BAB I PENDAHULUAN. Tabel Tinjauan pencapaian MDG s Di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman kusta Mycobacterium leprae (M. leprae) yang dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti

PEMANFAATAN CITRA GEOEYE 1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMODELAN SPASIAL RISIKO PENYAKIT DIARE AKUT PADA BALITA

commit to user METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart. regency (kabupaten cerdas) pada tahun 2021.

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat sejak tahun 1960 menjadikan penginderaan jauh sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penularan penyakit campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet respiration

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. 1

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

h. Kecamatan Prambanan

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. dukungan kesehatan prima dapat menciptakan suatu inovasi dan terobosan baru. menciptakan perubahan dari kondisinya sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa di dunia. Kemiskinan pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

Transkripsi:

1. 1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Millenium Development Goals (MDGs) merupakan deklarasi hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara PBB yang menghasilkan delapan tujuan utama yang ditargetkan tercapai pada 2015. Perhatian pemerintah pada pembangunan nasional dilakukan sejalan dengan capaian MDGs yang meliputi penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, menurunkan angka kematian anak, pembangunan pendidikan, keadilan dan kesetaraan gender. Tujuan keempat, lebih jelasnya, memiliki target untuk penurunan angka kematian bayi hingga dua per tiga pada periode waktu 1995 2015. Tabel I.1 menunjukan terjadi penurunan kematian baik pada bayi maupun balita pada rentang tahun 1991 2007. Meskipun demikian angka kematian balita masih berjumlah 44/1000 penduduk. Sedangkan pada target MDGS untuk Indonesia sendiri adalah 23/1000 penduduk. Keterangan Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup Presentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak Tabel 1. 1. Tinjauan pencapaian MDG s Di Indonesia Tahun Tahun Progess 1991 2007 97 44 32 68 34 23 32 19 Menurun 44,50% 87,30%* Meninggkat Sumber BPS, SDKI 1991, 2007 *BPS, Susenas 2011 Sumber : Laporan Pencapain Tujuan Pembangunan Milineum di Indonesia 2011 Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas di negara negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dimana kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu 200ml/24 jam. Diare merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahaya karena 1

sering mengakibatkan kematian bila terlambat penanganannya. Diare sering terjadi pada bayi dan anak (Pudiastuti, 2011). Kejadian diare pada anak ini sangat berisiko pada balita karena menyebabkan dehidrasi, malnutrisi hingga kematian. Menurut Rudolph (2002) alasan kenapa diare lebih banyak menyerang balita adalah karena sistem imun yang relatif belum dewasa, persebaran bakteri melalui rute fecal-oral, dan kelompok anak yang terbentuk pada pusat pusat childrencare. Setiap tahun 12,9 juta anak meninggal : 28% kematian disebabkan oleh pneumia, 23% karena penyakit diare dan 16% karena penyakit tidak memperoleh vaksinasi (Behramn, 2000). Pada negara berkembang, anak anak usia dibawah tiga tahun rata rata mengalami tiga episode diare per tahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama pada malnutrisi (WHO, 2009). D. I Yogyakarta merupakan salah satu yang memiliki prevalensi diare yang tinggi. Sleman merupakan salah satu kabupaten yang endemis diare. Seperti yang dikutip dari Profil Kesehatan Kabupaten Sleman 2013, pada tahun 2009 ditemukan sejumlah 12.448 kasus diare (IR = 13,05 per 1000 penduduk) dengan 4.117 (33,07%) penderita adalah balita. Jumlah ini terus meningkat hingga tahun 2012, ditemukan sebanyak 16.242 kasus diare dengan tingkat insiden mencapai 14,8. Grafik1. 1. Insidens Rate Kasus Diare di Kabupaten Sleman Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun 2013 Kecamatan Moyudan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sleman. Pada grafik dibawah ini, Kecamatan Moyudan adalah kecamatan yang memiliki tingkat insiden paling tinggi daripada kecamatan kecamatan yang lain. Nilai tingkat insiden pada tahun 2013 dari kecamatan ini 2

Gamping Godean Moyudan Minggir Sayegan Mlati Depok Berbah Prambanan Kalasan Ngemplak Ngaglik Sleman Tempel Turi Pakem Cangkringan adalah 83,45 dari 1000 penduduk. Sedangkan menyusul dua kecamatan yang memiliki IR 76,53 dan 77, 39 dari 1000 penduduk yaitu Kecamatan Minggir dan Kecamatan Tempel. Pada tahun 2014, Kecamatan Moyudan masih merupakan daerah yang masuk ke dalam tiga besar wilayah terdampak diare tertinggi, seperti yang dikutip dari koransindo.com, terdapat 493 kasus kejadian diare untuk semua umur. Grafik 1. 2. Tingkat InsidenKasus Diare di Kabupaten Sleman 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2013 2012 2011 Rata - rata Sumber : Data Kejadian Penyakit Diare pada Balita Dinas Kesehatan Sleman Strategi yang perlu dilakukan untuk mengurangi atau menekan angka kematian bayi salah satunya adalah pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan ini tidak hanya berupa pembangunan fasilitas pelayanan berupa air bersih saja, melainkan juga mengenai pembangunan sarana sarana untuk memperoleh air bersih. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan kejadian penyakit diare, dimana penyebab timbulnya penyakit ini adalah disebabkan oleh kuman melalui koordinasi makanan atau minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor-faktor lainnya meliputi faktor perilaku dan lingkungan (Direktorat Jendral PPM dan PL, 2005). Faktor dominan penyebab diare adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2006). Tempat pembuangan kotoran baik sampah, air limbah, dan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air serta dapat menyebabkan berbagai macam penyakit menular (Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Boyolali, 2006). 3

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diketahuinya pola atau sebaran wilayah terjangkit diare dan sebaran tingkat risiko untuk mengefisensikan analisis dan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan sebaran risiko tersebut dengan memanfaatkan produk penginderaan jauh dan aplikasi dari sistem informasi geografis. Penginderaan jauh merupakan sebuah terobosan untuk memperoleh informasi obyek yang dikaji dengan menggunakan citra yang telah direkam oleh sensor dari interaksi elektromagnetik dengan obyek di permukaan bumi. Produk dari citra penginderaan jauh ini mampu merepresentasikan kondisi lingkungan yang ada di sebuah wilayah, yang merupakan faktor pengaruh utama kesehatan masyarakat. Pada umumnya, citra yang digunakan pada kajian ini merupakan citra dengan resolusi spasial yang tinggi. Salah satu citra yang dapat digunakan adalah citra GeoEye 1. Sistem informasi geografis adalah sistem komputer untuk menangkap, menyimpan, membuat query, menganalisis dan menampilkan data geografis (Chang, 2002). Sistem informasi geografis menawarkan alat yang ampuh untuk menyajikan informasi spasial sampai pada tingkat individu, dan melakukan pemodelan prediktif, yang dalam hal ini menentukan distribusi dan variasi geografis penyakit, dan pravalensi kejadiannya. Teknologi ini terintergrasi dengan penggunaan produk penginderaan jauh. Selain membantu merepresentasikan citra sesuai dengan kaidah kartografis, SIG juga berfungsi untuk mengolah dan menganalisa data citra penginderaan jauh. Pada kajian kesehatan, misalnya, dalam mempelajari surveilans polio di India, penting untuk mengetahui polio tipe tipe apa yang terjadi dan di negara mana, karena hal ini memiliki implikasi penting bagi strategi pemberantasan penyakit, sistem informasi geografis membantu dalam pemetaan kesehatan dan menganalisis lebih cepat dan lebih baik daripada metode konvensional. Hal ini membuat para profesional dibidang kesehatan dapat dengan cepat dan mudah mengelola dan mengakses data dalam jumlah besar. Sistem informasi geografis menyediakan berbagai analisis dinamik, alat dan teknik tampilan untuk pemantauan dan pengelolaan epidemi. SIG memiliki peran penting di masa depan untuk eksplorasi tak terbatas, tergantung pada keahlian dan imajinasi peggunanya (Johnson, 2010). Pemanfaatan sistem informasi geografis 4

ada berbagai macam, misalnya analisis spasial, temporal, spasiotemporal dan pemodelan kejadian penyakit. Penyusunan pemodelan spasial dilakukan dengan metode tertentu, dimana nantinya, akan membantu merepresentasikan sebuah tingkat risiko kejadian penyakit. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan melakukan pemanfaatan citra Geoeye 1 dan sistem informasi geografis untuk pemodelan spasial tingkat risiko penyakit diare di salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, dengan memanfaatkan sistem informasi geografis. Penyusunan ini dilakukan dengan menggunakan dua aspek utama; aspek sanitasi lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat. 1. 2.Permasalahan Penelitian yang akan dilaksanakan ini merupakan penelitian yang didasarkan pada beberapa masalah, yaitu : 1. Belum diketahuinya akurasi citra Geo Eye - 1 untuk mengekstraksi data spasial parameter kondisi lingkungan terkait diare 2. Belum diketahuinya pola sebaran penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 3. Belum diketahuinya persebaran tingkat risiko penyakit diare di 4. Belum diketahuinya hubungan model spasial risiko kejadian penyakit diare akut pada balita dan kejadian penyakit diare akut pada balita di 1. 3. Pertanyaan Penelitian Masalah masalah yang diuraikan sebelumnya, kemudian menimbulkan pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimana kemampuan citra Geo - Eye 1 untuk mengekstraksi data spasial parameter kondisi lingkungan terkait diare? 2. Bagaimana pola kejadian penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta? 3. Bagaimana persebaran tingkat risiko penyakit diare yang ada di? 5

4. Bagaimana hubungan model spasial risiko kejadian penyakit diare akut pada balita dan kejadian penyakit diare akut pada balita di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 1. 4.Tujuan Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui tingkat akurasi citra Geo - Eye 1 untuk mengekstraksi data spasial parameter kondisi lingkungan terkait diare 2. Mengetahui pola persebaran kejadian penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 3. Mengetahui sebaran tingkat risiko penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 4. Mengetahui hubungan model spasial yang dibuat dengan kejadian diare 1. 5.Sasaran Penelitian Sasaran penelitian merupakan target pencapaian dari pelaksanaan kegiatan penelitian. Sasaran dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tingkat akurasi citra Geo - Eye 1 dalam ekstraksi data spasial parameter kondisi lingkungan terkait diare 2. Peta risiko penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta yang dihasilkan dari analisis hasil survey lapangan dan tumpang susun peta peta parameter yang digunakan 3. Peta persebaran kejadian penyakit diare di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta 4. Analisa statistik hubungan model spasial dengan kejadian penyakit diare 1. 6.Kegunaan Penelitian yang dibuat ini diharapkan memiliki kegunaan untuk : 1. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada 6

2. Sebagai alternatif dalam penerapan ilmu penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk kajian kesehatan lingkungan 3. Sebagai referensi bagi pemerintah dan dinas kesehatan terkait dengan pembangunan kesehatan masyarakat di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. 7