BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Lansia adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA KEMBANG KUNING CEPOGO BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2007 sebesar 18,96 juta dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

K bi b j i a j ka k n n K h K u h s u us u Lans n ia

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Karena

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, karena angka harapan hidup merupakan salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struk-tur demografi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap makhluk hidup yang masih diberi umur panjang. Berdasarkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

SRI REJEKI J

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1950 jumlah lanjut usia di dunia sebanyak 205 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2000 telah meningkat menjadi 606 juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan hasil penelitian Kinsella & Velkof (2001), bahwa sepanjang tahun 2000 populasi lansia di dunia berkembang lebih dari 795.000 setiap bulannya, dan diperkirakan lebih dari dua kali lipatnya pada tahun 2025. Pada saat itu akan terdapat lebih dari 800 juta orang berusia di atas 65 tahun, sedangkan dua pertiga dari mereka berada di Negara berkembang, pada saat ini orang hidup lebih lama terutama di Negara berkembang, berkat pertumbuhan ekonomi, nutrisi yang lebih baik, gaya hidup yang lebih sehat, peningkatan kontrol terhadap penyakit menular, dan akses yang lebih baik untuk mendapatkan air bersih, fasilitas sanitasi dan perawatan kesehatan (Papalia, 2008:843). WHO mengungkapkan bahwa kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Rata-rata usia harapan hidup dinegara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun, sedangkan usia harapan hidup di Indonesia 1

sendiri termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun, ini berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. (WHO, 2012) Saat ini Indonesia telah mengubah profil kependudukan baik Nasional maupun dunia, dari hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 sebanyak 14,44 juta jiwa dan diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun, sehingga pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang saat ini merupakan lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usiannya yang mencapai 18,04 juta jiwa pada tahun 2010 atau mencapai 9,6% (Sucipto, 2012). Jika dalam hal ini tidak dilakukan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia sejak sekarang ini akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Timbulnya masalah ini ditandai dengan angka ketergantungan lanjut usia sesuai Susenas BPS 2008 sebesar 13,27% (Martono, 2011). Dengan jumlah lansia yang terus meningkat, pemerintah membuat kebijakan untuk kesejahteraan lansia yang ada dalam Undang-Undang Kesejahteraan Lansia (UU No 13 Th 1998). Pada pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa kesejahteraan adalah suatu tata 2

kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Dengan adanya peningkatan jumlah lansia, menyebabkan perlunya perhatian pada lansia tersebut, agar lansia tidak hanya berumur panjang, tetapi dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia, serta meningkatkan kualitas hidup mereka, meskipun saat ini banyak lansia dalam kesehatan yang baik, namun golongan ini tetap merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit karena terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat proses degeneratif. Seperti halnya yang terjadi di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Desa Tendeadongi, saat peneliti melakukan studi lapangan awal dan observasi yang peneliti lakukan saat di Panti itu bahwa masih banyak kesejahteraan lansia yang belum terpenuhi selama di Panti, seperti pada pelayanan kesehatan hanya dilayani seminggu sekali dan petugas kesehatannya hanya 1 orang saja yang bekerja, sedangkan pada masing-masing wisma sendiri petugas kebersihan hanya membersihkan seminggu sekali dan hari-hari selanjutnya yang bekerja membersihkannya para lansia 3

yang tinggal di wisma panti tersebut. Sehingga Undang-Undang Kesejahteraan lansia yang sudah di tetapkan oleh pemerintah seperti yang sudah di bahas di atas, semuanya itu harus terpenuhi bagi setiap lansia yang akan menghabiskan masa tuanya di panti. Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan, yang pertama tentang Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia (Studi Kasus Program Pelayanan Kesejahteraan Lansia Di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta) dengan hasil bahwa peningkatan program pelayanan bagi lansia, ternyata cukup berhasil karena pihak dari panti berusaha memberikan yang terbaik bagi para lansia yang dibekali kegiatan seperti senam, pengajian dan lain-lain, para lansia hidup berkecukupan di panti ini, agar selama tinggal di panti lansia hidup sejahtera, aman, tentram dan memberikan sarana prasarana bagi siapa saja yang mampu dan mau mengikuti semua kegiatan di panti, sebagian besar lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta mau berpartisipasi mengikuti berbagai aturan dan program kegiatan dari pihak panti. Namun, dalam hal pengaruh program terhadap peningkatan kesejahteraan lansia di panti yang tujuannya untuk kesejahteraan lansia belum mencapai maksimal karena programprogram yang sudah ada dari pihak panti tidak menjadi satu pencapaian para lansia sejahtera dengan adanya kegiatan tersebut yang dipengaruhi dari faktor kondisi fisik, dan umur salah satu 4

penyebabnya, namun dari segi minat tidak semua lansia minat dengan program yang ada di panti dan hanya program tertentu saja yang bisa di ikuti oleh para lansia di panti tersebut. Jika dilihat dari keberhasilan yang telah dicapai dari program pelayanan untuk peningkatan kesejahteraan sosial lansia dari pendidikan agamanya seperti pengajian, ceramah rohani, sedangkan dari segi kesehatan ada program senam, terapi kelompok atau pembinaan mental spiritual dengan pekerja sosial, kegiatan musik, serta kerja bakti, kerajinan dari UPT Panti Wredha Budhi Dharma Kota Yogyakarta menunjukan bahwa cukup berhasil. Adapun penelitian yang kedua mengenai Gambaran Kualitas Hidup Lansia Yang Tinggal Di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur dengan mendapatkan hasil bahwa semua responden bisa menjalankan peran sosial di panti dan semua responden bisa melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari baik yang dasar maupun secara mandiri, sebagian besar responden tidak mengalami gangguan tidur. Pada keadaan emosional, semua responden tidak merasa cemas dan semua responden masih memiliki fungsi intelektual dan kognitif yang masih baik. Pada perasaan sehat dan kepuasan hidup, sebagian besar responden merasa sehat dan merasa puas dalam kehidupannya. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan saat studi lapangan dari kepala Panti Werdha, diperoleh informasi bahwa 5

struktur kepengurusan di Panti terdiri dari Kepala Panti, Sekretaris, Bendahara, koordinator bidang (kerohanian, kesehatan, olahraga, konsumsi, kebersihan), dan koordinator masing-masing wisma. Jumlah lansia yang tinggal di Panti Werdha berjumlah 74 orang yang tinggal di panti tersebut dalam 12 wisma, dari jumlah itu ada beberapa lansia yang sudah lama tinggal di panti, ada yang di antar oleh keluarganya sendiri, bahkan ada yang berasal dari luar Provinsi Sulawesi Tengah dan semua lansia yang ada masingmasing dari latar belakang hidup yang berbeda-beda. Seperti permasalahan pada lansia yang telah peneliti paparkan diatas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ditempat tersebut. Karena para lansia pun banyak yang datang dengan permasalahan bahkan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga gambaran mengenai kesejahteraan lansia tentunya juga akan berbeda. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana gambaran kesejahteraan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Desa Tendeadongi, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso? 6

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Memperoleh gambaran kesejahteraan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Madago Desa Tendeadongi, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui pelayanan yang menunjang kesejahteraan di panti tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Institusi pendidikan tinggi keperawatan Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam ilmu keperawatan dan bidang ilmu gerontik. 1.4.2 Panti Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan lansia yang tinggal di panti tersebut. 1.4.3 Peneliti dan Peneliti Selanjutnya Dari penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih luas dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan pada lanjut usia dan sebagai dasar penelitian yang akan datang. 7