DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

PENGEMBANGAN ORGANISASI KEPEMUDAAN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KARANG TARUNA BINTIM

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa muda pada umumnya dapat dipandang sebagai salah satu tahap

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk jangka waktu tetentu yang sudah disepakati oleh pengurus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) Nitro PDF Trial

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB IX RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KARANG TARUNA MELALUI PROGRAM KUBE/ UEP DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR65 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNA 01 KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bersinggungan dengan generasi muda yang lainnya atau masyarakat pada

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2005 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

CAPAIAN KINERJA INDIKATOR INDIKATOR DAMPAK (IMPACT)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KARANG TARUNA DESA : KEBANDUNGAN KECAMATAN : BANTARKAWUNG KABUPATEN : BREBES PROVINSI : JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

Potret Ketenagakerjaan Indonesia: Komposisi Penduduk Usia Kerja. uzairsuhaimi.wordpress.com

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. orang, dibutuhkan wirausahawan minimal 4,7 juta orang. Kenyataanya, saat ini baru

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)

Transkripsi:

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan sosial yang dialami generasi muda menjadi permasalahan yang tidak pernah habis-habisnya dibicarakan, terutama permasalahan pengangguran, kenakalan remaja dan putus sekolah. Pada tahun 1998 jumlah anak nakal di Indonesia sebanyak 148.709 orang anak/ remaja, atau kira-kira sebesar 0,3 persen dari jumlah penduduk. Selanjutnya pada tahun 2004 terjadi pelonjakan populasi anak nakal menjadi 189.075 orang (Depsos RI, 2004). Ini mengindikasikan makin tingginya angka kenakalan anak dalam kurun waktu selama 6 tahun terakhir. Selain itu, rendahnya sumber daya manusia dapat pula dilihat dari tingginya angka pengangguran dan tingkat pendidikan angkatan kerja. Menurut Menakertrans RI dalam Suharto (2005) pada tahun 2003, angka pengangguran di Indonesia mencapai 38,3 juta orang. Sebanyak 30,2 juta orang atau 78,85 persen diantaranya adalah pengganguran terbuka atau pencari kerja (Rusli et al, 2006). Tingginya jumlah penganguran ini selain dikarenakan masih rendahnya kualitas SDM juga disebabkan oleh tidak sebandingnya kesempatan kerja dengan pencari kerja. Menilik tingkat pendidikan angkatan kerja, diketahui bahwa ternyata kualitas SDM Indonesia masih rendah, dari jumlah angkatan kerja tahun 2002 sebanyak 94 juta orang sebagian besar berpendidikan tamat SD sebanyak 34 juta orang atau 36,2 persen. Tenaga kerja yang tidak sekolah adalah sebanyak 7 juta orang atau 7,4 persen dan tidak tamat SD sebanyak 16 juta orang atau 17,02 persen. Tenaga kerja yang tamat SLTP adalah sebesar 14 juta orang atau 14,9 persen, tamat SLTA sebesar 18 juta orang atau 19,1 persen. Sedangkan yang tamat diploma ke atas

18 sama besarnya dengan yang tamat SLTP, yakni hanya sebesar 14 juta orang saja atau 14,9 persen. Pengembangan kualitas generasi muda tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal, tetapi dapat dilakukan melalui wadah (lembaga atau organisasi) yang mempunyai komitmen terhadap pengembangan generasi muda tersebut. Peran serta organisasi kepemudaan tersebut sebagai salah satu komponen partisipasi sosial masyarakat perlu ditingkatkan dan dikembangkan karena organisasi tersebut mitra potensial pemerintah dalam upaya mengurangi dan memecahkan masalah- masalah sosial. Sejalan dengan hal tersebut, organisasi lokal sebagai sumberdaya potensial dituntut untuk berperan secara optimal untuk menggerakan masyarakat dalam pembangunan. Organisasi lokal di lingkungan desa/ kelurahan merupakan wadah untuk memenuhi kebutuhan ataupun memecahkan permasalahan masyarakat. Salah satu organisasi lokal yang ada di hampir setiap desa atau kelurahan adalah Karang Taruna sebagai tempat atau wadah pembinaan generasi muda. Di Indonesia pada awalnya Karang Taruna merupakan organisasi bentukan pemerintah, namun dalam perkembangannya kini Karang Taruna banyak muncul dengan ide, gagasan dan aspirasi masyarakat. Keberadaan Karang Taruna sebagai organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda mempunyai posisi yang cukup strategis dan semakin diperlukan dalam menjawab permasalahan sosial terutama bagi generasi muda yang ada di lingkungannya. Kegiatan kajian di lapangan menunjukkan, bahwa di Kelurahan Tengah Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dalam data komposisi penduduk tahun 2006 dari jumlah penduduk sebanyak 9.597 jiwa, penduduk dengan batas usia 11 45 tahun mencapai 3.839 orang atau 40 persen dari jumlah keseluruhan penduduk. Batasan usia tersebut merupakan usia produktif yang otomatis merupakan warga Karang Taruna (Depsos RI, 2002). Selanjutnya dari data kependudukan dapat dilihat juga bahwa di lokasi kajian tercatat yang berusia 11-45 tahun terdiri dari pengangguran sebanyak 350 orang, putus sekolah sebanyak 220 orang dan kenakalan remaja (perilaku yang menyimpang atau melanggar nilai-nilai atau norma-norma masyarakat) sebanyak 84 orang (Potensi Kelurahan Tengah, 2006).

19 Fakta yang diperoleh, bahwa berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sosial generasi muda tersebut sudah dilakukan baik oleh pemerintah maupun Karang Taruna. Upaya mengatasi permasalahan dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat, utamanya dengan inisiatif dan swadaya generasi muda itu sendiri, berupaya melakukan kegiatan untuk memenuhi ataupun menangani permasalahan sosial yang dialaminya. Karang Taruna di Indonesia berjumlah 57.529 artinya hampir semua desa/ kelurahan di Indonesia memiliki Karang Taruna (Depsos RI, 2005), namun dalam kenyataannya di Kabupaten Bogor dari 428 Karang Taruna yang ada, hanya 60 persen yang saat ini masih berjalan. Begitu juga di Kecamatan Cibinong yang terdiri dari 12 Kelurahan yang berjalan hanya 50 persen saja, salah satunya adalah yang ada di Kelurahan Tengah yaitu Karang Taruna Kelurahan Tengah. Oleh karena tidak berfungsinya Karang Taruna, jadi wajar saja bila permasalahan sosial generasi muda seperti pengangguran, kenakalan remaja dan putus sekolah pada tahun 2005 sangat banyak di Kecamatan Cibinong yaitu sebanyak 23.904 orang. Meningkatnya jumlah penyandang masalah dari golongan generasi muda saat ini yang mencapai 28.694 orang atau meningkat 20 persen dari jumlah tahun sebelumnya (BPMKS Kabupaten Bogor, 2006). Menunjukan ketidak berfungsian Karang Taruna Keluarahan Tengah menunjukan bahwa organisasi tersebut tidak berjalan lagi sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dalam Permensos RI Nomor 83 tahun 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna yaitu : 1) Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tanggungjawab sosial setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi baerbagai masalah sosial, 2) Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga Karang Taruna yang terampil dan berkepribadian serta berpengetahuan, 3) Tumbuh potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna, 4) Termotivasinya setiap generasi muda warga Karang Taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keragaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, 5) Terjalinnya kerjasama antar Karang Taruna dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat, 6) Terwujudnya

20 kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di desa atau kelurahan yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial di lingkungannya, 7) Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di desa/ kelurahan yang dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang Taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya (Depsos RI, 2002). Meningkatnya permasalahan yang dihadapi generasi muda tersebut di atas, agar Karang Taruna dapat mencapai tujuannya yang dirumuskan dalam Permensos RI Nomor 83 tahun 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna, diharapkan Karang Taruna dapat memotori kembali bidang pembangunan kesejahteraan sosial di tingkat lokal atau masyarakat selain rekreasi, olah raga, kesenian, pendidikan dan kerohanian juga kegiatan pengembangan diri terutama bidang usaha. Kepedulian tersebut diwujudkan dalam bentuk- bentuk pengisian waktu luang yang positif yang diharapkan dapat berkembang menjadi kegiatan pelayanan kepada para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial, seperti tumbuhnya usaha ekonomis produktif (UEP) yang dapat membuka lapangan pekerjaan, dan kegiatan partisipatif lainnya yang mendukung program Karang Taruna. Permasalahan yang dihadapi generasi muda tersebut di atas, menuntut untuk dikuatkannya kembali organisasi Karang Taruna Kelurahan Tengah sebagai wadah pengembangan generasi muda. Fakta menyebutkan adanya beberapa potensi Karang Taruna, diantaranya : 1) Keberhasilan yang pernah dialami Karang Taruna, 2) Jumlah generasi muda yang banyak, 3) Pendidikan anggota Karang Taruna rata- rata tamat SMA, 4) Sikap tenggang rasa yang tinggi terhadap lingkungan. Melihat tujuan organisasi Karang Taruna dan semakin meningkatnya permasalahan yang dihadapi anggota Karang Taruna Kelurahan Tengah, maka potensi- potensi tersebut merupakan pendukung bagi penguatan Karang Taruna, sehingga memang Karang Taruna tersebut perlu dan bisa untuk dikuatkan sebagai wadah pengembangan generasi muda. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan berbagai upaya untuk penguatan organisasi Karang Taruna dalam upaya memberdayakan generasi muda, Oleh karena

21 itu pertanyaan pokok kajian ini adalah strategi yang bagaimana yang tepat untuk menguatkan organisasi Karang Taruna Kelurahan Tengah dalam memberdayakan generasi muda. 1.2. Perumusan Masalah Dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah kajian seperti berikut ini, yaitu: a. Bagaimana kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah? b. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah? c. Permasalahan apa yang dihadapi generasi muda anggota Karang Taruna Kelurahan Tengah? d. Bagaimana strategi dan program yang tepat untuk menguatkan Karang Taruna Kelurahan Tengah dalam memberdayakan generasi muda? 1.3. Tujuan Kajian Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka tujuan kajian ini adalah: a. Mengkaji Kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah. b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah. c. Mengkaji permasalahan yang dihadapi generasi muda anggota Karang Taruna Kelurahan Tengah. d. Menyusun strategi dan program yang tepat untuk menguatkan Karang Taruna Kelurahan Tengah dalam memberdayakan generasi muda.

22 1.4. Manfaat Kajian Manfaat kajian ini dapat ditinjau dalam perspektif praktis, akademis dan strategis adalah: a. Manfaat praktis, memberi masukan tentang kebijakan dan program yang aspiratif dan partisipatif bagi Departemen Sosial, Pemerintah Kabupaten Bogor dan Lembaga Swadaya Masyarakat. b. Manfaat akademis, memperkaya literatur tentang teori dan praktek pemberdayaan generasi muda melalui pemberdayaan Karang Taruna. c. Manfaat strategis, memberi masukan teknik dan model pemberdayaan khususnya bagi semua elemen pengembangan masyarakat dan umumnya bagi yang peduli terhadap pengembangan masyarakat.