BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepeda Tuhan Yang Maha Esa, Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, penyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Guru memiliki peran yang penting dan menempati posisi strategis dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah,

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya transformasi struktur ekonomi nasional dari struktur ekonomi agraris ke arah struktur ekonomi yang bertumpu pada sektor industri dan jasa. Untuk mendukung sektor tersebut dan meningkatkan daya saing di dalam persaingan dunia internasional yang makin ketat, Indonesia memerlukan tenaga terampil, ahli dan profesional dalam jumlah lebih besar dan dalam mutu yang lebih baik dari yang tersedia pada saat ini. Keperluan tenaga tidak lepas dari kualitas sumber daya manusia yang sangat diharapkan memiliki tingkat ketrampilan dan keprofesian tinggi. Berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, kita lihat pada tinggi rendahnya mutu pendidikan yang telah dilaksanakan di negara Indonesia. Pemerintah senantiasa berusaha untuk memaksimalkan kualitas masyarakat Indonesia lewat program pendidikan nasional. Pendidikan nasional merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia guna mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya untuk mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan: 1

2 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pewujudan tujuan pendidikan nasional tersebut, bahwa guru memberi andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah mahluk lemah, yang dalam perkembangannya senantisa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri. Mulyasa (2009:36) mengemukakan sebagai berikut; (1) orangtua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya; (2) teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik; (3) fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya; (4) memberikan sumbangan pemikiran kepada orangtua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya; (5) memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab; (6) membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar; (7) mengembangkan proses sosialisasi yang

3 wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya; (8) mengembangkan kreativitas; dan (9) menjadi pembantu ketika diperlukan. Tuntutan tersebut, perlu ditindaklanjuti guru harus mampu menguasai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Mulyasa (2009:37) mengemukakan 19 peran guru, yakni; "guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator." Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik, Mulyasa (2008:75) mengemukakan hal-hal sebagai berikut; (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (2) pemahaman terhadap peserta didik; (3) pengembangan kurikulum/silabus; (4) perencanaan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran; (7) evaluasi hasil belajar; dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Motivasi dalam pengertian umum, motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Pandji Anoraga (2001:35) mengemukakan pengertian mengenai motivasi sebagai berikut; "Motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, serta motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja." Lebih lanjut Mulyasa (2008:57-58) mengemukakan bahwa;

4 Kebanyakan peserta didik kurang bernafsu untuk belajar. Ironisnya, menurut peserta didik (dalam berbagai pertemuan dengan penulis) guru-lah yang menjadi faktor penyebab sulitnya mereka belajar, atau guru-lah yang menyulitkan. Sehubungan dengan hal itu guru dituntut untuk membangkitkan nafsu belajar peserta didik. Membangkitkan nafsu belajar peserta didik, bagaimana mengatur menu belajar, bagaimana mengatur lingkungan. Ini penting dipikirkan oleh guru dan ahli pendidikan, karena sebagian peserta didik kurang bernafsu untuk belajar. Mengenai penyebab mengapa guru Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan kurang atau tidak mau meningkatkan kemampuannya, Ali (1988:27) mengemukakan bahwa; "(1) kurang daya inovasi guru; (2) lemahnya motivasi untuk meningkatkan kemampuan; (3) ketidak pedulian terhadap berbagai perkembangan; dan (4) kurangnya sarana dan prasarana pendukung." Definisi Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan yang ditulis oleh Depdiknas (2003:2) bahwa; " pendidikan jasmani atau suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi." Mengenai guru pendidikan jasmani, Depdiknas (2003:2) mengemukakan: Guru pendidikan jasmani adalah guru yang memerlukan pendidikan akademik profesional, karena itu secara umum dia harus memiliki dan menguasai kemampuan profesional, misalnya kemampuan menyusun dan menyelenggarakan program pengajaran dan tugas-tugas keguruan. Oleh karena itu guru harus dibekali dengan berbagi keterampilan untuk menunjang tugas profesionalnya serta adanya pembinaan yang yang berkesinambungan. Keadaan guru Penjasorkes saat ini di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Taktakan Kota Serang menggambarkan perilaku sebagai berikut: bahwa kompetensi pedagogik diduga bahwa guru (1) tidak membuat persiapan untuk

5 mengajar; (2) kurang disiplin; (3) guru mengajar tidak sesuai bidang studi dan (4) kurang menguasai bahan ajar. Motivasi guru Penjasorkes diduga bahwa guru (1) kurang termotivasi pada dirinya untuk memberikan dan menerima kritik/saran; (2) kurang berkomunikasi dengan penuh keakraban sesama guru; (3) jarang berdiskusi dengan sesama guru; (4) kurang memberikan dukungan terhadap sesamanya; (5) kurang merasakan bahwa pekerjaan adalah milik bersama; dan (6) kurang mengendalikan suasana yang kondusif. Kinerja Guru diduga bahwa guru (1) belum dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat; (2) kurang bekerja secara kreatif dan inovatif; (3) masih menunggu intruksi atasan dan (4) memberikan layanan yang kurang memuaskan kepada siswa. Akibatnya hubungan antara kompetensi pedagogik dan Motivasi terhadap kinerja guru Penjasorkes makin rendah. Dengan demikian fenomena tersebut diangkat untuk dijadikan masalah penelitian, yaitu Bagaimana Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Motivasi terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang? B. Perumusan Masalah Penulis dapat merumuskan masalah utama, yaitu Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik dan motivasi terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Adapun rincian rumusan masalah sebagai berikut. 1. Seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang?

6 2. Seberapa besar pengaruh motivasi terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang? 3. Seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik dan motivasi secara simultan terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang pengaruh kompetensi pedagogik dan Motivasi terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang. 2. Pengaruh motivasi terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang. 3. Pengaruh antara kompetensi pedagogik dan motivasi terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis dalam rangka meningkatan pengetahuan dan kegunaan praktis yaitu dalam rangka memecahkan masalah aktual. Manfaat penelitian ini dapat di uraikan sebagai berikut.

7 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan konsep-konsep pengembangan guru yang mendekati pertimbangan-pertimbangan kontekstual dan konseptual, serta kultur yang berkembang pada dunia pendidikan dewasa ini. Pembahasan tentang pengaruh kompetensi pedagogik dan motivasi terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan olahraga khususnya dalam pengelolaan manajemen olahraga dan Penjasorkes yang akan menjadi suplemen bahasan dalam memperkuat validitas dan reliabilitas pelaksanaan manajemen olahraga dan Penjasorkes sekolah sebagai sebuah nilai budaya institusi, disamping sebagai sebuah konsep operasional. 2. Manfaat Praktis Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut. a. Memberikan masukan pada Sekolah-sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan guna meningkatkan prestasi belajar siswa ditinjau dari kompetensi pedagogik dan Motivasi guru. b. Sebagai landasan bagi penelitian lebih lanjut yang ada hubungannya dengan masalah kompetensi pedagogik dan Motivasi guru. c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut tentang pengaruh kompetensi pedagogik dan motivasi terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri pada institusi pendidikan lainnya.

8 E. Asumsi Penelitian ini dilakukan dengan bertitik tolak dari asumsi sebagai berikut; 1. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak. Semakin baik kompetensi pedagogik guru maka semakin baik pula kemampuan yang akan dimilikinya. Hal ini dikarenakan guru tersebut akan mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran dengan baik, ia mampu merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar serta mampu menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan kualitas mengajarnya, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja gurunya. Semakin baik kompetensi pedagogik guru, maka kinerja guru tersebut akan meningkat dan guru akan meningkat pula kinerja dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya akan menjadi lebih baik. Guru wajib memiliki 10 kompetensi pedagogik untuk menjalankan tugasnya (dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru) 2. Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan, dimana kuat lemahnya Motivasi tersebut ikut menentukan tinggi rendahnya prestasi kinerjanya, (Yukl, G. 1996:83) dalam Wijaya Y (2007:17). Motivasi merupakan kondisi yang mengerakkan guru agar mampu mencapai tujuan atau kondisi yang mampu membangkitkan dan memelihara perilaku guru tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, semakin baik Motivasi guru, maka termotivasi juga guru tersebut dalam melaksanakan kinerjanya dengan baik.

9 F. Kerangka Pemikiran Kerangka pikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian dijelaskan secara mendalam dan relevan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian (Riduwan, 2009:34-35). Kerangka berpikir juga menggambarkan alur pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan kepada pembaca menggapa ia mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis. Kerangka berpikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti serta keterkaitan antar variabel yang diteliti. Kerangka pemikiran yang baik yaitu apabila mengindentifikasi variabelvariabel penting yang sesuai dengan permasalahan penelitian, dan secara logis mampu menjelaskan keterkaitan antar variabel. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (jika ada intervening dan moderating variabel), dijelaskan secara rinci dan masuk akal. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Penelitian ini intinya akan memotret variabel kinerja guru Penjasorkes, yang dimaksud dengan kinerja guru Penjasorkes adalah seperangkat perilaku yang ditunjukan oleh guru pada saat menjalankan tugas dan kewajibannya dalam bidang pengajaran Penjasorkes berdasarkan rumusan sub variabel dan indikator-

10 indikator atau ukuran-ukuran kinerja guru yang dikembangkan dan dimodifikasi dari pemikiran Mitchel, Terence. R. (1982:410) dalam Hariyati, E. (2010:13). Dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru tentunya banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Berkenaan dengan hal tersebut indikator-indikator atau ukuran-ukuran kinerja guru sebagai berikut; a. Kualitas hasil kerja : b. Ketepatan waktu : c. Prakarsa/inisiatif : d. Kemampuan : e. Komunikasi : a) Kepuasan siswa b) Pemahaman siswa c) Prestasi siswa a) Waktu kedatangan b) Waktu pulang. a) Berpikir positif yang lebih baik b) Mewujudkan kreativitas c) Pencapaian prestasi. a) Penguasaan Materi b) Penguasaan metode pengajaran a) Mutu penyampaian materi b) Penguasaan keadaan kelas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru mengatur kinerja guru perlu dukungan kompetensi pedagogik guru yang profesional. Kompetensi pedagogik guru diukur dengan 10 kompetensi pedagogik guru dilihat dari aspek-aspek yaitu; (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu; (4) menyelenggarakan pembelajarn yang mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik; (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

11 Salah satu bentuk yang dianggap paling efisien untuk menunjang kinerja guru adalah melalui Motivasi dan kompetensi gurunya. Dengan Motivasi ini bahwa guru mempunyai semangat baik dari dalam diri maupun dari dorongan orang lain untuk menuangkan potensialnya. Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi guru, situasi dan peluang yang tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh guru karena didorong oleh tiga dimensi dan indikator-indikator motivasi yang dikembangkan dan dikemukakan oleh Mc.Clelland s dalam Hasibuan (2000:149-167) dan Wijaya Y (2007:17) berikut; 1. Motif : a. Upah yang adil dan layak, b. Kesempatan untuk maju atau promosi, c. Pengakuan sebagai individu, d. Keamanan bekerja, e. Tempat kerja yang nyaman, f. Penerimaan oleh kelompok, g. Perlakuan yang wajar, h. Pengakuan atas prestasi. 2. Harapan : a. Kondisi kerja yang baik, b. Perasaan ikut terlibat, c. Pendisiplinan yang bijaksana, d. Penghargaan penuh atas penyelesaian pekerjaan, e. Loyalitas pimpinan terhadap guru, f. Pemahaman yang simpatik atas persoalan-persoalan pribadi. 3. Insentif : a. Intrinsik 1) Penyelesaian. 2) Pencapaian/prestasi. b. Ekstrinsik 1) Finansial a) Gaji dan upah. b) Tunjangan. 2) Antar pribadi 3) Promosi. Berdasarkan pernyataan tersebut, menjelaskan bahwa kinerja guru Penjasorkes dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri

12 individu (internal) ataupun faktor yang berasal dari luar individu (eksternal). Faktor faktor tersebut di antaranya adalah faktor kompetensi pedagogik dan Motivasi. Kinerja guru dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor kompetensi pedagogik dan Motivasi, jika Motivasi guru tinggi dan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru baik, maka akan dapat meningkatkan kinerja guru. berikut; Pengaruh antar variabel tersebut diilustrasikan pada Gambar 1.1 sebagai Kompetensi Pedagogik (X 1 ) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007. Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Motivasi (X 2 ) 1. Motif 2. Harapan 3. Insentif Mc.Clelland s dalam Hasibuan (2000:149-167) dan Wijaya Y (2007:17) R 2 x1x2y r x1y r x2y ε Kinerja Guru (Y) 1. Kualitas hasil kerja. 2. Ketepatan waktu. 3. Prakarsa/inisiatif. 4. Kemampuan. 5. Komunikasi. Mitchel, Terence. R. (1982:410) Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

13 G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang dikemukan tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang. 2. Terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang. 3. Terdapat pengaruh kompetensi pedagogik dan motivasi secara simultan terhadap kinerja guru Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang. H. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Subjek penelitian adalah Guru Penjasorkes sedangkan objek penelitian pada 34 SDN dan lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Jadwal penelitian dilakukan selama enam bulan, yaitu bulan Maret sampai bulan Agustus 2010.