BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubunganya

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 1. Perencanaan dari program S3 (Salam, Slaman, Sholat)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Majid (2014: 1) menjelaskan bahwa hal tersebut sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada usia dini merupakan masa keemasan dimana pada masa ini setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Lembaga pendidikan salah satu sistem organisasi yang bertujuan membuat

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada kedewasaan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia yang antara lain berupa: (1)

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan karakter dan jati diri bangsa merupakan cita-cita luhur yang harus

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. luhur kpribadian, yang dilaksanankan secara sistematis dan terperogram.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. muda agar kelak dapat menghadapi kehidupan seperti sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

Bab I. Pendahuluan. yang saling menghormati dan menghargai tidak akan terbentuk jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. mengaktualisasikan diri dan lingkungannya sedemikian sehingga kualitas. hidup dan penghidupan ini menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. semuanya mengacu pada pengembangan individu. Upaya pendidikan secara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak adalah implementasi dari iman dan segala bentuk perilaku. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut: dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-kulah kembalimu. (Q.S. Luqman ayat 14) Ayat di atas dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ayat tersebut disisipkan dalam Al-Quran untuk menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah Subhanahu wata`ala. Memang al-quran seringkali menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada kedua orang tua. (Shihab, 2007: 128) Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cerminan dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Oleh karena itu, akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, Akhlak adalah salah satu 1

2 faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik merupakan gambaran dari baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah (Nata, 2003:1). Pembinaan akhlak menjadi sangat penting mengingat perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang diiringi dengan efek negatif yang dibuktikan dengan fenomena-fenomena kesenjangan sosial, seperti perkelahian antar pelajar, konsumsi obat-obatan terlarang oleh anak muda, dan sebagainya. Sebab akhlak memiliki fungsi menjadikan perilaku manusia menjadi lebih beradab serta mampu mengidentifikasi berbagai persolan kehidupan, baik atau buruk menurut norma yang berlaku (Asmaran, 2002: 1). Penanaman nilai-nilai keislaman memang harus dilakukan sejak usia dini. Anak sebagai generasi penerus bangsa harus mendapat perhatian yang serius baik dari orang tua, masyarakat maupun dari lingkungan sekolah terutama dalam berperilaku. Pendidikan akhlak merupakan tanggung jawab para orang tua dan guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya, akan menjadi unsur penting dalam pribadinya. Sikap anak terhadap agama, dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tuanya, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru sekolah, terutama guru yang disayanginya. Kalau guru agama dapat membuat dirinya disayangi oleh murid-murid, maka pembinaan sikap positif terhadap agama akan mudah terjadi. Akan tetapi, apabila guru agama tidak disukai oleh anak,

3 maka akan sukar sekali baginya membina sikap positif anak terhadap agama (Darajat, 1993: 62-63). Hal yang lebih penting dalam pembinaan akhlak adalah melaksanakan suatu kegiatan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terusmenerus, karena akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, tetapi harus disertai dengan contoh teladan yang baik dan nyata (uswatun hasanah) disinilah orang tua memegang peran yang sangat dominan (Aminuddin dkk, 2005: 157), oleh karena itu hendaknya setiap pendidik menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Membina akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam tujuan Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa: Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Undangundang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2013: 7). Secara global mengenai karakteristik para siswa dan siswi di SDMT Ponorogo memang beragam, tetapi dari semua siswa dan siswi memiliki sopan santun terhadap orang tua dan guru, bahkan terhadap seseorang yang baru mereka kenal, merekapun juga sopan dan santun. Hal ini mereka

4 tunjukkan yaitu ketika peneliti datang ke tempat lokasi penelitian di SDMT Ponorogo, mereka mengucap salam serta sebagian siswa bertanya dengan sopan perihal kedatangan peneliti ke sekolah mereka. Sikap saling menghargai antar teman juga mereka tunjukkan dengan berbaris rapi ketika mengantri berwudlu dan tidak saling mendorong satu dengan yang lain. Dan kepada guru, para siswa dan siswi sangat patuh terhadap instruksi dari para guru mereka, walaupun hampir keseluruhan guru tersebut masih muda. Hal ini sangat memudahkan para guru dalam mengkondisikan pembiasaan sholat Dhuha, karena guru tidak perlu berteriak dan mengulang instruksi untuk pengkondisian para siswa dan siswi (observasi tgl 19 April 2016). Secara perilaku, para peserta didik di SDMT Ponorogo tidak jauh berbeda dengan para siswa di sekolah dasar yang lain, mereka masih senang bermain dengan teman mereka masing-masing, namun dari segi akhlak mungkin memang berbeda. Para peserta didik sangat menjaga sopan santun dan etika terhadap teman dan para guru mereka, baik dalam hal bertingkah laku maupun bertutur kata. Karena di sekolah tersebut sangat di tekankan masalah budi pekerti yang baik dan bagaimana bertutur kata dengan sopan dan tidak menyinggung perasaan teman. Saat membeli jajan, para peserta didik tetap tertib mengantri giliran membayar dan dalam hal makan dan minum para peserta didik juga menerapkan sunnah Rasul dengan cara tidak berdiri, jadi sangat jarang ditemukan peserta didik yang makan jajan sambil berdiri apalagi berlari.

5 Pelaksanaan shalat Dhuha secara berjamaah merupakan suatu bentuk upaya untuk dapat membiasakan melaksanakan shalat tepat waktu. Apabila sudah masuk waktunya shalat maka mereka yang sedang melakukan aktifitas akan berhenti sejenak dan melaksanakan shalat berjamaah. Sehingga dapat menimbulkan perubahan pola pikir maupun perubahan perilaku mereka, sekaligus juga dapat menjadi pendorong agar mereka selalu hidup rukun dan saling tolong menolong, hormat menghormati. Dengan shalat juga akan dihindarkan dari pikiran ataupun perbuatan yang tidak baik, dapat menghindarkan kita dari perbuatan yang tercela, membangun akhlaqul karimah, juga akan membuat pikiran menjadi lebih cerdas atau tergolong bukan orang yang pelupa. Dalam kegiatan belajar mengajar ibadah shalat sangat ditekankan di Lembaga Pendidikan Islam termasuk di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo. Kebiasaan melaksanakan shalat Dhuha berjama ah merupakan upaya mewujudkan pondasi anak yang shaleh. Kegiatan shalat Dhuha dilaksanakan setiap hari untuk semua siswa di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo. Ketika jam istirahat tiba, para siswa belum di perkenankan untuk jajan, akan tetapi harus terlebih dahulu berwudlu. kemudian setelah itu mereka berbaris di depan kelas masing-masing dan saling bergandengan tangan dengan pasangan temannya. Guru memandu para siswa dan siswi berjalan menuju masjid yang berjarak sekitar 100 meter dari sekolah.

6 Kegiatan sholat Dhuha terbagi menjadi 2 bagian waktu, pertama yaitu bagi para anggota kelas 1, 2 dan 3. Ketika jam istirahat mereka langsung mengambil wudlu dan berjalan secara beriringan ke masjid dengan di dampingi oleh para guru. Setelah selesai dan mereka keluar meninggalkan masjid, maka secara otomatis giliran sholat Dhuha untuk waktu yang kedua yaitu para anggota kelas 4, 5 dan 6 yang memasuki masjid dan menjalankan sholat Dhuha. Sedangkan para anggota kelas 1, 2 dan 3 mereka ada yang beristirahat dan pergi ke kantin sekolah. Suasana yang sangat kondusif dalam lingkungan sekolah dan kekompakan koordinasi antar guru dalam pengkondisian semua peserta didik dalam menjalankan program shalat dhuha ini (observasi tgl 19 April 2016). Dari uraian diatas penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul, Pembiasaan Shalat Dhuha Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo. B. PEMBATASAN PENELITIAN Dalam rangka membatasi permasalahan yang diteliti agar tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana Pembiasaan Shalat Dhuha dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo.

7 C. RUMUSAN MASALAH Terkait rumusan masalah yang akan di bahas dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo? 2. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo? 3. Bagaiamana dampak pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo? D. TUJUAN PENELITIAN Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji Pembiasaan Shalat Dhuha dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo. Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian ini antara lain: 1. Untuk mendeskripsikan program pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo 2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo

8 3. Untuk mendeskripsikan dampak pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlak peserta didik di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo E. MANFAAT PENELITIAN Secara umum, penelitian berikut di bahas agar dapat memberikan beberapa manfaat dari sebagian golongan, di antaranya: 1. Bagi peneliti Penelitian ini menjadi tolak ukur seberapa dalam pengetahuan dan wawasan terkait dengan pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlak peserta didik dan sebagai sarana latihan dalam pengembangan keilmuan dalam ketrampilan penyusunan karya ilmiah. 2. Bagi sekolah Dengan penelitian ini di harapkan dapat memberi masukan dalam pembiasaan shalat Dhuha di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo serta sebagai acuan dalam rangka untuk lebih meningkatkan program pembiasaan shalat Dhuha pada peserta didik. 3. Bagi Guru Hasil penelitian ini bagi guru dapat digunakan untuk mengetahui pembiasaan shalat Dhuha peserta didik serta sebagai sumbangan pemikiran yang kiranya dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam upaya meningkatkan akhlak peserta didik. 4. Bagi Masyarakat

9 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi masyarakat dalam berpatisipasi meningkatkan pembinaan akhlak anak dengan melaksanakan shalat Dhuha. 5. Bagi Siswa Hasil penelitian ini bagi siswa dapat digunakan sebagai temuan untuk memacu semangat siswa dalam melakukan aktifitas ibadah, agar memiliki bekal ilmu pengetahuan agama untuk masa yang akan datang. F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sitematika penulisan skripsi. Bab II berisi tinjauan pustaka yang berisi kajian relevan dan landasan teori. Bab III berisi metode penelitian yang meliputi pola atau jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan tahap-tahap penelitian. Bab IV dalam bab ini akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan dari rumusan masalah. Bab V dalam bab ini berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.