LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR : 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN T E N T A N G RETRIBUSI, IJIN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH BUPATI KUTAI TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET KABUPATEN KUTAI TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 21 TAHUN 2001 T E N T A N G PAJAK PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

BUPATI ACEH TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 07 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

BUPATI BIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2012 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ATAU PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA


PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUP[ATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 7, TAHUN : 2004 SERI : B NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG SRITI DAN ATAU WALET

PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 33 TAHUN 2008

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK ATAS PENGUSAHAAN BURUNG SRITI DAN ATAU WALET DI KABUPATEN JEMBRANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PAJAK SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 2 TAHUN 2002 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 16 TAHUN 2002 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2001 NOMOR : 40 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa urusan pengelolaan dan pengusahaan Sarang Burung Walet merupakan salah satu urusan pemerintahan dalam bidang kehutanan yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah ; b. bahwa Burung Walet merupakan salah satu satwa liar yang dapat dimanfaatkan secara lestari untuk sebesar - besarnya kesejahteraan rakyat ; c. bahwa untuk menjamin kelestarian polpulasi dan jenis serta pemanfaatannya, maka dipandang perlu adanya pengaturan pengelolaannnya yang ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Pasal 33 ayat (3) Undan - Undang Dasar 1945 ; 2. Undang undang Gangguan (Hinder Ordonantie) Tahun 1926 ;

- 2-3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 ( Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan ( Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9 ) Sebagai Undang-undang; 4. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria ( Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043 ) ; 5. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3809); 6. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 7. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 8. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 1997 Jo. Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685); 9. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

- 3-10. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 11. Undang - Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888 ) ; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara 3691) ; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Kehutanan Kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara 3769) ; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3803 ) ; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Berau Nomor 08 Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Berau ; 16. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau Nomor 5 Tahun 2001 tentang Persetujuan Penetapan 5 (lima) buah Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Berau. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU

- 4 - M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan : a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau ; b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah ; c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau ; d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Kabupaten Berau ; e. Ijin adalah ijin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet yang diterbitkan oleh Bupati Berau ; f. Burung Walet adalah satwa liar yang termasuk marga Collocalia, yaitu collocalia fuchiaphaga, collocalia maxima, collocalia esculenta dan collo calia linchi ; g. Pengelolaan burung walet adalah rangkaian pemeliharaan habitat dan pengendalian populasi burung walet di habitat alami dan diluar habitat alami ; h. Pengusahaan sarang burung walet adalah bentuk kegiatan pengambilan sarang burung walet di habitat alami dan diluar habitat alami ;

- 5 - i. Kawasan Hutan Negara adalah Kawasan Hutan Lindung, Hutan Produksi, Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; j. Lokasi adalah suatu kawasan / tempat tertentu di mana terdapat sarang burung walet baik pada habitat alami maupun diluar habitat alami; k. Kawasan Pelestarian Alam adalah Kawasan dengan ciri Khas tertentu baik didarat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber alam hayati dan ekosistemnya; l. Kawasan Suaka Alam adalah Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat, maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan; m. Penemu Goa Sarang Burung Walet adalah seseorang atau sekelompok orang yang diakui oleh masyarakat sekitar sebagai penemu gua sarang burung walet; n. Kawasan Konservasi adalah kawasan yang dilindungi atau dilestarikan. BAB II LOKASI SARANG BURUNG WALET Pasal 2 (1) Lokasi Sarang Burung Walet berada di :

- 6 - a. Habitat Alami; b. Diluar Habitat Alami; (2) Sarang Burung Walet yang berada di Habitat Alami adalah di kawasan hutan; (3) Sarang Burung Walet yang berada diluar habitat alami meliputi : a. Bangunan; b. Rumah / Gedung. Pasal 3 (1) Goa - Goa Sarang Burung Walet yang terbentuk secara alami dalam Daerah ini dikuasai dan diatur oleh Pemerintah Daerah ; (2) Bangunan rumah / gedung atau fasilitas lainnya yang dibuat untuk budidaya Sarang Burung Walet harus mendapat izin Kepala Daerah ; BAB III PENEMUAN GOA SARANG BURUNG WALET Pasal 4 Bagi Penemu Goa Sarang Burung Walet baru, wajib melaporkan kepada Kepala Daerah selambat lambatnya 3 (tiga) bulan sejak penemuan Goa Sarang Burung Walet melalui Kepala Kampung setempat dengan bukti dan saksi - saksi, selanjutnya Kepala Kampung menerbitkan Surat Keterangan Penemuan Goa Sarang Burung Walet yang diketahui oleh Camat setempat.

- 7 - Pasal 5 (1) Apabila terjadi sengketa Goa Sarang Burung Walet, maka yang diakui adalah hasil Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan / atau kesepakatan tertulis para pihak ; (2) Goa - Goa Sarang Burung Walet sebagaimana ayat (1) dikuasai oleh Pemerintah Daerah. Pasal 6 (1) Pengelolaan dan Pengusahaan Goa Sarang Burung Walet diprioritaskan kepada penemu, ahli waris penemu atau pihak lain yang memperoleh pengalihan hak ; (2) Pengelolaan dan Pengusahaan Goa Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat bekerja sama atau menyerahkan hak pengelolaannya kepada pihak lain ; (3) Penyerahan hak Pengelolaan dan Pengusahaan Goa Sarang Burung Walet harus mendapat persetujuan Kepala Daerah ; BAB IV PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET Pasal 7 (1) Untuk mendapatkan izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, penemu, ahli waris penemu atau orang lain yang memperoleh pengalihan hak harus mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah dengan melampirkan :

- 8 - a. Proposal / permohonan pengusahaan Sarang Burung Walet; b. Rekomendasi dari perangkat daerah berdasarkan Berita Acara hasil pemeriksaan teknis lokasi pengusahaan Sarang Burung Walet ; c. Surat Pernyataan bahwa Pemohon akan mempekerjakan masyarakat setempat yang diketahui Kepala Kampung / Lurah ; d. Surat Pernyataan bahwa yang bersangkutan dalam mengelola dan mengusahakan Sarang Burung Walet mentaati persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Daerah maupun instansi teknis ; e. Khusus pengelolaan dan pengusahaan Sarang Burung Walet diluar habitat alami harus dilengkapi Izin Gangguan (HO) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB); (2) Ijin pengelolaan dan pengusahaan Goa Sarang Burung Walet diberikan dan berlaku selama 2 (dua) tahun ; BAB V NAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK Pasal 8 (1) Dengan nama Pajak Penjualan Sarang Burung Walet dipungut kepada pengelola Sarang Burung Walet, yang memiliki Ijin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet ; (2) Objek pajak adalah Penjualan Sarang Burung Walet ;

- 9 - (3) Subjek Pajak adalah orang atau badan yang memperoleh Ijin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet. Pasal 9 (1) Pengelola Goa Sarang Burung Walet yang berada di habitat alami dikenakan Pajak Penjualan Sarang Burung Walet sebesar 15 % (lima belas perseratur) ; (2) Harga sejumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala daerah berdasarkan pertimbangan dari Tim Teknis ; (3) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah BAB VI PENGAMBILAN SARANG BURUNG WALET Pasal 10 (1) Pengelola Goa Sarang Burung berhak melakukan pemetikan sarang burung untuk masa petik sesuai dengan izin yang diberikan oleh Kepala Daerah; (2) Pemetikan Sarang Burung hanya boleh dilakukan maksimal 4 (empat) kali musim petik dalam 1 (satu) tahun, yaitu 3 (tiga) kali Panen rampasan (sebelum sarang burung berisi telur) dan 1 (satu) kali setelah anak burung bisa terbang; (3) Pemetikan Sarang Burung Walet dilakukan setelah :

- 10 - a. Untuk Sarang Burung Walet jenis hitam layak petik setelah berumur 60 ( enam puluh hari ) ; b. Untuk Sarang Burung Walet jenis putih layak petik setelah berumur 45 ( empat puluh lima hari ) ; Pasal 11 (1) Pemegang izin Pengelola Goa Sarang Burung berkewajiban menggunakan tenaga kerja setempat; (2) Pemegang izin Pengelola Goa Sarang Burung berkewajiban melaporkan kegiatan Pengelolaan Goa Sarang Burung pada setiap pemetikan kepada Kepala Daerah ; (3) Tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah; (4) Sebelum melakukan Pemetikan Sarang Burung Walet terlebih dahulu mendapat Izin Pemetikan dari Kepala Daerah ; (5) Setelah kegiatan Pemetikan selesai harus dibuatkan Berita Acara yang diketahui petugas dari Pemerintah Daerah dan Instansi Teknis, serta menyampaikan laporan kepada Kepala Daerah. Pasal 12 Untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga populasi Burung Walet pengambilan / pemanenan Sarang Burung Walet, dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Pada fase panen ke 4 dilaksanakan setelah anakan Burung Walet meninggalkan sarangnya;

- 11 - b. Sarang Burung Walet sedang tidak berisi telur; c. Dilakukan pada siang hari; d. Tidak mengganggu Burung Walet yang sedang mengeram; e. Dalam hal Sarang Burung Walet berada di Hutan Produksi, Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam agar memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB VII HASIL PUNGUTAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 (1) Semua hasil pungutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (1) disetor ke Kas Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah ; (2) Tata cara penyetoran sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah ; Pasal 14 (1) Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Goa Sarang Burung Walet dilakukan oleh Kepala Daerah atau Instansi yang berwenang berdasarkan Keputusan Kepala Daerah ; (2) Dalam upaya intensifikasi pembinaan dan pengawasan Kepala Daerah dapat membentuk Tim Pembina dan Pengawasan Goa Sarang Burung dengan Keputusan Kepala Daerah.

- 12 - BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 15 Bagi pemegang izin yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administrasi dengan mencabut Keputusan Kepala Daerah tentang Ijin Pengelolaan dan Pengusahaan Burung Walet. BAB VIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 14 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana pelanggaran atas ketentuan - ketentuan dalam Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah hukum ditempat Penyidik ditempatkan ; (2) Dalam melakukan tugas Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana ; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian serta melakukan pemeriksaan ; c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal diri Tersangka ;

- 13 - d. Melakukan penyitaan benda dan / atau surat ; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang Tersangka; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai Tersangka atau saksi ; g. Mendatangkan orang ahli yang dibutuhkan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pajak daerah ; i. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Kepolisian Republik Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada Kejaksaan Negeri kepada Tersangka atau keluarganya ; j. Mengadakan tindakan lainnya menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Hasil penyidikan dilaporkan kepada Penyidik Polri. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 17 (1) Wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) ;

- 14 - (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka segala ketentuan ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan dan pengusahaan Goa Sarang Burung Walet yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku ; (2) Ketentuan yang dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Kepala Daerah ; BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah; (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

- 15 - Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Berau. Diundangkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 11 April 2001 SEKRETARIS DAERAH, ttd Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 010055469 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2001 NOMOR : 40 Disahkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 4 April 2001 BUPATI BERAU, ttd Drs. H. MASDJUNI.