BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan pesat dalam setiap aspek kehidupan. Salah satu aspek yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan suatu masa dalam kehidupan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang harus dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan informasi yang luas serta

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

A. Pengertian dan Ciri-Ciri Masalah. B. Jenis-Jenis Masalah Siswa Sekolah Lanjutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dan pergaulan dari teman-temannya. Mereka membuat permainan game online

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dalam kehidupan yang ditandai dengan perubahan pesat dalam setiap aspek kehidupan. Salah satu aspek yang mengalami perubahan adalah aspek emosi. Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remajanya tidak meledak emosinya dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima (Hurlock, 1980:213). Emosi dasar yang berkaitan dengan kematangan emosi tersebut adalah marah. Spielberger(1999) http://www.apa.org/topics/anger/control.aspx/page2 menyatakan bahwa marah adalah An emotional state that varies in intensity from mild irritation to intense fury and rage. Kalimat tersebut diartikan sebagai pernyataan emosional yang intensitasnya beragam mulai dari perasaan terluka ringan, kegeraman hingga mengamuk. Pada masa ini kemampuan siswa dalam mengendalikan faktor penyebab marah perlu dimiliki oleh siswa agar siswa tumbuh menjadi pribadi yang matang secara emosi. Beberapa fenomena menunjukkan ketidakmampuan remaja dalam mengendalikan marah, seperti kasus empat siswa SMAN 4 Tanjung Pinang yang menghina guru di situs jejaring sosial facebook, hal ini diakhiri dengan

2 pemecatan siswa dari sekolah bersangkutan. Guru yang dihina tidak memberikan maaf pada keempat siswa yang telah menghinanya melalui status dan komentar di facebook mereka. Fenomena lain menceritakan seorang siswa remaja di Sumatra Selatan yang membunuh gurunya berawal dari teguran karena terlambat masuk kelas setelah jam istirahat (Jawa Pos, 5 September 2003). Seorang siswa sekolah menengah di Ambon membacok gurunya karena ditegur tidak membuat pekerjaan rumah mata pelajaran IPA. (Jawa Pos, 15 Februari 2005). seorang remaja di Surabaya yang nekat membunuh diri karena kesal sering dimarahi oleh keluarganya. Tindakan yang sama dilakukan oleh Eko Haryanto, remaja yang nekat membunuh diri karena malu tidak dapat membayar uang SPP menjelang ujian (Kompas, 5 Mei 2005). Malahan siswa SD kelas IV di Yogyakarta nekat gantung diri karena takut dimarahi guru karena tidak menggunakan seragam pramuka karena basah (Jawa Pos, 16 Desember 2005); dan siswa SD di Tegal berupaya bunuh diri karena merasa malu sebab menunggak uang sekolah. Dalam studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 11 Bandung, peneliti menemukan kasus mengenai perkelahian yang dilakukan oleh dua orang siswi kelas VIII. Dalam kasus tersebut, siswi C marah karena merasa pacarnya akan direbut oleh siswi D melalui situs jejaring sosial facebook. Siswi C menampar dan mencacimaki siswi D. siswi C tidak bisa mengendalikan marahnya dan cenderung melakukan tindakan agresif, tanpa memberikan kesempatan kepada siswi D untuk menjelaskan maksud dan

3 tujuannya. Sampai saat ini, siswi C belum mau memaafkan siswi D. fenomena lainnya memperlihatkan siswi berinisial F yang berubah sikapnya dari halus menjadi cepat marah, setelah ditelusuri ternyata perubahan sikapnya itu disebabkan oleh rencana orang tuanya yang akan bercerai. Fenomenafenomena tersebut diatas menunjukkan terdapat faktor penyebab yang membuat siswa tidak mampu mengendalikan marahnya. Ketidakmampuan dalam mengendalikan marah bisa disebabkan oleh beberapa faktor Menurut Purwanto dan Mulyono (2006: 18) faktor-faktor yang menyebabkan marah dibagi menjadi dua yaitu faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik seperti kelelahan yang berlebihan., zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah, Hormon kelamin. Sedangkan faktor Psikis ini erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Terutama sekali yang menyangkut apa yang disebut konsep diri yang salah yang menghasilkan pribadi yang tidak seimbang dan tidak matang. Yulianti (2007:11) mengemukakan faktor marah terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti ; persepsi diri yang salah, Menilai fisiknya lebih tinggi dari kenyataan yang sebenarnya, frustrasi, fantasi pendorong kemarahan, pemikiran irasional. Faktor eksternal seperti ; keluarga, merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh pada pembentukan diri remaja, lingkungan sekolah, sekolah dipercaya sebagai tempat kedua bagi remaja untuk menghabiskan waktunya. Jika marah tidak bisa dikendalikan akan memberikan dampak yang negatif terhadap diri siswa. Sedangkan jika siswa mampu mengendalikan

4 marah akan memberikan dampak positif. Beberapa dampak marah dijelaskan oleh Wetrimudrison (2005:13) yaitu Menimbulkan kelelahan, cape, pegal pada bagian anggota badan, menimbulkan sakit hati dan semakin sakit hati, menimbulkan dendam, Ditakuti orang, bukan disegani / juga bukan dihormati dan masih banyak lagi dampak negatif dari ketidakmampuan dalam mengendalikan marah. Selain dampak negatif, ada dampak positif dari marah yaitu : marah dapat menunjukkan pada remaja bahwa ada sesuatu masalah yang sedang timbul, marah biasanya adalah emosi kedua yang ditimbulkan oleh ketakutan. Marah dapat memotivasi remaja untuk memecahkan sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam hidup dan membantu remaja untuk menghadapi masalah-masalah serta menanganinya dengan menggarisbawahi alasan kemarahan secara khusus. Dalam membantu remaja untuk mengembangkan kemampuan mengendalikan faktor marah perlu adanya upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah. Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu upaya yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan mengendalikan marah. Fenomena di atas menunjukkan bahwa permasalahan ketidakmampuan remaja dalam mengendalikan marah terjadi di lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah merupakan tempat yang paling penting bagi remaja dalam mengembangkan kemampuannya baik dari segi akademik maupun kepribadian remaja. Melalui layanan bimbingan dan konseling diharapkan lingkungan sekolah dapat memberikan keterampilan emosi kepada remaja

5 khususnya dalam mengendalikan perilaku marah agar lebih terarah dan tersalurkan dengan cara yang baik. Kemampuan mengendalikan faktor marah perlu dimiliki remaja agar remaja tumbuh menjadi individu yang matang secara emosi ketika memasuki usia dewasa, dan tidak terjadi lagi tindakan-tindakan yang merugikan lingkungan disekitarnya hanya karena remaja tidak memiliki kemampuan mengendalikan marah yang terarah dan tepat sasaran. Dari uraian di atas, maka masalah ini sangat penting untuk diteliti. Dengan demikian judul dari skripsi ini adalah Program Bimbingan Dan Konseling Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa dalam Mengendalikan Faktor Penyebab Marah. B. Identifikasi Masalah Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan individu yang berada pada rentang usia remaja. Hurlock (1980:206) membagi masa remaja ke dalam dua masa, remaja awal (13-16 tahun) dan remaja akhir (16-18 tahun). Pada masa ini terjadi perkembangan pesat pada semua aspek kehidupan, salah satu aspek kehidupan yang berkembang adalah emosi. Hurlock (1980:212) menandai perkembangan ini sebagai masa ketegangan emosi yang meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terjadi karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi yang baru. Remaja laki-laki atau perempuan dikatakan sudah mempunyai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya di hadapan

6 orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Sebagian besar individu harus mengalami masa badai dan tekanan selama masa remaja. Gesell (Hurlock, 1980 : 213) mengemukakan remaja berusia empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung meledak. Kenyataan tersebut senada dengan fenomena-fenomena yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah. Banyaknya kasus ketidakmampuan mengendalikan marah di sekolah menuntut sebuah upaya untuk menekan bahkan menghilangkan fenomena ketidakmampuan siswa dalam mengendalikan marahnya. Yulianti (2007:17) menjelaskan marah adalah emosi dasar yang dialami oleh semua manusia. Biasanya disebabkan oleh perasaan tidak senang yang terjadi karena merasa tersakiti, tidak dihargai, berbeda pandangan, atau ketika menghadapi halangan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat di atas, emosi marah mempunyai faktor-faktor pemicu. Dalam penelitian ini faktor-faktor penyebab marah merujuk pada pendapat dari Tucker-Ladd (http://mentalhelp.net/psyhelp/chap7) yang membedakan faktor penyebab marah sebagai berikut : (1) ego yang terluka, (2) fantasi permusuhan yang berulang-ulang, (3) frustrasi, (4) pola-pola pemikiran, (5) praktek-praktek pengasuhan anak, (6) perbedaan antar manusia, (7) rangsangan yang tak menyenangkan yang menumpuk, (8) kesia-siaan dan ketakberdayaan, dan (9) sikap kebudayaan.

7 Mampu atau tidaknya siswa mengendalikan marahnya tergantung dari cara siswa tersebut mengendalikan faktor-faktor marah diatas. Mengendalikan marah sangat penting karena akan memberikan dampak. Beberapa dampak marah dijelaskan oleh Soetedja (2004:6) menyebutkan dampak kemarahan bisa membekas pada orang yang terkena marah. Bentuknya dapat berupa dendam, dengki, dan pembalasan dalam bentuk perkataan dan tindakan yang serupa. Dampaknya juga dapat mengakibatkan buruknya hubungan dengan orang lain secara pribadi atau kelompok. Dampak lainnya berupa siksaan dalam rumah tangga, kekerasan di tempat kerja, amuk massa, perkelahian antar warga, perkelahian antar pelajar, perceraian bahkan kecanduan terhadap obat terlarang. Bagi siswa ketidakmampuannya dalam mengendalikan marah ini akan berdampak seperti di jauhi teman, dimusuhi oleh teman, bahkan terisolir secara sosial. Oleh karena itu, upaya bantuan untuk mengendalikan marah ini mutlak diberikan. Mengendalikan marah berarti mencoba untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan mengendalikan faktor penyebab marahnya. C. Rumusan Masalah Berpijak pada identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran faktor penyebab marah siswa di SMPN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2010/2011?

8 2. Bagaimana program bimbingan dan konseling yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pengendalian faktor yang menyebabkan marah pada siswa SMPN 11 Bandung? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan faktor marah. Adapun secara khusus penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui: 1. Gambaran faktor penyebab marah siswa SMPN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Program bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk mengendalikan faktor penyebab marah di SMP Negeri 11 Bandung. 2. Manfaat Penelitian Studi ini dapat memberikan manfaat diantara sebagai berikut : 1. Secara teoritis Melalui hasil penelitian ini akan memberikan dukungan kepada pengembangan atau justifikasi terhadap teori yang telah ada dan juga dapat dijadikan dasar untuk merencanakan tindakan yang sesuai bagi guru pembimbing dalam mengembangkan program atau tindakan.

9 2. Secara praktis Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan program kegiatan bimbingan khususnya pada pengembangan kegiatan di sekolah. D. Asumsi Penelitian 1. Masa remaja merupakan masa badai dan tekanan, masa yang ditandai dengan meningginya emosi (Hurlock, 1980:213). 2. Terdapat fenomena yang menjelaskan ketidakmampuan remaja dalam mengendalikan marah di sekolah. 3. Siswa yang tidak mampu mengendalikan marah akan tidak disukai teman, dijauhi, dan bahkan tidak mempunyai teman sama sekali. 4. Melalui program yang sesuai, bimbingan dan konseling di sekolah mampu membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mengendalikan faktor marah agar terhindar dari dampak negatif ketidakmampuan mengendalikan marah. F. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang didesain untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan menggunakan angka statistik. Pendekatan ini menuntut penggunaan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran hingga penampilan hasilnya. Demikian juga pemahaman akan

10 kesimpulan akan lebih baik apabila juga disertai tabel, grafik, bagan, gambar, dan tampilan lain. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini dipilih dengan maksud untuk menunjukkan gambaran atau mengukur kemampuan mengendalikan faktor marah siswa SMP serta upaya untuk mangembangkannya. G. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VII, VIII, dan IX SMPN 11 Bandung. Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified sample karena siswa SMP terdiri dari kelas VII, VIII, dan IX dan masing-masing tingkat kelas harus diambil sebagai sampel. Penentuan sampel dan populasi penelitian dengan pertimbangan asumsi sebagai berikut. 1. Terdapat fenomena pada siswa SMPN 11 Bandung yang menunjukkan ketidakmampuan siswa dalam mengendalikan marah yang disebabkan oleh faktor tertentu. 2. Belum adanya layanan bimbingan dan penelitian mengenai kemampuan mengendalikan faktor penyebab marah siswa khususnya dalam lingkungan sekolah.