Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Hotel Lido Graha dengan Metode Quality Functions Deployment (QFD)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian...

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah Hotel Bintang Griyawisata Jakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA USAHA JASA MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

BAB III METODE PENELITIAN

Industrial Management Analisis Kepuasan Pelanggan Pemakaian Produk Gypsum dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. sebanyak 30 buah. Kemudian dilakukan uji valliditas dan reliabilitas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai

BAB III METODE PENELITIAN

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek yang. dijadikan penelitian adalah Kopma UNY core.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN... ii. SURAT KETERANGAN PENELITIAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv

ANALISA KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BENGKEL DENGAN METODE SERVQUAL DAN QFD SKRIPSI

IMPLEMENTASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS KAIN BATIK TULIS

ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK TAS RANSEL KHAS ACEH MENGGUNAKAN METODE REKAYASA NILAI (STUDI KASUS DI UD. IKHSAN)

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

lingkup perkantoran pemerintah Kota Depok. Adapun kegiatan tersebut dilakukan 1 hari dalam seminggu yaitu pada hari Selasa. Seluruh pegawai negeri sip

Bab 3 Metodologi Penelitian

Peningkatan Kualitas Layanan General Affair Menggunakan Metode ServQual dan QFD pada PT. Meratus Line

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KOPI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMASARAN DENGAN BERORIENTASI PADA PELANGGAN

Pengembangan Desain Produk Tas Gadukan Guna Meningkatkan Daya Saing Ikm

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Melani Anggraini Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Mix Method (Qualitatif dan Quantitatif), Metode

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN ALAT CETAK ISI RESOLES DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SIDANG TESIS MANAJEMEN INDUSTRI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus Berdasarkan jenis masalah yang

PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN KUALITAS PADA USAHA JASA MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

GITA ASTETI GINTING DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDEKATAN METODE KANO QFD UNTUK MENGUKUR PELAYANAN LABORATORIUM UJI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

TUGAS AKHIR INTEGRASI METODE KANO DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM ANALISIS KEPUASAN TERHADAP

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Responden Penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner

Kata Kunci : Penilaian Konsumen, Kualitas Produk, Metode QFD (Quality Function Deployment)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. I ii Iii iv V vi vii viii x xi xvi xvii

DESAIN PENGEMBANGAN PRODUK WALLSHELF MENGGUNAKAN INTEGRASI QFD DAN DFMA DI UD. XYZ

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008 : 2), Metode Penelitian pada dasarnya

III. METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR. EVALUASI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGANMENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (Kantor Pos Cabang Wonogiri)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Seminar Tesis. Sri Hariani Eko Wulandari Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M.Eng.Sc. Ir., Udisubakti

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 5 Analisis dan Perancangan Gambar Konsep Produk

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA KEPUASAN PELANGGAN PADA PEKERJAAN REPARASI KAPAL DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PASIEN UNIT INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ) RUMKITAL

ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELAYANAN SMU ISLAM YMI DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

Bab 3 METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN BATIK GEDOK TUBAN BERDASARKAN ATRIBUT KONSUMEN DENGAN MENGUNAKAN METODE QFD (Quality Function Deployment)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data. Tahap Analisa Data. Tahap Perhitungan SAW. Tahap Pembuatan SPK. Tahap Pengujian. Tahap Deteksi Outlier

Transkripsi:

Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33 ISSN 30 934X Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD Derlini* 1, Riana Puspita dan Refiza 3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Medan, Medan-Indonesia Jl. Gedung Arca No. 5, Medan, 017 *Corresponding Author : 1 derlini_zyad@yahoo.com; riana.puspita@ymail.com; 3 refiza_evy@yahoo.com Abstrak Semakin banyak tingkat pemesanan oleh para konsumen emping melinjo membuat home industry emping SAHARUDIN berusaha memenuhi permintaan pasar tersebut. Akan tetapi alat pengepres melinjo yang digunakan untuk membuat emping melinjo yang digunakan saat ini belum bisa memenuhi harapan sebagian keinginan pekerja sehingga produktivitas pekerja untuk memenuhi permintaan pasar belum tercapai. Oleh karena itu harus diketahui dan dianalisa hubungan kebutuhan pekerja terhadap karakteristik teknik pada perancangan alat pengepres melinjo yang akan dibuat. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk hal ini adalah metode QFD (Quality Function Deployment). QFD adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari merancang produk, proses manufaktur sampai produk tersebut ke tangan konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan kepada keinginan konsumen. Dari penelitian diketahui ada enam kebutuhan pekerja untuk alat pengepres melinjo yaitu, mudah digunakan, mudah dalam menentukan ukuran tebal tipisnya emping, kekokohan konstruksi alat, bahan yang digunakan aman untuk makanan, kesesuaian alat pengepres dengan keinginan pekerja, tahan lama. Dari kebutuhan pekerja (Respondent Needs) diterjemahkan ke dalam enam karakteristik teknik (Technical Respone) menjadi desain produk, tebal alas atas, proses pengambilan emping, desain ukuran, kualitas bahan, dan warna. Dari keenam kebutuhan pekerjadan karakteristik teknik ada yang berhubungan kuat, sedang, lemah, dan ada yang tidak berhubungan. Copyright 014 Department of industrial engineering. All rights reserved. Kata Kunci: Kebutuhan Pekerja, karaktreristik Teknik, QFD, Perancangan Pengepres Melinjo 1 Pendahuluan Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan konsep produk, disusul kemudian dengan perancangan, pengembangan dan penyempurnaan produk, kemudian diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk [1]. Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat keputusankeputusan penting yang mempengaruhi kegiatankegiatan lain yang menyusulnya. Di antara keputusan penting tersebut termasuk keputusan yang membawa akibat apakah industri dalam negri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek. Hal tersebut menandakan betapa pentingnya keahlian merancang harus dikuasai oleh orang-orang indonesia. Sebelum sebuah produk dibuat, maka produk tersebut haruslah dirancang terlebih dahulu. Dalam bentuknya yang paling sederhana hasil rancangan tersebut dapat berupa sebuah skets atau gambar sederhana dari produk atau benda teknik yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat produk adalah si perancang sendiri, maka skets atau gambar yang akan dibuat cukup sederhana saja asal dapat dimengertinya sendiri [1]. Produk adalah keluaran (output) yang diperoleh dari sebuah proses produksi (transformasi) dan merupakan pertambahan nilai dari bahan baku (material input) dan merupakan komoditi yang dijual perusahaan kepada konsumen []. Proses transformasi akan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun dimensi dari bahan baku Copyright 014 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33

9 Hubungan kebutuhan pekerja terhadap karakteristik teknik pada perancangan alat pengepres melinjo dengan metode QFD serta sifat-sifat material lainnya (non fisik) sesuai dengan rancangannya. Proses transformasi ini baru akan memberikan arti positif apabila diikuti dengan adanya pertambahan nilai (value added) dari output yang dihasilkan baik berupa pertambahan nilai fungsional maupun nilai ekonomisnya. Komponen-komponen pembentuk produk dapat dibagi menjadi tiga bagian pokok, yaitu komponen inti, komponen pengemas dan komponen pelayan pendukung. Bagian inti adalah bagian yang harus ada dalam produk yaitu bentuk fisik dan segi fungsional dari produk. Bagian inti adalah bagian yang harus ada dalam produk yaitu bentuk fisik dan segi fungsional dari produk. Sedangkan komponen pengemas meliputi kualitas, harga, nama dagang, segi rancangan, kemasan dan harga. Disamping kedua bagian produk tersebut, suatu produk memiliki bagian pelayanan pendukung yang meliputi delivery, jaminan, spare part, instansi, dan perbaikan/perawatan, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.. QFD sangat cocok jika diimplementasikan dengan concurent engineering yang merupakan sistem pengembangan produk yang terpadu dimana semua aktifitas yang terlibat dalam pengembangan produk dilakukan dalam kurun waktu yang bersamaan []. Quality function deployment meliputi semua elemen mulai dari desain, pemasok material mentah, produksi (manufaktur), distribusi dan pelayanan produk yang telah disesuaikan dengan keahlian dan pengalaman didalam pengembangan produk secara keseluruhan untuk memenuhi customer needs dan harapan-harapan konsumen. Quality function deployment diilustrasikan sebagai sebuah rumah yang sangat komplek yang disebut sebagai house of quality karena mirip struktur sebuah rumah sesungguhnya yang dapat dilihat pada Gambar. Kemudian rumah tersebut dapat dibagi (seperti keinginan konsumen, kebutuhan teknis, hubungan keduanya, dan lainnya) yang satu sama lain. Gambar 1 Komponen-komponen Pembentuk Produk [] 1.1 Quality function deployment Quality function deployment adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari merancang produk, proses manufaktur sampai produk tersebut ke tangan konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan kepada keinginan konsumen []. Ada beberapa aspek penting dari sistem quality function deployment, antara lain [3]: 1. Fokus utama QFD adalah customer needs (kebutuhan konsumen) dan harapan-harapan konsumen terhadap produk tersebut.. Biasanya QFD didasari proyek dan kegunaan fungsi silang tim yang menyatakan bahwa semua anggota yang terlibat didalam organisasi pengembangan produk dengan metode QFD akan berpengaruh terhadap produk. Gambar House of Quality 1. Kebutuhan konsumen dan kebutuhan teknis Didalam konteks pengembangan produk baru ini digaris bawahi sebagai kebutuhan konsumen (customer requirements) dan biasanya sering disebut juga dengan voice of customers []. Selain kebutuhan konsumen diperlukan juga kebutuhan teknis. Kebutuhan teknis (technical requirements) adalah salah satu proses dalam matrik perencanaan produk untuk menterjemahkan kebutuhan konsumen kedalam kebutuhan teknis (hows) agar lebih menspesifikasi sebuah desain umum. Dengan demikian Copyright 014 Department of Industrial Engineering. All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33

Derlini, Riana Puspita dan Refiza 30 kebutuhan teknis tidak lain merupakan bahasa teknis yang kemudian dikembangkan. 1.3 Corelationship Corelationship biasa disebut juga matrik korelasi yaitu sebuah tabel segitiga yang sering dipadukan dengan hows, dalam arti bahwa matrik korelasi menjelaskan hubungan antar item how. Fungsi matrik korelasi untuk mengidentifikasi daerah dimana keputusan trade-off, riset dan pengembangan mungkin dibutuhkan. Matrik hubungan menggunakan simbolsimbol untuk menjelaskan hubungan yang terjadi. Ada beberapa tipe yang umumnya digunakan dalam menjelaskan hubungan tersebut, antara lain: = Positive = Strong positive X = Negative # = Strong negative Dari korelasi dapat diidentifikasi mana hows yang saling dukung mendukung satu sama lainnya dan mana yang dapat menimbulkan konflik antar hows. Hubungan positive adalah jika sebuah how bisa mendukung how yang lainnya. Hal ini sangat penting karena mungkin dapat melakukan efisiensi sumber daya dengan tidak melakukan kemampuan duplikasi pada hasil yang sama. Hubungan negative adalah jika antara sebuah how dengan how lainnya menimbulkan akibat yang saling merugikan atau salah satu yang dirugikan. Hal ini menimbulkan konflik yang sangat penting untuk dipecahkan. Kondisi ini merupakan trade-off yang harus dihilangkan. Walaupun tidak diharapkan muncul namun hubungan negative ini sering terjadi. 1.4 Competitive assessment Competitive assessment adalah sebuah grafik yang menggambarkan perbandingan penilaian terhadap produk perusahaan dan pesaingnya untuk setiap keinginan konsumen (whats) dan kebutuhan teknis (hows). Tingkat hubungan whats dan hows menggunakan tiga kunci utama dan digambarkan oleh simbol-simbol pada hubungan antara whats dan hows yang dihubungkan. Hubungan kuat jika keinginan teknis tertentu merupakan interpretasi langsung suatu keinginan konsumen. Hubungan sedang dan lemah umumnya dari hubungan keinginan konsumen dengan kebutuhan teknis yang bukan dari intepretasi langsungnya. Adapun simbol-simbol yang digunakan: = Hubungan kuat = Hubungan menengah = = Hubungan lemah Cara pengisiannya adalah dengan melakukan interpretasi hubungan antara whats dan hows, jika terdapat hubungan maka diisi dengan simbol yang sesuai dan jika tidak terdapat hubungan maka dikosongkan. Nilai-nilai hubungan tersebut antara lain: hubungan kuat bernilai 9, hubungan menengah bernilai 3 dan hubungan lemah bernilai 1 []. Competitive assessment untuk how sering disebut dengan technical competitive assessment dan digunakan secara teknis untuk menganalisa kompetisi produk dibanding produk pesaing. Competitive assessment dapat digunakan untuk membuat nilai tujuan (how much) dicapai. Disamping itu dengan dibuatnya Competitive assessment dapat diketahui posisi produk dengan produk sejenis perusahaan lainnya secara objektif. Dengan demikian dapat ditentukan keunggulan dan kekurangan produk yang akan dikembangkan. Bagian menentukan how much merupakan bagian terukur dari hows yang berisi nilai target yang dicapai. Target ini merupakan bagian dari kualifikasi teknis, sehingga semua target harus terukur atau tertentu. Adapun beberapa alasan mengapa how much didefinisikan, antara lain: a. Untuk menyediakan makna tujuan dari jaminan bahwa kebutuhan bisa ditemukan. b. Untuk menyediakan target bagi pengembangan produk lebih lanjut. Cara perhitungannya adalah setiap kolom whats yang berhubungan dengan kolom hows, maka nilai importance rating dikalikan dengan besarnya hubungan. Kemudian jumlahkan setiap hasil kali tersebut untuk setiap kolom. Importance rating untuk what (seterusnya hanya disebut importance rating) dibentuk secara mendasar dari customer assessment dan diekspresikan sebagai sebuah skala relatif, atau dengan angka yang lebih tinggi untuk mengidentifikasi tingkat kepentingan konsumen dan biasanya diekspresikan dengan skala relatif (misal 1-9 atau 1-5). Hasil dari penjumlahan dari perkalian importance rating dan hubungan yang telah ditentukan sebelumnya, maka akan didapatkan nilai bobot kolom yang penting bagi langkah rumah kedua yaitu matrik part deployment []. Metodologi Penelitian Tahapan penelitian diawali dengan pengumpulan data mengenai kebutuhan pekerja, yaitu kepentingan pekerja terhadap atribut kebutuhan yang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para pekerja/pengguna dan pemilik usaha. Data yang dikumpulkan merupakan sampel acak. Sampel penelitian meliputi sejumlah elemen (responden) yang lebih besar dari persyaratan minimal sebanyak 30 elemen/responden [3]. Copyright 014 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33

31 Hubungan kebutuhan pekerja terhadap karakteristik teknik pada perancangan alat pengepres melinjo dengan metode QFD Hasil kuisioner selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas adalah pengujian tingkat kemampuan suatu alat ukur untuk dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas kuesioner ini menggunakan teknik korelasi product moment dari person yang dirumuskan sebagai berikut [4]: n( XY ) ( X )( Y ) [ n( X ) ( X ) n( Y ) ( Y ) ] r xy = (1) Keterangan : r xy = Koefisien korelasi antara masing-masing item (butir pertanyaan) x = Nilai/skor dari masing-masing item (butir pertanyaan) y = Nilai/skor total dari butir pertanyaan n = Jumlah sampel (responden) xy = Perkalian antara masing-masing item dengan nilai/skor total Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek yang sama. Koefisien reabilitas berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien alpha dari cronbach yaitu: r k σ = k 1 V t 1 1 b Keterangan: r i = Reliabilitas internal k = Banyaknya butir pertanyaan = jumlah varian butir = varian total Selanjutnya dihitung tingkat kepentingan dari tiap atribut hasil identifikasi kebutuhan pekerja. Setelah diketahui tingkat kepentingan tiap atribut kebutuhan pekerja maka kembali dibuat kuisioner dan disebarkan kepada pekerja untuk mengetahui karakteristik teknik. Dari hubungan kebutuhan pekerja dan karakteristik teknik inilah sebagai dasar pada perancangan alat pengepres melinjo yang direncanakan. 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Identifikasi Kebutuhan Pekerja/Pengguna Dari hasill observasi langsung pada home industry Saharuddin di Desa Lubuk Hulu, dan sekumpulan pengamatan yang dilakukan selama penelitian maka diketahui customer requirement melalui identifikasi kebutuhan pekerja/pengguna seperti dapat dilihat pada Tabel 1. () Tabel 1 Identifikasi Kebutuhan Pekerja No. Kebutuhan Pekerja 1. Mudah digunakan. Kemudahan dalam menentukan ukuran tebal tipisnya emping 3. Kekokohan konstruksi alat 4. Bahan yang digunakan aman untuk makanan 5. Kesesuaian alat pengepres dengan keinginan pekerja 6. Tahan lama 3. Uji Validitas Hasil uji validitas menggunakan rumus productmoment dengan 30 responden. hasilnya dapat dilihat pada Tabel. Tabel Hasil Uji Validitas Atribut r Hitung r Tabel Keterangan 1. Mudah digunakan 0,653 0,361 Valid. Kemudahan dalam 0,579 0,361 Valid menentukan ukuran tebal tipisnya emping 3. Kekokohan 0,676 0,361 Valid konstruksi alat 4. Bahan yang 0,635 0,361 Valid digunakan aman untuk makanan 5. Kesesuaian alat 0,757 0,361 Valid pengepres dengan keinginan pekerja 6. Tahan lama 0,568 0,361 Valid Dari Tabel terlihat bahwa semua atribut kebutuhan pekerja dinyatakan valid. 3.3 Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas untuk semua atribut kebutuhan pekerja dinyatakan reliable seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Atribut r Hitung Koefisien Minimum Keterangan 1. Mudah digunakan 0,71 0,70 Reliabel. Kemudahan dalam 0,71 0,70 Reliabel menentukan ukuran tebal tipisnya emping 3. Kekokohan 0,71 0,70 Reliabel konstruksi alat 4. Bahan yang 0,71 0,70 Reliabel digunakan aman untuk makanan 5. Kesesuaian alat 0,71 0,70 Reliabel pengepres dengan keinginan pekerja 6. Tahan lama 0,71 0,70 Reliabel 3.4 Tingkat Kepentingan Pekerja/Pengguna Tingkat kepentingan pekerja akan alat pengepres emping melinjo dengan importance rate 5 1. Dimana 5 merupakan high importance dan 1 merupakan low importance. Hasil perhitungan tingkat kepentingan pekerja dapat dilihat pada Tabel 4. Copyright 014 Department of Industrial Engineering. All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33

Derlini, Riana Puspita dan Refiza 3 Tabel 4 Tingkat Kepentingan Pekerja No. Kebutuhan Pekerja Importance 1. Mudah digunakan 3,97. Kemudahan dalam menentukan 3,87 ukuran tebal tipisnya emping 3. Kekokohan konstruksi alat 4,3 4. Bahan yang digunakan aman untuk 3,73 makanan 5. Kesesuaian alat pengepres dengan 3,77 keinginan pekerja 6. Tahan lama 4, 3.5 Karakteristik Teknik Dari kebutuhan responden atau pekerja (Respondent Needs) kemudian diterjemahkan kedalam karakteristik teknik (Technical Respone) atau kebutuhan teknis seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik Teknik No Karakteristik Teknik 1 Desain produk Tebal alas atas 3 Proses pengambilan emping 4 Desain ukuran 5 Kualitas bahan 6 Warna 3.6 Hubungan Kebutuhan Pekerja dan Karakteristik Teknik Untuk mengetahui hubungan kebutuhan pekerja dan karakteristik teknik diperoleh melalui wawancara dengan pekerja. Penilaian dilakukan pekerja berdasarkan pengalaman dengan symbol dan nilai penilaian sebagai berikut: = Nilai 5 berarti hubungan kuat = Nilai 3 berarti hubungan sedang = Nilai 1 berarti hubungan lemah Matrik hubungan kebutuhan pekerja terhadap karakteristik teknik dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa: 1. Atribut mudah digunakan mempunyai hubungan kuat terhadap karakteristik teknik (kebutuhan teknis) untuk desain produk dan desain ukuran. Atribut ini juga mempunyai hubungan sedang terhadap kebutuhan teknis untuk tebal alas atas, proses pengambilan emping, dan kualitas bahan. Akan tetapi atribut ini tidak ada hubungan dengan kebutuhan teknis untuk warna. Tabel 6 Matrik Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik No. Urut kebutuhan pengguna Atribut 1 Mudah digunakan 3,97 Kemudahan dalam menentukan ukuran tebal tipisnya emping 3,87 3 Kekokohan konstuksi alat 4,3 4 Bahan yang digunakan aman untuk makanan 3,73 5 Kesesuaian alat pengepres dengan keinginan pekerja 3,77 6 Tahan lama 4, Importance No. Urut kebutuhan teknis 1 3 4 5 6. Atribut kemudahan dalam menentukan ukuran tebal tipisnya emping mempunyai hubungan kuat terhadap kebutuhan teknis untuk kualitas bahan. Atribut ini juga mempunyai hubungan sedang terhadap kebutuhan teknis untuk tebal alas atas, dan mempunyai hubungan lemah terhadap kebutuhan teknis untuk proses pengambilan emping, dan desain ukuran. Akan tetapi atribut ini tidak ada hubungan terhadap kebutuhan teknis untuk desain produk, dan warna 3. Atribut kekokohan konstruksi alat mempunyai hubungan kuat terhadap kebutuhan teknis untuk tebal atas. Atribut ini juga mempunyai hubungan sedang terhadap kebutuhan teknis untuk desain produk, desain ukuran, kualitas bahan, dan warna, tetapi atribut ini tidak ada hubungan terhadap kebutuhan teknis untuk proses pengambilan emping 4. Atribut bahan yang digunakan aman untuk makanan mempunyai hubungan sedang terhadap kebutuhan teknis untuk kualitas bahan, dan mempunyai hubungan lemah terhadap kebutuhan teknis untuk warna. Tetapi atribut ini tidak ada hubungan terhadap kebutuhan teknis untuk desain produk, tebal alas atas, proses pengambilan emping, dan desain ukuran 5. Atribut Kesesuaian alat pengepres dengan keinginan pekerja mempunyai hubungan kuat terhadap kebutuhan teknis untuk tebal alas atas, desain ukuran, dan atribut ini juga mempunyai hubungan sedang terhadap kebutuhan teknis untuk desain produk, kualitas bahan, dan warna. Tetapi atribut ini tidak ada hubungan terhadap kebutuhan teknis untuk kebutuhan teknis untuk proses pengambilan emping. Copyright 014 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33

33 Hubungan kebutuhan pekerja terhadap karakteristik teknik pada perancangan alat pengepres melinjo dengan metode QFD 6. Atribut tahan lama mempunyai hubungan kuat terhadap kebutuhan teknis untuk tebal alas atas. Atribut ini juga mempunyai hubungan sedang terhadap kebutuhan teknis untuk kualitas bahan, tetapi atribut ini tidak ada hubungan terhadap kebutuhan teknis untuk desain produk, proses pengambilan emping, desain ukuran, dan warna. 4 Kesimpulan Pada pengepres melinjo memiliki 6 (enam) kebutuhan pekerja akan yaitu mudah digunakan, kemudahan dalam menentukan ukuran tebal tipisnya emping, kekokohan konstruksi alat, bahan yang digunakan aman untuk makanan, kesesuaian alat pengepres dengan keinginan pekerja, dan tahan lama. Selain itu juga ada 6 (enam) karakteristik teknik berdasarkan kebutuhan pekerja sebagai dasar perancangan yaitu mendesain produk, tebal alas atas, proses pengambilan emping, desain ukuran, kualitas bahan, dan warna. Dari keenam kebutuhan pekerja dan karakteristik teknik ada yang berhubungan kuat, lemah, sedang, dan ada yang tidak ada hubungan. Acknowledgements Terima kasih kepada Dikti dan LPPM-ITM serta bapak Saharuddin yang telah memfasilitasi kegiatan penelitian yang dilakukan. References [1] Harsokoesoemo, H. Darmawan. Pengantar Perancangan Teknik (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Bandung, 000) [] Widodo, Imam Djati. Perencanaan dan Pengembangan Produk (UII Press Indonesia. Yogyakarta. 003) [3] Supranto, J. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan (PT. Rineka Cipta. Jakarta. 001) [4] Ariani, Dorothea Wahyu. Pengendalian Kualitas Statistik (Andi, Yogyakarta, 004) Copyright 014 Department of Industrial Engineering. All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33