Pemberian Hiddentext Palsu pada Steganografi Visual

dokumen-dokumen yang mirip
Tanda Tangan Digital Untuk Gambar Menggunakan Kriptografi Visual dan Steganografi

Steganografi. Pesan rahasia: Lari jam satu. Pengantar: Prisoner s Problem. Bob. Alice. Fred

Pemanfaatan Second Least Significant Bit dan Kunci Dua Kata Untuk Mencegah Serangan Enhanced LSB Pada Citra Digital

I. PENDAHULUAN. Key Words Tanda Tangan Digital, , Steganografi, SHA1, RSA

Pengembangan Metode Pencegahan Serangan Enhanced LSB

Studi dan Analisis Mengenai Teknik Steganalisis Terhadap Pengubahan LSB Pada Gambar: Enhanced LSB dan Chi-square

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

TRIPLE STEGANOGRAPHY

Pengantar: Prisoner s Problem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Steganografi & Watermarking

Digital Watermarking pada Gambar Digital dengan Metode Redundant Pattern Encoding

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEKUATAN DAN DAYA TAMPUNG PESAN OPTIMAL PADA CITRA STEGANOGRAFI METODE STEGO N BIT LSB DENGAN PENGURUTAN GRADASI WARNA

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam. kehidupan kita. Seperti dengan adanya teknologi internet semua

Studi, Perbandingan Metode Steganografi, dan Metode Steganalisis pada Berkas HTML

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015

Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

IMPLEMENTASI STEGANOGRAFI MENGGUNAKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DALAM PENGAMANAN DATA PADA FILE AUDIO MP3

EKSPLORASI STEGANOGRAFI : KAKAS DAN METODE

ANALISIS KEAMANAN PESAN MENGGUNAKAN TEKNIK STEGANOGRAFI MODIFIED ENHANCED LSB DAN FOUR NEIGHBORS DENGAN TEKNIK KRIPTOGRAFI CHAINING HILL CIPHER

Optimasi Konversi String Biner Hasil Least Significant Bit Steganography

IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANOGRAFI DENGAN METODE LSB PADA CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANOGRAFI LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DAN KOMPRESI UNTUK PENGAMANAN DATA PENGIRIMAN SURAT ELEKTRONIK

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

Analisis Beberapa Teknik Watermarking dengan Domain Spasial pada Citra Digital

ENKRIPSI CITRA BITMAP MELALUI SUBSTITUSI WARNA MENGGUNAKAN VIGENERE CIPHER

PENYEMBUNYIAN DATA SECARA AMAN DI DALAM CITRA BERWARNA DENGAN METODE LSB JAMAK BERBASIS CHAOS

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi

Penerapan Metode Adaptif Dalam Penyembunyian Pesan Pada Citra

Pemanfaatan Steganografi dalam Kriptografi Visual

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

STEGANOGRAFI GANDA DENGAN MANIPULASI GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

Penerapan Steganografi Pada Autentikasi Biometrik

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

Pengembangan Fungsi Random pada Kriptografi Visual untuk Tanda Tangan Digital

BAB I PENDAHULUAN. 1. aa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGANTIAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyembunyian Pesan pada Citra GIF Menggunakan Metode Adaptif

STUDI DAN ANALISIS TEKNIK-TEKNIK PENDETEKSIAN STEGANOGRAFI DENGAN METODE LSB DALAM MEDIA GAMBAR

Penerapan Metode End Of File Pada Steganografi Citra Gambar dengan Memanfaatkan Algoritma Affine Cipher sebagai Keamanan Pesan

Eksperimen Steganalisis dengan Metode Visual Attack pada Citra Hasil EzStego Berformat GIF

Perbandingan Steganografi Metode Spread Spectrum dan Least Significant Bit (LSB) Antara Waktu Proses dan Ukuran File Gambar

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi analisis dan perbandingan teknik steganografi citra pada domain spasial, domain frekuensi, dan domain kompresi

ALGORITMA LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK ANALISIS STEGANOGRAFI

Perancangan Aplikasi Penyembunyian Pesan Teks Terenkripsi Pada Citra Digital Dengan Metode Least Significant Bit (LSB)

BAB III ANALISIS KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN

Pendahuluan. Contoh : Dari contoh diatas huruf awal setiap kata bila di rangkai akan membentuk pesan rahasia :

STEGANOGRAFI. Subianto AMIK JTC SEMARANG

KEAMANAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RIVEST CODE 4 (RC4) DAN STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL

Implementasi Steganografi Pesan Text Ke Dalam File Sound (.Wav) Dengan Modifikasi Jarak Byte Pada Algoritma Least Significant Bit (Lsb)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

APLIKASI STEGANOGRAFI DAN PENERAPAN STEGANALISIS DALAM JIGSAW PUZZLE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

Pengamanan Data Teks dengan Kriptografi dan Steganografi Wawan Laksito YS 5)

Pembangkit Kunci Acak pada One-Time Pad Menggunakan Fungsi Hash Satu-Arah

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

* Kriptografi, Week 13

Aplikasi Kriptografi dengan Menggunakan Algoritma Vigenere Cipher dan Implementasi Steganografi Least Significant Bit (LSB) pada Matlab R2013a

BAB I PENDAHULUAN. melalui media internet ini. Bahkan terdapat layanan internet seperti SoundCloud,

Watermark pada Game I. PENDAHULUAN II. TEKNIK WATERMARKING PADA CITRA

Steganografi dalam Penurunan dan Pengembalian Kualitas Citra konversi 8 bit dan 24 bit

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang telah dilakukan berpedoman dari hasil penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perangkat mobile, jaringan, dan teknologi informasi keamanan adalah. bagian dari teknologi yang berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesan. Kriptografi mengubah informasi asli (plaintext) melalui proses enkripsi

VISUAL KRIPTOGRAFI PADA TEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disadap atau dibajak orang lain. Tuntutan keamanan menjadi semakin kompleks, maka harus dijaga agar tidak dibajak orang lain.

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kriptografi Visual tanpa Ekspansi Piksel dengan Pembangkitan Warna dan Kamuflase Share

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS STEGANOGRAFI METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DENGAN PENYISIPAN SEKUENSIAL DAN ACAK SECARA KUANTITATIF DAN VISUAL

Stenografi dan Watermarking. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Penyamaran Plainteks pada Algoritma Vigenere Chiper StegaVig Makalah IF5054 Kriptografi

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI PADA MEDIA GAMBAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DES DAN REGION-EMBED DATA DENSITY.

Perbandingan Metode Visual Sharing Scheme dan General Access Structure pada Kriptografi Visual

Penggunaan Ide Visual Kriptografi dalam Pengenkripsian Multimedia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1

KOMBINASI KRIPTOGRAFI DENGAN HILLCIPHER DAN STEGANOGRAFI DENGAN LSB UNTUK KEAMANAN DATA TEKS

Studi dan Eksperimen Kombinasi Kriptografi Visual dan Aspek Steganografi IF3058 Kriptografi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Diyah Ayu Listiyoningsih Jurusan Informatika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret

Transkripsi:

Pemberian Hiddentext Palsu pada Steganografi Visual Okaswara Perkasa (13510051) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia okaswara@students.itb.ac.id Abstrak Makalah ini membahas mengenai algoritma baru steganografi visual yang memanfaatkan hiddetext palsu. Hiddentext palsu ini dapat digunakan untuk melindungi hiddentext yang sebenarnya. Makalah ini membahas salah satu contoh algoritma steganografi sederhana yang mengimplementasikan hiddentext palsu. Setelah itu, berbagai uji coba dilakukan, seperti batas informasi yang dapat disisipkan, serta melakukan steganalisis pada citra yang sudah disisipi dengan algoritma yang telah dirancang. Kata kunci steganography, hiddentext palsu, steganalisis I. PENDAHULUAN Secara umum, fokus utama dari pengembangan algoritma steganografi adalah membuat stegotext tidak terlihat mencurigakan oleh pihak ketiga. Jika dalam steganografi visual, ini berarti pesan tersebut tidak dapat dideteksi keberadaannya, baik secara perspektif maupun matematis. Salah satu hal yang biasa dilakukan adalah dengan memfokuskan agar kualitas covertext tidak banyak berubah pada saat disisipi pesan. Namun, pada umumnya, covertext tidak terlalu bisa dipertahankan dengan baik kualitasnya, sehingga tetap berpotensi untuk menimbulkan kecurigaan. Ketika suatu citra dinilai memiliki pesan tersembunyi didalamnya, steganalis akan langsung melakukan inspeksi terhadap citra dengan beberapa metode ekstraksi ataupun analisis yang umum. Jika suatu stegotext sudah dicurigai, maka besar kemungkinan pesan tersembunyi didalamnya akan terbongkar. Atau jikalau tidak dapat dibongkar, maka pemilik pesan dapat dipaksa untuk melakukan ekstraksi. Ini dapat dilakukan jika memang terdapat hukum yang mengatur tentang hal tersebut. Namun, sebenarnya terdapat suatu metode yang dapat memberikan perlindungan tambahan pada stegotext yang telah dicurigai, yaitu dengan menambahkan suatu hiddentext palsu. Hiddentext palsu ini dapat berisi pesan yang tidak signifikan, menyangkal, ataupun tidak berhubungan sama sekali dengan hiddentext yang asli. Penyisipannya juga dibuat lebih sederhana, agar hiddentext palsu tersebut lebih mudah ditemukan pada saat melakukan steganalisis. Saat steganalis melakukan analisis pada citra, atau saat pemilik pesan dipaksa untuk melakukan ekstraksi, mereka akan menemukan hiddentext palsu tersebut. Penemuan hiddentext palsu ini seolah-olah dapat dijadikan bukti bahwa citra tersebut ternyata tidak mengandung pesan yang berbahaya, sehingga inspeksi terhadap citra dapat dihentikan. Pesan yang asli menjadi tidak tersentuh. A. Steganografi (Visual) II. DASAR TEORI Steganografi adalah teknik untuk menyembunyikan pesan, tanpa menimbulkan kecurigaan akan keberadaan pesan tersebut oleh pihak ketiga. Tidak seperti kriptografi, fokus utama pada steganografi adalah agar pesan tersembunyi tidak terlihat dari luar. Secara garis besar, terdapat sejumlah istilah yang biasa dipakai pada algoritma-algoritma steganografi [1], yakni: 1. Hiddentext: Pesan yang akan disembunyikan 2. Covertext: Media dimana pesan bersembunyi. 3. Stegokey: Key yang digunakan pada peyisipan ataupun pengambilan pesan 4. Stegotext: Covertext yang sudah mengandung hiddentext. hiddentext covertext Encoding (embeddin) key stegotext covertext Decoding (extraction) Gambar 1 Skema algoritma steganografi [1] key hiddentext Proses penyisipan hiddentext pada covertext sendiri disebut dengan embedding. Proses sebaliknya, mengembalikan hiddentext dari suatu stegotext, disebut dengan extraction. Algoritma steganografi yang baik memiliki tiga kriteria [1], yakni: 1. Imperceptible: Keberadaan hiddentext tidak dapat dipersepsikan 2. Fidelity: Covertext tidak banyak berubah setelah dilakukan embedding. 3. Recovery: Hiddentext dapat dikembalikan dari covertext.

Steganografi visual adalah salah satu bentuk steganografi yang menggunakan media citra sebagai covertext. Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk melakukan embedding informasi di dalam citra. Salah satunya adalah dengan menyimpan informasi tersebut pada LSb (least significant bit) untuk masing-masing channel warna yang ada pada setiap pixel [1]. B. PSNR PSNR (Peek Signal-to-Noise Ratio) adalah salah satu cara untuk mengukur kualitas citra yang dihasilkan dari suatu transformasi, i.e. seberapa mirip citra tersebut dengan citra saat sebelum ditransformasi. PSNR sendiri dihitung dengan rumus [2] : 256 PSNR 20 log10 rms Dengan rms dihitung dengan rumus sebagai berikut: rms 1 MN N M i 1 j 1 ( I ij Iˆ ij ) Nilai PSNR > 30 pada suatu citra memiliki arti bahwa citra tersebut masih memiliki kualitas yang baik. Sedangkan nilai PSNR < 30 menandakan bahwa citra sudah cukup jauh berubah dari aslinya [2]. 2 membedakan antara LSb yang dihasilkan oleh penyisipan pesan, dan LSb yang memang sudah ada pada covertext. [1] D. Faketext Faketext adalah istilah yang merujuk pada pesan palsu yang disisipkan pada suatu covertext. Perhatikan bahwa istilah ini hanya berlaku pada makalah ini saja. Pembuatan istilah ini bertujuan untuk memudahkan dalam mereferensi konsep hiddentext palsu pada makalah. IV. DESKRIPSI ALGORITMA Sesuai yang telah dijabarkan sebelumnya, algoritma steganografi yang dirancang harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Dapat menyisipkan faketext, disamping dengan hiddentext. 2. Pada saat dilakukan steganalisis, faketext memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk ditemukan terlebih dahulu. 3. Memilki ketiga kriteria algoritma steganografi yang baik, yakni imperceptible, fidelity, dan recovery. Untuk memenuhi ketiga karakteristik di atas, terdapat suatu algoritma sederhana yang dapat digunakan, yakni dengan menyimpan bit-bit pada faketext dan hiddentext pada LSb pixel-pixel pada citra secara independen. C. Enhanced LSb [4] Enhanced LSb adalah salah satu metode steganalisis visual yang memanfaatkan indera pengelihatan manusia. Hal ini dilakukan dengan mengubah nilai seluruh bit warna pada masing-masing channel warna dengan nilai LSb. Gambar 2 Illustrasi Enhanced LSb [1] Dengan melakukan enhanced LSb, LSb pada citra menjadi signifikan, sehingga bila terdapat pesan tersembunyi pada LSb, akan langsung terlihat adanya titik-titik warna acak pada citra. Metode ini efektif untuk citra yang memiliki kontras yang tinggi, atau citra yang memiliki warna yang berbeda antara latar belakang dan objek pada citra. Misalnya pada logo atau illustrasi. Untuk citra dengan kontras rendah, seperti foto, metode ini kurang efektif karena kesulitan Gambar 3 Illustrasi alokasi bit pada gambar Gambar 3 menunjukkan posisi alokasi bit-bit faketext dan hiddentext pada covertext. Faketext memilki alokasi yang berwarna biru, sedangkan hiddentext yang berwarna merah. Secara umum, faketext disimpan dengan sederhana, yakni dituliskan secara sekuensial pada covertext. Sedangkan hiddentext disembunyikan dengan cara yang lebih rumit, yakni secara acak pada covertext. Pada implementasinya, sebelum disisipkan, hiddentext terlebih dahulu diberikan suatu super-encryption, atau enkripsi yang terdiri dari sejumlah substitution cipher dan

transposition cipher. Implementasi yang dibuat menggunakan sepuluh kali operasi substitution dan transposition berturut-turut, untuk memastikan hiddentext tidak dapat terbaca secara langsung. Penyisipan pada covertext menggunakan suatu algoritma PRNG, agar posisi penyisipan dapat di-generate ulang pada saat ekstraksi. Terdapat header untuk hiddentext yang digunakan untuk menyimpan panjang hiddentext. Header ini juga ikut dienkripsikan. Sebaliknya, faketext langsung dituliskan pada covertext, ditulis dari bagian kiri atas citra, dan tanpa menggunakan enkripsi apapun. Ini dilakukan agar faketext menjadi mudah ditemukan pada saat steganalisis. Faketext juga diberikan suatu header untuk menandakan panjang faketext yang tersimpan pada citra. Header ini juga tidak dienkripsi, dan diletakkan pada bagian depan faketext. Selain itu, untuk memberikan kebebasan pada saat melakukan uji coba, bit yang digunakan oleh algoritma tidak hanya terbatas pada LSb saja. Seluruh posisi bit dapat dimanfaatkan untuk penyisipan data. Namun, embedding tetap diprioritaskan pada bit-bit yang memiliki significance yang kecil. Posisi bit yang lebih significant akan digunakan ketika seluruh bit di posisi lebih dibawah sudah terisi. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga fidelity dari covertext. Misalnya pada Gambar 3, seluruh hiddentext harus mengisi seluruh area yang berwarna putih terlebih dahulu sebelum dapat mengisi posisi bit selanjutnya. Selain itu, faketext tetap disisipkan terlebih dahulu sebelum hiddentext, agar faketext tetap mudah ditemukan. IV. HASIL UJI COBA DAN ANALISIS Secara garis besar, uji coba yang dilakukan adalah dengan meninjau tiga kriteria algoritma steganografi. Imperceptible diujicobakan dengan melihat tingkat persepsibilitas faketext dan hiddentext. fidelity dengan mengukur perubahan citra secara matematis, yakni PSNR. Pemeriksaan recovery dilakukan di setiap tahap ujicoba. Masukan yang digunakan pada uji coba adalah suatu string acak yang berisi karakter alfabet yang memiliki panjang tertentu. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk menentukan kualitas dari citra yang dihasilkan, serta mencari batasbatas jumlah pengisian bit yang dapat dilakukan. Uji coba kedua adalah dengan mencoba melakukan steganalisis dengan sejumlah metode-metode yang sederhana. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa baik algoritma yang dirancang dalam menyembunyikan hiddentext, serta dalam menonjolkan faketext. (covertext), sedangkan yang sebelah kanan adalah citra yang sudah disisipkan pesan (stegotext). Gambar 4 Ujicoba pengisian 1 LSb Secara perseptif, hampir tidak ada perbedaan pada kedua citra. Nilai PSNR yang didapat adalah 46,4112. Hiddentext maupun faketext juga dapat diekstraksi kembali dari stegotext. Berikut hasil pengambilan data untuk setiap jumlah pemakaian bit LSb terhadap nilai PSNR yang didapatkan. Data yang didapatkan menggunakan kasus normal, yakni panjang faketext dan hiddentext kira-kira memiliki jumlah yang sama. Jumlah PSNR LSb 1 46,4112 2 39,4061 3 33,0927 4 27,0112 5 20,9460 6 15,1087 Tabel 1 Nilai PSNR terhadap jumlah LSb yang dipakai Nilai PSNR menjadi < 30 pada saat pada pemakaian 4 LSb secara penuh. PSNR memiliki nilai sebesar 27,0112, dan secara visual citra sudah terlihat berbintik-bintik dibandingkan dengan citra aslinya, namun secara kasat mata masih belum terlihat adanya perbedaan. recovery tetap dapat dilakukan. Jika dilanjutkan, kualitas citra akan semakin memburuk, dan tingkat perseptibilitas yang signifikan mulai terjadi pada jumlah LSb sebanyak 6. Pada saat itu, citra yang dihasilkan sudah sangat terlihat kerusakannya, dimana informasi warna sudah banyak yang menghilang. A. Uji Coba Kualitas Pertama kali dilakukan uji coba pada input yang normal, dengan jumlah faketext dan ciphertext sama, dan hanya menempati 1 LSb. Gambar 4 di sebelah kiri merupakan citra Lena [3] sebelum disisipkan pesan

Gambar 7 Penggunaan 7 LSb untuk menyimpan faketext Gambar 5 Ujicoba pengisian 6 LSb Uji coba kedua adalah mencoba menentukan batas dari ukuran faketext. Seperti yang telah diketahui bahwa faketext disisipkan dengan cara yang sederhana, yakni secara sekuensial tanpa terenkripsi. Jika penyisipan tidak hanya dilakukan pada 1 LSb, maka penyisipan tetap akan dilanjutkan pada posisi bit-bit selanjutnya. Oleh karena itu, jika faketext tidak akan mengisi tepat suatu posisi bit secara penuh, maka terdapat perbedaan kualitas pada bagian sisi atas gambar dan bagian bawah gambar. Setelah diujicobakan pada citra Peppers [3], perbedaan kualitas mulai sedikit terlihat pada saat pemanfaatan pemanfaatan LSb sebanyak 6 buah, dengan PSNR sebesar 23,213. Pada Gambar 5, dapat dilihat adanya perbedaan kualitas pada ¼ bagian atas dengan ¾ bagian bawah pada citra. Gambar 6 Penggunaan 6 LSb untuk menyimpan faketext Perbedaan kualitas menjadi sangat terlihat pada saat bit ketujuh juga dimanfaatkan untuk penyisipan faketext, dengan hasil PSNR yang didapatkan adalah sebesar 17,197. Perbedaan kualitas semakin meningkat sebanding dengan pemakaian jumlah LSb, karena posisi bit yang signifikan menjadi terisi, dan semakin signifikan posisi bit tersebut, maka pengubahan bit tersebut akan mengubah citra secara drastis. Walaupun demikian, penyimpanan faketext yang besar hingga menggunakan bit-bit pada MSb sebenarnya tidak selalu buruk. Perbedaan kualitas tersebut justru sebenarnya juga dapat memancing steganalis untuk melakukan ekstraksi pesan pada LSb dengan cara sekuensial, sehingga faketext nantinya terbongkar dan hiddentext tetap dalam keadaan aman. Aspek recovery berhasil dicakup pada algoritma, karena seluruh uji coba yang dilakukan berhasil mengembalikan faketext dan hiddentext seperti semula. B. Uji Coba Steganalisis Uji coba dilakukan dengan menggunakan steganalisis yang sederhana, seperti langsung melakukan ekstraksi pesan secara langsung dari bit LSb terkecil. Selain itu, metode steganalisis lain yang digunakan adalah dengan menggunakan enhanced LSb. Ekstraksi secara langsung akan langsung mendapatkan faketext, beserta header-nya di bagian awal. Hal ini tentu saja mudah dipahami karena pengisian faketext sendiri menggunakan metode tersebut. Faketext mudah ditemukan dengan metode yang naif seperti mengambil LSb terkecil. Oleh karena itu, algoritma hiddentext palsu bekerja seperti seharusnya jika dilakukan steganalisis dengan cara mengekstraksi nilai LSb terkecil. Uji coba selanjutnya dilakukan dengan melakukan steganalisis menggunakan enhanced LSb. Covertext yang digunakan adalah citra logo Google [5], dimana citra tersebut memiliki kontras yang tinggi. Gambar 8 Logo Google Gambar 9 menunjukkan citra logo Google setelah dilakukan embedding dengan menggunakan hanya 1 bit

LSb. Terlihat bahwa hampir tidak ada perubahan yang berarti pada citra. Gambar 9 Logo Google setelah embedding Sayangnya, hasil analisis dengan menggunakan enhanced LSb secara eksplisit menunjukkan kebereadaan hiddentext (dan juga faketext). Gambar 12 Citra Baboon setelah embedding Gambar 13 menunjukkan hasil steganalisis citra dengan menggunakan enhanced LSb. Terlihat bahwa terdapat suatu pola pada area atas citra. Gambar 10 Hasil enhanced LSb logo Google Noise pada bagian atas gambar menunjukkan adanya pesan tersembunyi pada bagian itu, pada hal ini adalah faketext. Namun terdapat pesan tersembunyi lain pada area yang lain, karena terlihat adanya noise pada bagian tersebut. Pesan tersembunyi tersebut adalah hiddentext. Oleh karena itu, algoritma hiddentext palsu berhasil dipecahkan jika menggunakan enhanced LSb, jika menggunakan covertext yang kontras. Namun bagaimana dengan covertext yang tidak kontras? Untuk mengujinya, digunakan citra uji Baboon [3]. Citra ini dinilai tepat untuk digunakan karena memiliki penyebaran warna yang cenderung acak dan bervariasi. Gambar 11 Citra Baboon Gambar 12 menunjukkan citra setelah dilakukan embedding pesan. Sama seperti sebelumnya, proses embedding hanya menggunakan 1 LSb untuk penyimpanan pesan. Seperti citra logo Google, tidak terdapat perubahan yang signifikan pada citra. Gambar 13 Hasil enhanced LSb citra Baboon Pola pada bagian atas tersebut merupakan faketext yang tersembunyi pada citra. Sedangkan hiddentext, yang seharusnya berada pada bagian bawah citra, sama sekali tidak terlihat. Karena itu, pada kasus ini, algoritma steganografi hiddentext palsu bekerja dengan baik, karena berhasil menonjolkan faketext dan menyembunyikan hiddentext. Namun darimana asal pola tersebut? Pola tersebut diduga berasal karena string masukan yang digunakan hanya berupa string dengan karakter alfabet. Karakter alfabet memiliki nilai ASCII yang saling berdekatan, sehingga jika dituliskan secara sekuensial, tanpa adanya enkripsi apapun, bit-bit warna yang dihasilkan akan cenderung memiliki pola yang sama. Untuk memeriksa hipotesis tersebut, domain dari karakter string masukan diganti dengan seluruh 256 karakter ASCII. Ternyata memang pola tersebut langsung menghilang, seperti yang terlihat pada Gambar 14.

dilakukan pada teknik steganografi yang menggunakan hiddentext palsu ini. Salah satunya adalah dengan cara sengaja membuat faketext lebih terlihat menonjol, seperti pada perbedaan kualitas citra pada bagian atas dan bawah. Untuk algoritma steganografi itu sendiri, dapat dilakukan pengembangan agar faketext dapat mencakup seluruh karakter ASCII. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengubah terlebih dahulu faketext ke Base64, setelah itu baru kemudian dilakukan embedding. Namun perlu diperhatikan bahwa dengan cara ini, faketext tidak dapat langsung terbaca isinya setelah diekstraksi dari stegotext. REFERENSI Gambar 14 Hasil enhanced LSb dengan masukan faketext berupa 256 karakter ASCII Untuk hiddentext, pesan tersembunyi tersebut tidak terlihat karena penyebarannya yang acak pada citra. Selain itu, mengingat fenomena pola yang terjadi pada Gambar 13, proses enkripsi juga membantu dalam menyamarkan hiddentext. Karena dengan melakukan enkripsi, domain string yang disisipkan pada citra akan selalu menjadi 256 karakter ASCII, sesempit apapun domain string pada hiddentext. Jadi, domain yang sempit pada masukan faketext (e.g. hanya karakter alphabet/alphanumeric) diperlukan untuk menghasilkan pola faketext seperti pada Gambar 13. KESIMPULAN Setelah dilakukan berbagai macam uji coba, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai rancangan algoritma yang telah dijabarkan. Jumlah LSb yang dapat dipakai tanpa merusak covertext secara signifikan pada kasus rata-rata adalah adalah sebanyak 3-4 LSb. Faketext sendiri sebaiknya hanya mencakup maksimum 4-5 LSb agar tidak terdapat perbedaan kualitas antara bagian atas dan bagian bawah citra. Namun hal tersebut tidak mutlak, karena sebenarnya perbedaan kualitas tersebut juga dapat digunakan untuk menipu steganalis. Algoritma dapat bekerja dengan baik ketika dilakukan steganalisis sederhana, seperti ekstraksi LSb. Algoritma gagal menutup hiddentext jika dianalisis dengan enhanced LSb, dan menggunakan covertext yang memiliki kontras tinggi. Jika kontras gambar rendah, algoritma bekerja seperti yang diharapkan. Enhanced LSb akan menemukan faketext dan gagal dalam menemukan hiddentext. Namun hal ini akan terjadi jika faketext memiliki domain karakter yang sempit, seperti hanya berisi alfabet saja. Oleh karena itu, faketext yang digunakan sebaiknya berupa string dengan domain yang sempit. Terdapat sejumlah pengembangan yang dapat [1] Bahan Kuliah Steganografi Rinaldi Munir, 24 Maret 2013 [2] Tugas Besar I IF3058 Kriptografi Sem. II Tahun 2012/2013, 24 Maret 2013 [3] http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/koleksi/citra%20uji/ CitraUji.htm, 24 Maret 2013 [4] Tugas akhir Yuli Anneria Sinaga, IF 2004 ITB, via [1], 25 Maret 2013 [5] www.google.com, 25 Maret 2013 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa makalah yang saya tulis ini adalah tulisan saya sendiri, bukan saduran, atau terjemahan dari makalah orang lain, dan bukan plagiasi. Bandung, 26 Maret 2013 Okaswara Perkasa (13510051)