BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENYELIDIKAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL. 1. Pengamatan.

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP / / XII / 2012

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENGGELEDAHAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL. 1.

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR F-338.IL TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN ORANG ASING

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PEMERIKSAAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENANGANAN TKP MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

BAB II PERANAN POLISI SEBAGAI PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

KENDALA DALAM PELAKSANAAN PEMBELIAN TERSELUBUNG (UNDERCOVER BUY ) DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA OLEH PENYIDIK POLRI

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PERTEMUAN 13: TAHAPAN AUDIT INVESTIGASI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENANGKAPAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PROSEDUR KERJA. Kencana Loka BLOK F JABATAN : KOORDINATOR SECURITY TGL TERBIT : SATUAN PENGAMAN / SECURITY NO REVISI : 0

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN JARINGAN INTELIJEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN ALAT BUKTI DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan

I. PENDAHULUAN. kereta api, maka di butuhkan pula keamanan dan kenyamanan kereta api. Masalah

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

BAB II PENYIDIKAN TERHADAP PENGAJUAN KLAIM ASURANSI TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA PENGGELAPAN ASURANSI

V. PENUTUP. ini, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Teknik dan taktik penyidik kepolisian dalam mengungkap tindak pidana

BAB III KEBIJAKAN KEPOLISIAN RESOR KOTA MEDAN DALAM MENJALANKAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

PERANAN MASYARAKAT DALAM MEMBANTU PENYIDIK UNTUK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI KASUS DI POLTABES SURAKARTA)

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta

Sumber: Dewi, A.I, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka book Publisher : yogyakarta.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penegakkan hukum, Polwan di UPPA juga berperan aktif dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PENYELIDIKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

1. Merencanakan penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PAREPARE

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan metode yang digunakan, dan dari uraian di atas bahwa

PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 17 TAHUN 2005 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PATROLI SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pengamanan. Ketertiban. Pelaksanaan. Tata Cara.

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TANGGUNG PRIYANGGO TRI SAPUTRO NIM. C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

BAB I BERKAS PENYIDIKAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat merubah cara hidup manusia. Perubahan-perubahan ini seiring

PERATURAN KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Di samping itu Pasal 27 Ayat 1 (1) Undang -

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

Transkripsi:

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENYELIDIKAN 1. Pengamatan. a. Observasi adalah pengamatan dengan panca indra secara teliti terhadap orang, benda, tempat, kejadian / situasi. b. Observasi dilakukan dengan maksud untuk : 1) Memperoleh gambaran yang lengkap, jelas dan terperinci terhadap sasaran. 2) Menentukan keidentikan subyek dengan informasi / gambaran yang telah diperoleh sebelumnya. 3) Melengkapi informasi yang sudah ada. 4) Pengecekan atau konfirmasi keterangan, data atau fakta. 5) Mencari hubungan antara subyek dengan peristiwa tindak pidana. c. Observasi diawali dari pengamatan secara umum untuk mendapatkan gambaran umum / menyeluruh serta mengamati bagian bagian / hal-hal yang istimewa secara terperinci / khusus. d. Observasi terhadap orang, dilakukan dengan meneliti mencari : 1) Ciri-ciri umum, misalnya : a) Jenis kelamin. b) Kebangsaan. c) Warna kulit. d) Tinggi Badan. /e) Berat...

2 e) Berat badan. f) Bentuk badan. g) Umur. h) Bentuk warna rambut. i) Bentuk hidung. 2) Ciri-ciri khususu, misalnya : a) Bentuik kepala. b) Wajah. c) Bentuk mata. d) Tanda / cacat / ciri pada badan atau muk. e) Gerak-gerik dan tingkah laku. f) Kebiasaan. 3) Ciri-ciri yang dapat berubah, misalnya : a) Cara berpakaian. b) Potongan rambut. c) Pemakaian kosmetik. d) Raut muka (operasi ). e. Observasi terhadap benda, dimulai dari ciri-ciri umum kemudian ke ciri-ciri khusus yang membedakan dengan yang lain, misalnya : 1) Jenis / bentuk umum termasuk ukuran dan warna. 2) Ciri-ciri khusus yang membedakan dengan yang lain. f. Observasi terhadap tempat. 1) Untuk menentukan tempat yang pasti dari suatu kejadian peristiwa tindak pidana dan untuk mengenali bukti, saksi, tersangka, korban yang ada kaitannya dengan peristiwa tindak pidana. /2) Observasi..

3 2) Observasi terhadap tempat dapat dilakukan ditempat terbuka atau tempat tertutup : a) Tempat terbuka. Tempat terbuka biasanya tidak mempunyai batas yang jelas, maka penyelidik yang akan melakukan observasi perlu terlebih dahulu menentukan / memastikan batas daerah yang akan diobservasi secara logis dan praktis, misalnya dengan menggunakan benda / barang hal hal ditempat tersebut sebagai tanda taktis, misalnya jalan, tiang listrik, pohon, jembatan dan lain-lain. b) Tempat tertutup. Observasi tempat tertutup seolah-olah kelihatan tidak sulit, karena ada batas-batas yang jelas, tetapi sebenarnya justru ditempat yang tertutup dapat menimbulkan kesulitan untuk mengamati secara keseluruhan, namun demikian dapat diatasi dengan cara : (1) Koordinasi dengan telkom untuk melakukan penyadapan. (2) Memasang alat perekam. (3) Undercover. g. Observasi terhadap kejadian / situasi. 1) Observasi terhadap kejadian yang meliputi seluruh kejadian biasanya tak dapat dilakukan, karena penyelidik biasanya datang setelah tindak pidana berlangsung dan selanjutnya tak mungkin tindak pidana dibiarkan terus berlangsung sekedar untuk observasi. 2) Dalam observasi terhadap sesuatu kejadian walaupun hal tersebut merupakan sesuatu yang dianggap kecil / sepele namun sering dapat mempunyai arti yang sangat penting dalam kaitannya dengan peristiwa tindak pidana. /3) Hal...

4 3) Hal-hal yang perlu diperhatikan : a) Observasi dilakukan dengan cermat dan tepat sehingga dapat diperoleh gambaran yang lengkap dan jelas tentang sasaran. b) Hal-hal kelihatan kecil atau sepele perlu diamati dengan baik, karena hal tersebut mungkin tidak berarti bagi orang awam, tetapi sangat berharga bagi penyelidik. c) Observasi sebaiknya dilakukan secara sistematis dan terus menerus. d) Untuk membantu mengingat apa yang telah diamati perlu disediakan peralatn / perlengkapan yang diperlukan, misalnya : (1) Alat tulis / catatan. (2) Peralatan Foto. (3) Alat perekam, Handycam./ (4) Teropong. (5) Gambar sketsa. e) Sebelum melaksanakan observasi kepastian terhadap penentuan sasaran harus dikaji dan dianalisa secara cermat. 4) Dalam melakukan observasi terhadap seseorang harus di[perhatikan : a) Gerak-gerik orang yang sembunyi sembunyi perlu mendapat perhatian khusus. b) Sikap dan tingkah laku orang yang terlalu ingin tahu perlu diamati. c) Sikap seseorang yang menunjukkan pura-pura tidak tahu, yang terlalu dibuat-buat biasanya mengandung maksud tertentu yang perlu diperhatikan oleh penyelidik. 5) Bila penyelidik hadir / datang di TKP dimana tindak pidana masih berlangsung maka ia harus dapat melakukan observasi secara tepat dan obyektif, terutama mengenali faktor-faktor penting, misalnya : /a) Waktu...

5 a) Waktu tepatnya kejadian. b) Tempat dan lokasi tepatnya kejadian. c) Orang yang terlibat pidana. d) Benda alat melakukan / hasil kejahatan. e) Perbuatan masing-masing pelaku. 2. Wawancara ( Interview ). a. Interview adalah usaha / kegiatan untuk memperoleh keterangan dari orang yang memiliki atau diduga memiliki keterangan. b. Interview dapat dilakukan secara tertutup maupun terbuka dan atau kombinasi antara keduannya. c. Interview yang dilakukan oleh para Penyelidik secara terbuka dilakukan dalam bentuk wawancara atau pemeriksaan, sedangkan interview secara tertutup dilakukan dengan menggunakan tehnik undercover atau kombinasi dengan teknik elicting. d. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1) Interview dalam rangka penyelidik sebaiknya dilakukan secara formal dan terselubung, dengan kemampuan memilih cara pendekatan yang tepat. 2) Kemampuan panca indra seseorang tidak sama satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi daya tangkapnya dan hasil Interview yang diperoleh. 3) Peranan tiap-tiap orang dalam hubungannya dengan peristiwa tindak pidana yang terjadi dapat menghasilkan keterangan yang berbeda. /4) Sikap...

6 4) Sikap mental dan kepribadian orang yang diinterview perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan oleh penyelidik, karena dapat memberikan pengaruh yang besar atas isi keterangan yang diberikan misalnya, karena : a) Enggan. b) Takut / terpaksa. c) Merasa tidak enak. d) Tidak simpati kepada Polisi. e) Bersikap tak peduli. 5) Latar belakang seseorang yang diinterview dapat mempengaruhi isi / versi keterangan yang diberikan misalnya karena : a) Sensasi. b) Dendam. c) Fitnah. 5) Memilih dan menggunakan metode pendekatan yang tepat sesuai dengan keadaan dan sifat orang yang akan diinterview misalnya : a) Bagaimana memperlakukan orang yang interview supaya bersedia memberikan keterangan yang benar. b) Mengajukan pertanyaan dan menerima jawaban secara berurutan dan jangan diputus-putus. c) Membiarkan orang yang diinterview berbicara bebas dan leluasa dan bila ada hal-hal yang janggal / tak cocok, agar ditanyakan lagi. d) Mengusahakan supaya orang yang diinterview dapat berbicara dengan rasa aman dan tenang. e) Menunjukkan sikap yang ramah tapi praktis dan obyektif. /f) Berusaha...

7 f) Berusaha tidaka membuat catatan-catatan yang dapat menimbulkan kecurigaan atau kesan / sikap yang tidak disetujui oleh orang yang diinterview, sebaiknya cukup dicatat dalam ingatan. Bila menggunakan alat perekam supaya tidak diketahui oleh orang yang sedang diinterview. g) Mengajukan pertanyaan secara praktis. 3. Surveillance. a. Surveillance adalah kegiatan pembuntutan secara sistematis terhadap orang, tempat dan benda. Biasanya pembuntutan dilakukan terhadap orang, sedangkan survelance terhadap tempat atau benda dilakukan karena ada hubungannya dengan orang yang diamati / orang tertentu. b. Di dalam surveillance digunakan istilah-istilah antara lain : 1) Subyek adalah orang, tempat atau benda yang diamati dalam rangka surveillance. 2) Contact adalah orang yang dihubungi subyek atau yang menjadi obyek sasaran surveillance. 3) Convoy adalah orang yang membantu subyek untuk mengikuti guna mengawasi apakah ada orang yang mengamati subyek. 4) Decoy adalah orang yang membantu subyek untuk mengalihkan perhatian / menyesatkan surveillance. 5) Made /blown/burned ( dalam bahasa Indonesia kita gunakan istilah hangus ) adalah istilah untuk menyatakan bahwa identitas surveillance telah diketahui oleh obyek. c. Jenis-jenis Surveillance dapat dikategorikan antara lain sebagai berikut : /1) Surveilance...

8 1) Surveillance Mobile. Surveilance Mobile bias disebut membuntuti atau membayangi. Surveilance dapat dilakukan dengan : a) Jalan kaki ( satu orang, dua orang dan tiga orang ). b) Berkendaraan ( terhadap kendaraan subyek dapat dipasang alat penyadap ). Cara tersebut dilakukan dengan menggunakan satu kendaraan dan dua kendaraan atau lebih. c) Jalan kaki dan berkendaraan. 2) Surveillance Tetap. a) Surveilance Tetap digunakan apabila subyek tetap ada disuatu tempat atau apabila semua informasi yang penting / esensial dapat diperoleh / dikumpulkan dari suatu tempat. b) Dalam surveillance tetap ini dapat berpindah-pindah dari titik yang satu ke titik yang lain. Surveillance tetap pada hakekatnya sama dengan pengintaian. 3) Surveillance Longgar. Atas pertimbangan tertentu pelaksanaan Surveillance dapat dilakukan secara longgar, misalnya karena : a) Informasi yang dicari akan lebih baik dicapai dengan melalui salah satu segi kegiatan subyek. b) Untuk dapat mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang subyek memerlukan jangka waktu panjang. 4) Surveillance Ketat. Dalam surveillance ketat subyek harus ada pengamatan terus menerus, teliti dan intensif. Bila surveillance dalam hal ini kehilangan subyek maka harus segera diusahakan cara lain untuk melanjutkannya /5) Gabungan..

9 5) Gabungan Surveillance Longgar dan ketat. a) Terhadap suatu tempat perjudian gelap dilakukan surveilance ketat, sementara itu ada orang-orang tertentu yang sering datang, maka pada saat yang bersamaan juga dilakukan surveilance longgar terhadap orang-orang tersebut. b) Pada suatu saat kemudian surveilannce longgar dapat dirubah menjadi surveillance ketat karena ada tindakan / hubungan yang dilakukan subyek. d. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1) Surveilance terhadap subyek sebaiknya direncanakan secara teliti dan matang serta fleksibel sesuai kebutuhan dan keadaan yang mungkin berkembang / berubah dilapangan. 2) Dalam merencanakan surveillance perlu memperhitungkan dan mempertimbangkan tentang kemungkinan yang dapat menimbulkan halhal yang tak terduga dan resiko resiko yang akan dihadapi, antara lain tentang : a) Informasi yang telah diterima dan telah tersedia. b) Tujuan surveillance yang akan dicapai. c) Perkiraan tentang kemungkinan yang akan dihadapi. d) Cara bertindak yang diperlukan. e) Pemilihan dan penentuan personil dan sarana yang diperlukan. 3) Persyaratan-persyaratan yang perlu dipenuhi untuk melakukan surveilance antara lain sebagai berikut : a) Petugas yang melakukan surveilance : (1) Bertubuh sedang / biasa. (2) Tidak memiliki kelainan / keistimewaan bentuk badan dan wajah. /(3) Tidak..

10 (3) Tidak mempunyai tanda khusus / cacat diri. (4) Dapat cepat menyesuaikan diti dan serasi dengan tempat /lingkungan dan keadaan sekelilingnya ( misalnya : menguasai bahasa, paham adapt kebiasaan, cara berpakaian, penampilan ). (5) Menguasai tehnik dan taktik penyelidikan. b) Sarana-sarana surveillance disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan, antara lain : (1) Mobilitas yang tinggi. (2) Komunikasi yang cepat. (3) Perlengkapan dan peralatan yang tepat. (4) Dana yang memadai. (5) Fasilitas dan identitas semua yang diperlukan, seperti kendaraanm harus disesuaikan dengan sasaran (subyek). 4) Persiapan untuk melaksanakan surveilance meliputi : a) Penelitian semua informasi yang telah diterima dan yang telah tersedia. b) Melakukan pengintaian terhadap subyek untuk menentukan : (1) Cara bertindak. (2) Jalan masuk dan jalan keluar. (3) Titik titik yang menguntungkan dan merugikan. (4) Hal-hal yang dapat dimanfaatkan. c) Pengenalan / mengetahui obyek, misalnya bila obyek belum diketahui dapat terlebih dahulu minta bantuan orang lain untuk dimanfaatkan memberi identitas obyek, sebagai jaringan. d) Mengetahui identitas obyek antara lain tentang : /d) Mengetahui...

11 (1) Nama. (2) Umum (3) Jenis kelamin (4) Alamat (5) Pekerjaan (6) Foto (7) Sinyalemen (8) Kebiasaan (9) Hubungan-hubungan (10) Teman Akrab. (11) Tempat-tempat yang sering dikunjungi. (12) Kendaraan yang dimiliki atau digunakan. (13) Hobby. (14) Keterlibatan dalam tindak pidana / kejahatan. 5) Surveilance agar mempersiapkan uang termasuk uang kecil yang cukup untuk sewaktu-waktu diperlukan misalnya untuk telepon, taxi, bus, makan direstoran dan lain-lain. 6) Surveillance harus senantiasa peka terhadap gerak tipu obyek supaya tidak kehilangan jejak. 7) Harus waspada terhadap kemungkinan penyesatan. 8) Bila obyek memasuki restoran supaya surveilanve mengambil tempat yang cukup untuk dapat mengawasinya dan bila memesan makanan yang dapat cepat / segera disediakan. /9) Bila...

12 9) Bila surveillance ada dalam satu lift dengan obyek agar menunggu obyek lebih dahulu menekan tombol tingkat yang akan dituju dan surveilance kemudian menekan tombol satu tingkat diatas atau dibawahnya dan kemudian mengikuti obyek melalui tangga. 10) Hati hati dan waspada terhadap gerakan gerakan obyek yang bersifat tipu daya, misalnya berhenti tiba-tiba, pura-pura membetulkan tali sepatu, dasi atau berdiri didepan estalase, yang tujuan sebenarnya untuk mengelakan atau mengecek apakah ada orang yang mengikutinya. 11) Waspada terhadap obyek yang menggunakan pengawal bertujuan untuk mengamankan/menghalangi pengawasan atau memperdaya surveillance. 12) Jika obyek curiga bahwa ada yang mengikuti atau survbeillance kehilangan jejak, maka ia memilih cara : a) Seolah-olah surveillance tak mengawasi obyek. b) Merubah posisi dengan cepat dari cara semula dan segera melapor pada atasan sebab kehilangan jejak. 13) Obyek harus terus diamati sampai selesai melakukan perbuatan pidana / kejahatan kecuali bila dengan dibiarkan itu mengakibatkan : a) Kejahatan menjadi selesai keseluruhannya. b) Membahayakan keselamatan korban. c) Kerugian yang besar tak dapat dihindarkan. 14) Segera melaporkan hasil surveillance kepada atasan / penyidik yang berwenang.

13 e. Undercover ( Penyamaran ). 1) Undercover dilakukan untuk keperluan penyelidikan yang tidak mungkin didapat dengan cara-cara terbuka oleh sebab itu perlu dilakukan penyamaran, menyusup ke dalam sasaran guna memperoleh bahan keterangan yang diperlukan. 2) Petugas yang melakukan undercover harus betul betul dipilih dan dipersiapkan sehingga memiliki kemampuan tehnis dalam melakukan interview, observasi dan surveillance serta kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan lain yang mendukung tindakan penyelidikan. 3) Untuk mencegah terungkapnya penyamaran ( undercover ), maka identitas petugas harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi sasaran, sedangkan semua identitas diri yang tidak mendukung pelaksanaan kegiatan undercover harus dihilangkan ( disingkirkan ) antara lain : KTP, SIM, Kartu nama dan lain-lain. 4) Terhadap kasus petedaran narkoba dapat digunakan tehnik undercover ( penyamaran ) dalam bentuk : a) Undercover buy ( sebagai calon pembeli ), hanya dapat dilakukan oleh Petugas tertentu dengan Surat Keputusan. b) Controlled delivery ( penyamaran untuk dapat mengikuti / melibatkan diri dalam pendistribusian narkoba sampai kepada tempat tertentu ), hanya dapat dilakukan petugas Polri tertentu. c) Raid planning execution ( Penindakan / pemberantasan ). 5) Persiapan persiapan Undercover : a) Peralatan dan Perlengkapan. (1) Perlengkapan khusus disesuaikan dengan sasaran dan biaya yang diperlukan ( Pakaian dan lain-lain ). /(2) Sarana...

14 (2) Saranan komunikasi dan transportasi sesuai dengan cover yang diperlukan. (3) M<enentukan tempat pertemuan tertentu ( safe house) untuk menyampaikan bahan keterangan dan menerima instruksi dari Pimpinan. b) Mempelajari data sasaran dengan cermat dan teliti. c) Kelengkapan administrasi yang meliputi : (1) Surat Perintah yang diterbitkan, akan tetapi tidak dibawa oleh yang bersangkutan. (2) Surat surat identitas diri seperti KTP, SIM dan lain sebagainya disesuaikan dengan covernya. d) Menyembunyikan segala catatan / arsip resmi baik yang berada dirumah maupun yang dibawa seperti berpakaian dinas yang dapat menunjukkan identitas anggota Polri. e) Apabila petugas undercover bertempat tinggal dalam komplek perumahan Polri maka yang bersangkutan harus berpindah keluar komplek hingga tugas selesai. f) Mengingatkan kepada semua anggota keluarga / teman / handai taulan untuk tidak mengatakan / menceriterakan tentang identitas yang sebenarnya sebagai anggota Polri kepada orang lain yang belum dikenal. g) Melatih / membiasakan diri dengan identitas yang baru. h) Merencanakan tempat-tempat pertemuan tertentu sebagai meeting place atau safety place serta alat alat komunikasi dan transportasi yang akan dipergunakan untuk menyampaikan bahan-bahan keterangan untuk menyampaikan bahan-bahan aketerangan yang diperoleh kepada Pimpinan. i) Mencari dan memilih orang-orang yang dapat membantu dalam pelaksanaan undercover bila diperlukan. /j) Memperhitungkan...

15 j) Memperhitungkan segala kemungkinan adanya hambatan rintangan bagi pelaksanaan kegiatan undercover untuk dapat diatasi ( alam, petugas sendiri maupun sasaran ). k) Mempersiapkan suatu skenario / ceritera penyamaran ( cover story, cover job ) yang akan dilakukan dalam kegiatan undercover guna mendekati sasaran ataupun bila terjadai kegagalan. Persiapan dapat dilakukan petugas lain tanpa mengetahui tujuannya. l) Penetitian terakhir terhadap segala sesuatu yang telah dipersiapkan secara keseluruhan oleh pimpinan pelaksanaan kegiatan undercover. 6) Pelaksanaan Undercover. a) Melakukan pendekatan pada sasaran, yang telah ditentukan. Apabila ada hambatan untuk pendekatan langsung dapat melalui orang lain atau contac person yang dapat membantu. b) Setelah berhasil kontak dengan sasaran dilanjutkan dengan kegiatan kegiatan untuk menumbuhkan kepercayaan dari sasaran, dengan menyebarluaskan ceritera samaran dilingkungan sasaran. Pilih temapt tinggal, tempat hiburan dan tempat kerja yang dapat digunakan untuk mengamati kegiatan sasaran, baik langsung maupun tidak langsung. c) Dalam hal petugas yang melaksanakan kegiatan undercover telah berada dan berhasil diterima dilingkungan sasaran, maka sebelum mengumpulkan bahan keterangan yang diperlukan, ia harus segera melakukan adaptasi dan bertindak hati-hati dengan cara : /(1) Membatasi...

16 (1) Membatasi pembicaraan agar orang-orang yang ada disasaran lebih aktif berbicara. (2) Berusaha untuk mendengar semua hal yang dibicarakan oleh sasaran. (3) Gunakan kesempatan untuk mengadu domba antara anggota dari sasaran yang diselidiki ( bila merupakan suatu kelompok / organisasi ). (4) Anggaplah orang-orang yang berada di sasaran memiliki pengetahuan yang sederajad dengan petugas. (5) Perhatikan dengan seksama apa yang tampak disekitar / sasaran dan kegiatan kegiatan apa yang tengah / akan berlangsung diingat tanpa mencatat. (6) Usahakan agar percakapan terus berlangsung, tanpa banyak pertanyaan, sebab pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menimbulkan kerugian / kecurigaan. (7) Jangan sampai terpengaruh terhadap hal-hal negative yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di sasaran dengan memberikan alasan yang logis dan dapat diterima oleh sasaran. (8) Penyelidik harus mampu menguasai tentang segala hal yang berkaitan dengan cover, baik cover name / cover job maupun cover story. (9) Jangan bersikap dan bertindak yang dapat menimbulkan kecurigaan dalam lingkungan orang orang yang ada di sasaran. (10) Melakukan pengamatan secara cermat dan teliti yang diharapkan dapat memperoleh bahan keterangan lain. (11) Setiap kegiatan dilakukan sedemikian rupa sehingga kontak dengan pelindung / markas tetap dan kerahasiaan tetap dan kerahasiaan tetap terjamin.

17 (12) Komunikasi terhadap kawan supaya menggunakan tandatanda atau gerakan tubuh tertentu ( rahasia) yang mudah disampaikan dan dimengerti. 7) Hal-hal yang perlu diperhatikan : a) Dalam hal petugas yang melaksanakan undercover tidak berhasil melapor pada waktu dan tempat yang telah ditemtukan / diatur, pimpinan memerintahkan kepada petugas lain untuk mengadakan pengcekan untuk mengetahui situasi dan kondisi penyelidik yang melakukan undercover serta sasarannya. b) Jika karena situasi terpaksa harus melibatkan diri dalam suatu perbuatan tindak pidana, maka kegiatan tersebut harus sepengetahuan dan persetujuan pimpinan. c) Dalam hal ditemukan hambatan saat melakukan kegiatan penyamaran ( undercover), maka pimpinan harus memberikan petunjuk baru yang jelas dan tegas. d) Jangan bergaul atau mendekati wanita yang mempunyai hubungan intim dengan orang-orang yang ada di sasaran. e) Tindakan-tindakan seperti mendusta, menipu menghianati adalah merupakan hal yang biasa bagi pelaku tindak pidana, oleh karena itu : (1) Harus bertindak hati-hati, hindari timbulnya ketidaksenangan atau melakukan sikap yang berlawanan. (2) Jangan terlalu cepat percaya, terhadap orang-orang yang ada disasaran. /(3) Supaya...

18 (3) Supaya dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan perkembangan yang ada. f) Jangan sekali-kali menanyakan asal-usul orang disasaran. g) Waspada terhadap orang yang membantu pelaksanaan kegiatan undercover. h) Apabila diperlukan, agar pimpinan apelaksana kegiatan undercover menunjuk petugas lain yang bertindak sebagai pelindung dengan jalan mengikuti jejak dan memperhatikan kegiatan undercover yang dilakukan oleh petugas pertama untuk kemudian dilaporkan kepada pimpinan pelaksana kegiatan undercover. i) Pembentukan dan pemanfaatan jaringan informan yang didasari dengan pamrih seperti : (1) Membantu Penyelidik Polri, karena ingin diberi upah atau imbalan berupa uang. (2) Rasa dendam terhadap sasaran atas perbuatan dan keadaan-keadaan yang pernah merugikan atau menyakiti hatinya. k) Melalukan pembinaan terhadap jaringan informasi agar memiliki : (1) Kemampuan untuk dapat mendekati / mencapai sasaran. (2) Mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sasaran tanpa mencurigakan. (3) Mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan keterangan / informasi yang diperlukan. /(4) Penugasan...

19 (4) Penugasan informan diarahkan kepada sasaran-sasaran yang jelas atau ditujukan pada masalah-masalah tertentu tanpa dilengkapi dengan surat tugas / tanda tertentu tanpa dilengakpi dengan surat tugas / tanda pengenal sebagai informan serta jangan sekali-kali meminjam pakaian, senjata api oragnik atau alat khusus Polri lainnya seperti ( borgol, HT dan lain-lain). (5) Lakukan pengawasan dan pengendalian terhadap informan antara lain dengan cara : (a) Tunjukkan sikap simpati terhadap kesulitankesulitan pribadinya. (b) Jangan remehkan informasi yang diberikannya. (c) Jangan perlihatkan sikap kecewa sekalipun informasi yang diberikannya berlainan dengan informasi yang diperoleh dari sumber lain. (d) Mintalah informasi yang lengkap dan akurat. (e) Catat dan rekamlah semua informasi yang diberikannya. (f) (g) Ajukan pertanyaan terhadap sesuatu yang telah diketahui oleh petugas dengan maksud untuk mengecek kebenaran informasi yang diberikannya. Agar meneliti kebenaran informasi informan yang diperoleh. (h) Hindarkan kemungkinan terjadinya penyalahgunaan misi yang diberikan untuk tujuan-tujuan tertentuan guna kepentingan pribadinya. / 4. Sasaran...

20 4. Sasaran Penyelidikan. Sasaran apenyelidikan ditentukan melalui kegiatan-kegiatan / tahap tahap sebagai berikut : a. Tahap sebelum Penindakan dan Pemeriksaan. 1) Setelah penyidik menerima Laporan Polisi dari piket Perwira Siaga yang diduga sebagai suatyu peristiwa tindak pidana, maka penyidik / penyidik pembantu mencari dan mengumpulkan serta menganalisa fakta-fakta melalui kegiatan penyelidikan. 2) Untuk memperoleh fakta-fakta yang dapat dijadikan dasar peristiwa itu pidana atau bukan maka sasaran penyelidikan diarahkan kepada : a) Orang ( korban / saksi / pelaku ). (1) Siapa dan dimana korban / saksi / pelaku berada. (2) Bagaimana dan apa alibi korban / saksi / pelaku. (3) Bagaimana dan apa hubungan antara korban / saksi / pelaku. (4) Dengan apa dan bagaimana pelaku melakukan perbuatannya. (5) Alat bukti / barang bukti apa saja yang mendukung. b) Benda / barang ( barang bukti ) : (1) Benda / barang yang diperoleh apakah ada kaitannya dengan peristiwa yang dilaporkan. /(2) Apa...

21 (2) Apa dan dimana Benda / barang tersebut saat peristiwa terjadi. (3) Apa dan bagaimana hubungan benda / barang tersebut sehingga berada ditangan atau dalam kekuasaan korban / saksi / pelaku. c) Tempat. Bagaimana dan apa hubungan antara korban / saksi / pelaku dan abgaimana barang bukti yang ada dengan tempat kejadian perkara. d) Kejadian / peristiwa. Dari hasil apelaksanaan kegiatan penyelidikan diharapkan dapat menentukan peristiwa yang dilaporkan / diketahui tersebut merupakan peristiwa tindak pidana atau bukan. b. Tahap penyelidikan dalam rangka menyertai proses Penindakan dan Pemeriksaan serta Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara. 1) Kegiatan tersebut dilakukan dengan sasaran untuk menemukan dan mendapatkan alat bukti serta barang bukti dalam rangka mendukung proses penyidikan lebih lanjut dengan maksud : a) Untuk mencari dan menemukan siapa dan dimana saksi-saksi yang mendukung pembuktian. b) Untuk mengetahui apa dan dimana barang-barang bukti itu berada dan bagaimana cara untuk mendapatkan / menyita barang-barang bukti tersebut. c) Untuk mengetahui siapa pelaku tindak pidana tersebut baik pelaku langsung maupun yang menyuruh, membantu serta yang memberikan pertolongan jahat.

22 d) Untuk mengetahui dimana para pelaku tersebut berada bagaimana kekuatannya dan kapan serta bagaimana cara untuk melakukan upaya paksa ( penggeledahan dan penangkapan ). 2) Untuk memperoleh / mencapai hasil yang optimal dalam rangka kegiatan penyelidikan terhadap orang, benda / barang, tempat dan kejadian / peristiwa tersebut diatas penyelidik berpedoman pada tehnik tehnik penyelidikan sebagaimana diuraikan tentang Observasi, Interview, Surveillance dan undercover sesuai kebutuhan, sehingga diharapkan dapat mendukung kegiatan penindakan dan pemeriksaan serta penyelesaian penyerahan berkas perkara secara optimal. c. Penyelidikan merupakan kegiatan yang tidak terhenti, mulai dari awal proses penyidikan, penindakan dan pemeriksaan penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada Penuntut Umum, pelaksanaan persidangan pengadilan sampai putusan sidang pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap. 5. Rencana Penyelidikan. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, pelaksana penyelidikan dipilih diantara penyelidik / penyidik pembantu yang dinilai mampu dan sesuai sasaran penyelidikan. Kepada pelaksanaan diterbitkan Surat Perintah Tugas Penyelidikan dan pelaksana menyudun Rencana Penyelidikan Hasil Penyelidikan, dituangkan oleh Pelaksana di dalam Laporan hasil Penyelidikan.

23