mutu Lingkungan dan perijinan sesuai ketentuan perundangundangan Verifikasi Pemantauan Pengelolaan Limbah di area produksi; dan verifikasi dokumen terkait dengan pengelolaan limbah 9 Emisi Gas Rumah Kaca Emisi Gas Rumah Kaca pada proses pembuatan semen Maksimum 750 kg CO 2 /ton cementitious emisi Gas Rumah Kaca sesuai Juknis Perhitungan Emisi CO 2 di Industri Semen 7 S IH S e m e n P o r t l a n d

6 Persyaratan Manajemen Pengusahaan 1 Kebijakan dan Organisasi 1.1. Kebijakan Industri Perusahaan wajib memiliki kebijakan tertulis Penerapan Industri Periksa dokumen kebijakan penerapan industri hijau yang ditandatangani oleh pimpinan puncak 1.2. Organisasi Industri a. Keberadaan organisasi dan tim pelaksana penerapan industri hijau di perusahaan Periksa dokumen penetapan organisasi dan tim pelaksana penerapan industri hijau yang ditandatangani oleh pimpinan puncak b. Program pelatihan/ peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) tentang industri hijau Periksa sertifikat/bukti pelatihan/peningkatan kapasitas SDM tentang industri hijau 1.3. Sosialisasi Kebijakan dan Organisasi Industri Terdapat kegiatan sosialisasi kebijakan dan organisasi Industri di perusahaan Periksa bukti kehadiran atau dokumentasi atau fotokopi media sosialisasi tentang kebijakan dan organisasi industri hijau di perusahaan 2 Perencanaan Strategis 2.1. Tujuan dan Sasaran Industri Perusahaan memiliki Rencana strategis (Renstra) dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kebijakan penerapan Industri Periksa dokumen tujuan dan sasaran penerapan Industri di perusahaan 2.2. Perencanaan Strategis dan Program Perusahaan memiliki Rencana strategis (Renstra) dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kebijakan penerapan Industri Periksa dokumen Renstra dan Program yang mencakup : - Efisiensi penggunaan bahan baku, - Efisiensi penggunaan energi; - Efisiensi penggunaan air; - Konservasi energi; - Konservasi air; - Pengurangan emisi GRK; 8 S IH S e m e n P o r t l a n d

- Pengurangan limbah (B3 dan Non B3) - Jadwal pelaksanaan, penanggung jawab, dan alokasi dana Dokumen Renstra dan Program ditandatangani oleh pimpinan puncak 3 Pelaksanaan dan Pemantauan 3.1. Pelaksanaan Program Program dilaksanakan sesuai dengan jadwal, dan dilaporkan secara berkala kepada manajemen serta mendapatkan persetujuan dari manajemen puncak Periksa bukti pelaksanaan program: - Dokumentasi pelaksanaan program: Efisiensi penggunaan bahan baku, Efisiensi penggunaan energi; Efisiensi penggunaan air; Konservasi energi; Konservasi air; Pengurangan emisi GRK; Pengurangan limbah (B3 dan Non B3) - Dokumentasi realisasi alokasi anggaran untuk pelaksanaan program yang telah direncanakan - Bukti persetujuan pelaksanaan program dari manajemen puncak 3.2. Pemantauan Program Pemantauan program dilaksanakan secara berkala dan hasilnya dilaporkan sebagai bahan Tinjauan Manajemen puncak dan masukan dalam melakukan perbaikan berkelanjutan Periksa laporan hasil pemantauan program dan bukti pendukung baik yang dilakukan secara internal maupun eksternal. Laporan yang dilakukan secara internal, divalidasi oleh manajemen puncak. 9 S IH S e m e n P o r t l a n d

7 Bibliografi UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian. UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. PP No. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi. PP Nomor 18 tahun 1999 jo 85 tentang pengelolaan limbah Berbahaya dan Beracun. Kepmen LH No:KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Peraturan Menteri Perindustrian No. 12/2012 tentang Peta Jalan (Road Map) Pengurangan Emisi CO2 di Industri Semen. 8 Bagan Alir 10 S IH S e m e n P o r t l a n d