BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

eksternal yang datang dari lingkungan.

BAB II KAJIAN TEORI. Kajian tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Sejarah. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran maupun dalam mengatasi kesulitan- kesulitan belajar mereka.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil

Nurmala SMP NEGERI 2 METRO Abstrak. Kata kunci: Hasil Belajar,Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Ratna Wilis Dahar, 1996: 11). Belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya (Oemar Hamalik, 2008: 28). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2) Belajar adalah cara adaptasi utama manusia, jika kita tidak belajar maka tidak bisa survive (bertahan hidup), dan tentu saja tidak akan berhasil baik (Trianto, 2010: 178). Belajar menurut Gestalt adalah suatu proses aktif, yang dimaksud aktif di sini ialah, bukan hanya aktivitas yang tampak seperti gerakangerakan badan, akan tetapi juga aktivitas-aktivitas mental, seperti proses berfikir, mengingat dan sebagainya. Menurut para ahli psikologi assosiasi 8

9 belajar adalah usaha untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru. Peristiwa belajar dipandangnya sebagai peristiwa untuk menghadapi masalah-masalah berdasarkan tanggapan-tanggapan yang telah ada. Dari semua pendapat pada dasarnya belajar adalah proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir saja tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang Nampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati (Mustaqim dkk, 2003: 61-64). b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor ekstern. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan). Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan). Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu siswa, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk

10 kehidupan dalam masyarakat, dan media massa (Sugihartono, 2007: 76-77). Ada faktor lain yang mempengaruhi belajar diantanya. Kemampuan pembawaan, kondisi psikis orang yang belajar, kondisi Psikis Anak, kemauan belajar, sikap terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri, bimbingan, ulangan (Mustaqim, dkk, 2003: 63-67). Proses belajar di dorong oleh motivasi intrinsik siswa. Di samping itu proses belajar juga dapatterjadi, atau menjadi bertambah kuat bila di dorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. c. Pembelajaran Sejarah Menurut Mulyasa (2005: 110) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik, dimana dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang berasal dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa berupa aktivitas belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan metode pengajaran, waktu dan materi pembelajaran.

11 Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, yaitu merekonstruksi apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh orang. perlu ditegaskan bahwa membangun kembali masa lalu bukan untuk kepentingan masa lalu itu sendiri. Sejarah mempunyai kepentingan masa kini bahkan, untuk masa yang akan datang (Kuntowijoyo, 1995: 17). Sejarah merupakan situasi atau keadaan lampau yang memiliki arti perubahan dan peristiwa yang realitas. Menurut Sidi Gazalba (1966: 7-8), sejarah mengandung arti sebagai berikut. 1) Sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwaperistiwa dalam kenyataan sekitar kita. 2) Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut. 3) Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadiankejadian yang merupakan realitas tersebut. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah adalah proses interaksi antara pendidik, peserta didik dan lingkungannya untuk mengetahui serangkaian peristiwa yang terjadi pada masa lampau dengan tujuan menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang dan menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air. Tujuan pembelajaran sejarah yang ingin dicapai adalah untuk megembangkan tiga aspek (ranah)

12 kemampuan yaitu: aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (I Gde Widja, 1989: 27-28). 2. Prestasi Belajar a. Konsep Prestasi belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995: 787). kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Prestasi belajar atau achievement merupakan realita atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan prestasi belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan prestasi belajar. Di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dan penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuh (Nana Syaodih Sukamdinata, 2003: 102-103). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan secara penuh setelah melakukan kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka nilai yang diberikan oleh guru dengan cara memberi tes atau evaluasi untuk menentukan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan prestasi belajar siswa ini disebabkan karena beberapa faktor

13 antara lain latar belakang masing-masing sikap dan bakat siswa terhadap suatu bidang pengajaran yang diberikan b. Faktor yang Mempengaruhi Menurut M. Dalyono (2005: 55-60), faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar seseorang adalah sebagai berikut. 1) Faktor Internal meliputi: a) Kesehatan Apabila kesehatan fisik sesorang selalu tidak sehat, dapat tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula apabila kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, dapat mengganggu atau mengurangi semangat untuk belajar. b) Intelegensi dan bakat Seseorang yang mempunyai intelegensi tinggi, pada umumnya lebih mudah belajar dan hasilnya cenderung lebih baik dibanding orang yang memiliki intelegensi rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarnya rendah. Apabila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan memliki bakat dalam bidang yang dipelajarinya, maka proses belajarnya akan lebih lancar dan suskes dibanding dengan orang yang mempunyai bakat saja tetapi intelegensinya rendah.

14 c) Minat dan motivasi Minat yang besar yang dimiliki oleh seseorang pada umumnya cenderung menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan orang yang mempunyai minat yang kurang. d) Cara belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Seseorang yang belajar perlu memperhatikan teknik, faktor fisiologis, psikologi, dan ilmu kesehatan agar memperoleh hasil yang memuaskan 2) Faktor Eksternal meliputi: a) Keluarga Pencapaian hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan orang tua, perhatian dan bimbingan orang tua, rukun tidaknya kedua orang tua, keakraban hubungan anak dengan kedua orang tua, keadaan dan situasi dalam rumah serta ada tidaknya media belajar. b) Sekolah Meliputi kualitas guru, metode mengajar guru, kesesuian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas dan sebagainya.

15 c) Masyarakat Apabila disekitar tempat tinggal terdiri dari orang-orang yang berpendidikan dan mempunyai moral yang baik, maka hal ini akan mendorong motivsi anak untuk giat belajar. d) Lingkungan Sekitar Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim turut mempengaruhi prestasi belajar. c. Cara mengukur prestasi Cara mengukur prestasi yang di gunakan pada permainan tari bambu yaitu dengan dua tes. a. Tes Awal (Pre test) Tes pada siswa sebelum pembelajaran dimulai atau sebelum proses pengajaran dilaksanakan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok belajar pada pembelajaran dengan menggunakan teknik Tari Bambu b. Tes Akhir (Post test) Tes yang diberikan setelah proses pengajaran berakhir. Tes ini diberikan pada saat akhir tindakan untuk mengukur prestasi belajar sejarah dan tingkat keberhasilan tindakan pembelajaran pada setiap tindakan (Nana Sudjana, 2005: 117). 3. Tinjauan Tentang Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning

16 Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur (Anita Lie, 2004: 12). Model belajar cooperative learning merupakan model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja sama antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar (Solihatin, 2007: 5). Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Nur Asma,2006: 11). Cooperative learning adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya, dalam kelompok tersebut (Johnson dalam Solihatin, 2007:5). Sementara menurut Atrzt dan Newman dalam Nur Asma (2006: 11) mendefinisikan belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu sistem untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau penyelesian suatu tujuan bersama. Menurut Davidson dan Kroll dalam Nur Asma (2006: 11) mendifinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-

17 ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang ada dalam tugas mereka. Slavin (1984) dalam buku Solihatin (2007: 4) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran siswa dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas amggota, baik secara individual maupun secara kelompok. Pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antar siswa dalam kelompok (Nur Asma, 2006: 11-12). b. Elemen dasar pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mempunyai lima elemen dasar, yaitu saling ketergantungan yang positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok (Anita Lie, 2008: 31). Pembelajaran kooperatif merupakan sistem kerja atau kelompok belajar terstruktur. Ada lima unsur pokok yang termasuk di

18 dalam sruktur tersebut, yaitu sebagai berikut: sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling tergantung positif, setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran, adanya interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok, komunikasi antar anggota, dan keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja sama. c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif learning untuk mencapai hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial (Nur Asma, 2006: 27). Pengembangan ketrampilan sosial dalam tujuan pembelajaran kooperaatif adalah untuk mengajarkan siswa ketrampilan kerja sama dan kolaborasi. Ketrampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat, karena sebagai manusia kita membutuhkan orang lain dan perlu kerja sama dengan orang lain. 4. Tinjauan Tentang Pembelajaran Teknik Tari Bambu a. Pengertian Pembelajaran Teknik Tari Bambu Pembelajaran dengan teknik Tari Bambu merupakan pengembangan modifikasi dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Dinamakan Tari Bambu karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam tari bambu Filipina yang juga popular di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu keunggulan dari teknik Tari Bambu adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi

19 informasi dengan singkat dan teratur. teknik tari bambu juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan komunikasi mereka. (Anita Lie, 2008: 64-65). b. Langkah-langkah Teknik Tari Bambu. Langkah-langkah Teknik Tari Bambu ada 5 langkah spesifikasi untuk meningkatkan kesuksesan menggunakan teknik ini (Anita Lie, 2008: 65-66). 1) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelas. 2) Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela sela deretan bangku. Cara kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena di perlukan waktu yang relative singkat. 3) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama. 4) Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi 5) Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung lainnya di jajaran yang lain sehingga jajaran ini akan bergeser. Dengan cara ini, masing masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi informasi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan. B. Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penetilian ini adalah sebagai berikut.

20 1. Ana Yulianti (2011) dengan judul Implementasi Cooperative learning model Think Pair Square untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah Siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI IPS tahun ajaran 2010-2011, merupakan skripsi milik jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan Model Pembelajaran Think Pair Square dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah Siswa. Skripsi ini berbeda dari skripsi yang saya buat. Dalam skripsi yang saya buat obyek, tempat, dan materi yang diteliti berbeda. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmat Widianto dengan judul Implementasi Model Pembelajaran Permainan Kapal Perang Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Sejarah Di Kelas VIII A Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011 SMP Negeri 2 Moyudan yang berkesimpulan bahwa dengan model pembelajaran Kapal Perang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah terletak pada subyek penelitian, lokasi dan tujuan yang akan dicapai. C. Kerangka Pikir Pendidikan di Indonesia yang masih rendah dan mahalnya biaya pendidikan menjadikan masyarakat kita kurang sadar betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak kita. sistem pendidikan di Indonesia dan prakteknya di lapangan yang belum bisa dijangkau oleh kalangan masyarakat bawah. Dalam proses pembelajaran masih banyak hal yang menghambat, mulai dari pihak sekolahan, pihak pengajar maupun dari siswanya itu sendiri. Salah satunya dalam pembelajaran Sejarah di sekolah. Mata pelajaran sejarah selama

21 ini dianggap pelajaran yang sifatnya menghafal saja. Proses belajar mengajar yang masih menggunakan metode konvensional yang dirasa sangat membosankan siswa. Siswa merasa kurang aktif, guru masih sangat dominan di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu kurangnya metode yang bisa membuat menarik siswa dalam belajar sejarah. Hal itulah yang membuat prestasi belajar siswa menurun pada mata pelajaran sejarah selama ini. Setelah mengalami tindakan dengan penerapan permainan tari bambu dan dengan di kolaborasikan dengan tanya jawab dan juga presentasi antar kelompok prestasi belajar siswa jadi meningkat. Pembelajaran Konvensional Prestasi Rendah Implementasi Pembelajaran Sejarah Dengan Teknik Tari Bambu Prestasi Belajar Siswa Meningkat Gambar 1. Kerangka Pikir. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir diatas maka dapat di ajukan hipotesis bahwa prestasi belajar siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran Tari Bambu pada mata pelajaran Sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA N 1 Prambanan, Klaten.