BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

dokumen-dokumen yang mirip
: Curah hujan rata-rata (mm) : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) : Banyaknya stasiun hujan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KAPASITAS SABO DAM DALAM USAHA MITIGASI BENCANA SEDIMEN MERAPI. (Studi Kasus PA-C Pasekan, Kali Pabelan)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB III LANDASAN TEORI

(sumber : stasiun Ngandong dan stasiun Pucanganom)

MENENTUKAN LAJU EROSI

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik Konservasi Waduk

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian (PA-C Pasekan)

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Erosi. Rekayasa Hidrologi

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

ANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang )

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KAPASITAS SABO DAM DALAM USAHA MITIGASI BENCANA SEDIMEN MERAPI

ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

DR. IR. AFANDI, M.P. PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH DAN SEDIMEN AKIBAT EROSI MENGGUNAKAN MODEL "ANSWERS" DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, KATULAMPA.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara mt dan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

1/3/2017 PROSES EROSI

ANALISA EROSI DAN USAHA KONSERVASI PADA SUB DAS KONTO HULU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

JRSDD, Edisi September 2016, Vol. 4, No. 3, Hal: (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

SEDIMENTASI DI DAS BAH BOLON AKIBAT TATA GUNA LAHAN

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.

PENANGANAN MASALAH EROSI DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN KELURAHAN PERKAMIL

PERENCANAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN (BPS) DI HULU WADUK MRICA SUNGAI SERAYU KABUPATEN WONOSOBO

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

BAB III Metodologi Penelitian

PENANGANAN EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB-DAS CACABAN DENGAN BANGUNAN CHECK DAM

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI

Analisis Sedimentasi di Sungai Way Besai. Ofik Taufik Purwadi 1) Dyah Indriana K 2) Astika Murni Lubis 3)

PERANCANGAN JALAN LINGKAR DALAM TIMUR KOTA SURAKARTA

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Penelitian Batasan Penelitian

TINJAUAN TERHADAP INDEKS DAN KELAS BAHAYA EROSI PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI TANGGEK

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN KEDUNG MUTER DI HULU WADUK KEDUNG OMBO SUNGAI BRAHOLO KABUPATEN BOYOLALI

BAB V ANALISIS PENGARUH BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN TERHADAP EROSI

ANALISIS EROSI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI

PERENCANAAN KONSERVASI SUB DAS CIMUNTUR KABUPATEN CIAMIS. Ajeng Aprilia Romdhon, Kunto Dwi Utomo, Suharyanto *), Hari Nugroho *)

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH EROSI LAHAN TERHADAP KAPASITAS SABO DAM. (Studi Kasus : Sabo Dam GE-C Gadingan, Kali Gendol, Merapi)

BAB III DESKRIPSI TPLA DAN METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI BENDUNGAN MRICA BANJARNEGARA

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR OLEH DELVI YANTI, STP, MP NIP

PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI EROSI LAHAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KEJADIAN HUJAN TUNGGAL

PERENCANAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN (BPS) DI HULU WADUK GAJAH MUNGKUR SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOSOBO

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan harus diperkirakan dari titik pengamatan tersebut. Apabila pada suatu daerah terdapat lebih dari satu stasiun pengukuran yang ditempatkan secara terpencar, hujan yang tercatat dimasing-masing stasiun dapat tidak sama. Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada daerah tersebut, yang dapat dilakukan dengan tiga metode berikut ini : 3.1.1. Metode rerata aritmatika (alljabar) Cara ini adalah cara yang paling sederhana. Metode rata-rata hitung dengan menjumlahkan curah hujan dari semua tempat pengukuran selama satu periode tertentu dan membaginya dengan banyaknya tempat pengukuran. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) R R1,,Rn : curah hujan rata-rata (mm) : besarnya curah hujan pada masing-masing stasiun n : banyaknya stasiun hujan 15

16 3.1.2. Metode Poligon Thiesen Metode ini memperhitungkan luas daerah yang mewakili dari stasiun - stasiun hujan yang bersangkutan, untuk digunakan sebagai faktor bobot dalam perhitungan curah hujan rata-rata. Daerah pengaruh dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua stasiun terdekat. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut :. (3.2) R R1,,Rn : curah hujan rata-rata (mm) : besarnya curah hujan pada masing-masing stasiun A1,,An : luas daerah yang mewakili masing - masing stasiun n : banyaknya stasiun hujan

17 Gambar 3.1 Metode Polygon Thiesen 3.1.3 Metode Isohyet Isohyet adalah garis lengkung yang merupakan nilai curah hujan yang sama. Umumnya sebuah garis lengkung menunjukan...(3.3) R : curah hujan rata-rata (mm) R1,R2,,Rn : curah hujan di garis Isohyet (mm) A1,A2,,An : luas bagian yang dibatasi oleh Isohyet

18 Gambar 3.2 Metode Isohyet 3.2. Faktor erosivitas hujan (R) Erosivitas merupakan sifat hujan, hujan dengan intensitas rendah jarang menyebabkan erosi, tetapi hujan yang lebat dengan periode yang pendek atau panjang dapat menyebabkan adanya limpasan permukaan yang besar dan kehilangan tanah. Sifat curah hujan yang mempengaruhi erosivitas dipandang sebagai energi kinetik butir butir air hujan yang menumbuk permukaan. Dalam metode USLE, prakiraan besarnya erosi dalam kurun waktu per tahun (tahunan) dan demikian angka rata rata faktor R dihitung dari rata curah hujan tahunan sebanyak mungkin dengan menggunakan persamaan : R = (3.4) R : erosivitas hujan bulanan N : jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun x : jumlah tahun musim hujan

19 Sementara Bowles (1978) dalam asdak (2014) dalam menentukan besarnya erosivitas hujan tahunan rata-rata menggunakan persamaan : EI = 6,21(RAIN) 1,21 (DAYS) -0,47 (MAXP) 0,53 (3.5) EI : erosivitas hujan rata rata tahunan RAIN : curah hujan rata rata tahunan (cm) DAYS : jumlah hari hujan rata-rata pertahun (hari) MAXP : curah hujan max rata-rata dalam 24 jam perbulan Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang lan adalah dengan menggunakan metode matematis berdasarkan hubungan R dengan besarnya hujan tahunan menggunakan persamaan : R = 237,4+2,61Y (3.6) R : erosivitas hujan rata rata tahunan Y : besarnya curah hujan tahunan Berasarkan data curah hujan bulanan, faktor erosivitas hujan (R) dapat dihitung dengan persamaan : (Lenvain, Departemen Kehutanan, 1994) R = 2,21 R m 1,36.. (3.7) R : erosivitas hujan bulanan (KJ/ha) Rm : curah hujan maksimal bulanan (cm)

20 3.3. Faktor erodibilitas tanah (K) Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah (K) merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun per satuan indeks daya erosi curah hujan. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama kadar debu+pasir halus), bahan organik, struktur, dan permeabilitas tanah. Makin tinggi nilai K maka tanah makin peka terhadap erosi. Penentuan besarnya nilai K dapat dilakukan dengan menggunakan nomograph atau rumus Wischmeier et al. (1971) sebagai berikut : 100 K = 1,292 [ 2,1 M 1,14 (10-4 )(12-a) ] + 3,25 ( b-2 ) + 2,5 (c-3).. (3.8) K : erodibilas tanah M : parameter ukuran butir yang diperoleh dari (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat) a : persentase bahan organik (% C x 1,724) b : kode struktur tanah c : kelas permabilitas penampang tanah Untuk kadar bahan organik > 6% (agak tinggi sangat tinggi), angka 6% tersebut digunakan sebagai angka maksimum. Penilaian struktur dan permeabilitas tanah masing-masing menggunakan Tabel 3.1 dan 3.2. Tabel 3.1 Penilaian struktur tanah No. Tipe struktur tanah Kode penilaian 1. Granular sangat halus (very fine granular) 1 2. Granular halus (fine granular) 2 3. Granular sedang dan besar (medium, coarse granular) 3 4. Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platy, massif) 4 (Sumber : Wischmeier et al., 1971)

21 Tabel 3.2 Penilaian permeabilitas tanah No. Tipe struktur tanah Kode penilaian 1. Cepat (rapid) 1 2. Sedang sampai cepat (moderate to rapid) 2 3. Sedang (moderate) 3 4. Sedang sampai lambat (moderate to slow) 4 5. Lambat (Slow) 5 6. Sangat lambat (very slow) 6 (Sumber : Wischmeier et al,. 1971) Nilai K (erodibilitas tanah) juga dapat diperoleh dari tabel di bawah ini : Tabel 3.3 Nilai Erodibilitas Tanah (K) No` Jenis Tanah Nilai K 1. Latosol 0,075 2. Alluvial 0,156 3. Complex brown regosol and lithosol 0,172 4. Brown latosol 0,175 5. Grunosol 0,176 6. Association of Litosols and Red Mediterranean 0,251 7. Association of Litosols and Reddish Brown Latosols 0,251 8. Assosiate brown andosol and red brown latosol 0,271 9. Andosol dan regosol 0,271 10. Grey brown regosol 0,271 11. Andosol 0,278 12. Regosol 0,301 13. Complex of Grey Regosols and Dark Grey Grumusols 0.302 (Sumber : Puslitbang Pengairan Bogor, 1985)

22 3.4. Faktor panjang kemiringan lereng (LS) Kemiringan dan panjang lereng dapat ditentukan melalui peta topografi. Baik panjang lereng (L) maupun curamnya lereng (S) mempengaruhi banyaknya tanah yang hilang karena erosi. Faktor LS merupakan rasio antara tanah yang hilang dari suatu petak dengan panjang dan curam lereng tertentu. Nilai LS dapat dihitung dengan rumus : ( ) ( ) (3.9) Dimana S :...(3.10) Keterangan : LS : faktor kemiringan lereng (m) L : panjang lereng (m) S : kemiringan lereng g : gravitasi (m/detik) Faktor panjang lereng (L) didefinisikan secara matematik sebagai berikut (Schwab et al.,1981) : L = (l/22,1) m...(3.11) L : panjang kemiringan lereng (m) M: angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng dan kemiringan lereng dan dapat juga oleh karakteristik tanah, tipe vegetasi. Angka eksponen tersebut bervariasi dari 0,3 untuk lereng yang panjang dengan kemiringan lereng kurang dari 0,5 % sampai 0,6 untuk lereng lebih

23 pendek dengan kemiringan lereng lebih dari 10 %. Angka eksponen rata-rata yang umumnya dipakai adalah 0,5. Faktor kemiringan lereng S didefinisikan secara matematis sebagai berikut (Schwab et al.,1981) : S = (0,43+ 0,30s + 0,04s 2 ) / 6,61...(3.12) Keterangan : S : kemiringan lereng aktual (%) Seringkali dalam prakiraan erosi menggunakan persamaan USLE komponen panjang dan kemiringan lereng (L dan S) diintegrasikan menjadi faktor LS dan dihitung LS = L1 / 2 (0,00138S 2 + 0,00965S + 0,0138)...(3.13) L1 : panjang lereng (m) S : kemiringan lereng (%) Rumus diatas diperoleh dari percobaan dengan menggunakan plot erosi pada lereng 3-18 %, sehingga kurang memadai untuk topografi dengan kemiringan lereng yang terjal. Harper (1988) menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan lereng lebih besar dari 20 %, pemakaian persamaan 3.13 akan diperoleh hasil yang overestimate. Untuk lahan berlereng terjal disarankan untuk menggunakan rumusberikut ini (Foster and Wischmeier, 1973). LS = (l / 22)mC(cosα )1,50 [0,5(sinα )1,25 + (sinα )2,25 ]...(3.14)

24 m : 0,5 untuk lereng 5 % atau lebih : 0,4 untuk lereng 3,5 4,9 % : 0,3 untuk lereng 3,5 % C : 34,71 α : sudut lereng l : panjang lereng (m) Selain itu faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Morgan, 1979) : LS =...(3.15) LS : faktor panjang dan kemiringan lahan S : kemiringan lereng (%) λ : panjang lereng (m) Rumus tersebut berlaku untuk lahan dengan kemiringan <22%, sedangkan untuk lahan dengan kemiringan lebih curam digunakan rumus Gregory et al. (1979) sebagai berikut : T = m. C. (cos α) 1,503. 0,5. (sin α) 1,249 + (sin α) 2,249 (3.16) T λ m : faktor topografi / LS : panjang lereng (m) : 0,5 untuk lereng 5% atau lebih

25 : 0,4 untuk lereng 3,5% - 4,9% : 0,3 untuk lereng <3,4% C : 34,7046 Α : sudut kemiringan lahan (º) 3.5. Faktor penggunaan lahan dan pengelolaan tanah (CP) Merupakan faktor kriteria penggunaan lahan dan pengelolaan tanah, dimana C adalah faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik dan tanpa tanaman. Sedangkan P adalah faktor tindakan tindakan khusus konservasi tanah yaitu nisbah antara besarnyaerosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus seperti pengelolaan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah dengan lereng dalam keadaanyang identik. Jika nilai faktor C dan P di gabungan maka kriteria penggunaan lahan dan besarnya nilai CP dapat dilihat pada table di bawah ini : Tabel 3.4 Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Tanah (CP) NO Penggunaan Lahan Faktor CP 1 Pemukiman 0.60 2 Kebun campuran 0.30 3 Sawah 0.05 4 Tegalan 0.75 5 Perkebunan 0.40 6 Hutan 0.03 7 Padang rumput 0.07 (Sumber : RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah), Buku II 1986)

26 3.6. Erosi Pada metode USLE, untuk menghitung besarnya tanah yang tererosi menggunakan persamaan, berikut : A = R x LS x K x CP...(3.17) Keterangan : A : banyaknya tanah tererosi per satuan luas persatuan, dalam praktek dipakai satuan ton/ha/tahun. R : merupakan faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan K : faktor erodibilitas tanah, yaitu erosi per indeks erosi hujan untuk suatu jenis tanah tertentu dalam kondisi ditanami terus menerus. LS : faktor panjang kemiringan lereng, yaitu antara besarnya erosi per indeks erosi dari suatu lahan dengan panjang dan kemiringan lahan tertentu terhadap besarnya erosi CP : faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman, yaitu antara besarnya erosi lahan dengan penutup tanaman dan manajemen tanaman tertentu terhadap lahan yang identik tanpa tanaman. 3.7. Sediment Delivery Ratio (SDR) Sediment Delivery Ratio merupakan perkiraan rasio tanah yang diangkut akibat erosi lahan saat terjadinya limpasan (Wischmeier dan Smith, 1978). Nilai SDR sangat dipengaruhi oleh bentuk muka bumi dan faktor lingkungan. Menurut Boyce (1975), sediment delivery ratio dapat dirumuskan SDR= 0,41 A das -0,3 (3.18) Dengan : SDR : Sediment Delivery Ratio

27 A das : luas DAS (km 2 ) 3.8. Sedimen potensial yang terjadi Hubungan antara erosi lahan, angkutan sedimen dan delivery ratio dapat diformulasikan sebagai berikut : SY = SDR x A.. (3.19) Dengan : SY : angkutan sedimen (ton/ha) SDR : Sediment Delivery Ratio A : erosi lahan (ton/ha) 3.9. Jumlah dan kapasitas bangunan sabo Kapasitas bangunan sabo adalah kemampuan bangunan tersebut untuk menampung dan mengaliran sedimen. Kapasitas sabo dam adalah daya tampung dan control terhadap aliran sedimen. Kapasitas ini dihitung mempertimbangkan parameter-parameter, antara lain : lebar sungai, tinggi sabo dam dan kemiringan dasar sunga sebelum ada bangunan dan kemiringan dasar sungai rencana. Berikut adalah gambar penampang melintang pada bangunan sabo dam : Gambar 3.3 Gambar penampang melintang sabo dam

28 Bagian (a) merupakan dead storage, sedang bagian (b) disebut sebagai control volume, karena pada saat berlangsung aliran debris, endapan sedimen tersebut akan terangkut. Secara kasar, control volume dan dead storage dapat diestimasi dengan rumus berikut : Dead storage : V a = 1,5 (0,67. i. h 2. B) m 3 Control volume : V b = 1,5 (0,4. i. h 2. B) m 3 Dalam hal ini i adalah kemiringan rata-rata dasar sungai di hulu dam.