BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai anything that students are expected to do, beyond input through reading

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kristis serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

ASSESSMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

TINJAUAN PUSTAKA. Model PBL merupakan suatu model yang dirancang untuk merangsang. perkembangan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif siswa dengan

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

Oleh Saryana PENDAHULUAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Knirk & Gustafson (2005) dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

Transkripsi:

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktifitas Kritis Arti dari aktivitas menurut KBBI (2008: 31) adalah kegiatan, keaktifan, dan kesibukan. Menurut Slameto (203: 36) aktivitas memegang peranan penting dalam belajar sebab pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan dilakukan secara sengaja. 17 Brophy dan Alleman (Sahono, 2010:12) mendefinisikan aktivitas belajar sebagai anything that students are expected to do, beyond input through reading or listening, in order to learn, practice, apply, evaluate, or in any other way respond to curricular content. Menurut definisi ini aktivitas belajar mengandung kegiatan: lisan (oral speech) seperti menjawab pertanyaan atau berpartisipasi dalam diskusi; menulis (writing) seperti memberi jawaban singkat, melengkapi uraian, dan meringkas; atau perbuatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan (goal-directed action) seperti melakukan pengamatan dan pemecahan masalah. 18 Untuk melihat terwujudnya cara belajar siswa dalam proses belajar mengajar, terdapat beberapa indikator. Melalui indikator tersebut dapat dilihat tingkah laku yang muncul dalam proses belajar mengajar. 17 Masayuki Nugroho, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Aktivitas Kritis, (Bandung: UPI, 2002) h.10 18 http://contohskripsipendidikanmatematika.blogspot.com/2012/05/pengembanganbahan-ajar-matematika.html (diakses pada tanggal 15 Desember 2012), h.23 12

13 Paul B. Diedrich menjelaskan jenis-jenis aktivitas belajar dengan mengutamakan proses mental sebagai berikut 19 : 1. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain, dan sebagainya. 2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya. 3. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan tes, angket, menyalin, dan sebagainya. 4. Drawing activities, seperti menggambarkan, membuat grafik, peta, diagram, dan sebagainya. 5. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya. 6. Montor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparsi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7. Emational activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya. Sehingga aktivitas kritis siswa adalah kegiatan siswa dalam pembelajaran yang melalui keaktifan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, berpartisipasi aktif dalam diskusi, melakukan pengamatan dan memecahkan masalah. 20 19 Nailatin Najahah, Penerapan Problem Solving Dengan Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada pokok bahasan peluang dikelas XI SMA Wakid Hasyim 2 Taman. ( Surabaya: IAINSA). h. 28, t.d.

14 Menurut Ennis aktivitas kritis siswa sebagai berikut: 1. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. 2. Mencari alasan 3. Berusaha mengetahui informasi yang baik 4. Memakai sumber yang memiliki kredibitas dan menyebutkannya 5. Memperhatiakan kondisi dan situasi secara keseluruhan 6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama 7. Mengingat kepentingan asli dan mendasar 8. Mencari alternatif 9. Bersikap dan berfikir terbuka 10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melaksanakan sesuatu 11. Mencari alasan sebanyak mungkin apabila memungkainkan 12. Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah. Indikator kemampuan berfikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok permaslahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkapkan fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no.2, 6, dan 12 adalah mampu memiliki argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8, 10, 20 Masayuki Nugroho. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Aktivitas Kritis Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. (Bandung: UPI, 2002),. h.23

15 dan 11 adalah mampu mendeteksi bisa berdasarakan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suattu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan(mulyana, 2008: 30). 21 Aktivitas kritis merupakan kegiatan yang bertujuan untuk merangsang agar siswa dapat berfikir kritis, yang terdiri mencari alasan dengan indikatornya yaitu membuat pola dan membuat generalisasi. Secara keseluruhan indikator aktivitas kritis yaitu mengidentifikasi, mengelompokkan, membuat pola dan mengeneralisasikan. 22 B. Pemecahan Masalah Pada pembelajaran matematika siswa sering berhadapan dengan masalah, sehingga diharapkan dengan pembelajaran matematika siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Masalah dalam matematika menurut Ruseffendi adalah suatu persoalan yang ia sendiri mampu menyelesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin. 23 Sedangkan menurut Dahar memecahkan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menerapkan konsep-konsep dan aturan-atuan yang diperoleh sebelumnya dan pada dasarnya pemecahan masalah merupakan tujuan utama proses pendidikan. 24 21 Ibid, h. 12 22 Ibid, h.5 23 E.T. Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. (Bandung : Tarsito, 1988), h.35 24 Rika Murdika Ulfah,Penerapan Model Pembelajaran Novick Melalui Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp, (Bandung: UPI, 2011), h. 11

16 Faktor mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah, antara lain: pengalaman awal, latar belakang matematika, keinginan dan motivasi, serta struktur masalah. Dalam memecahkan masalah diperlukan keterampilanketerampilan yang harus dimiliki, yaitu (1) keterampialn empiris dalam perhitungan dan pengukuran; (2) keterampialn aplikatif untuk menghadapi situasi yang umum atau sering terjadi; (3) keterampilan berfikir untuk bekerja pada situasi yang tidak biasa. 25 Polya membagi dan mendefinisikan pemecahan masalah menjadi 4 langkah, 26 yaitu: 1. Tahap memahami masalah 2. Tahap perencanaan penyelesaian 3. Tahap pelaksanaan 4. Pemeriksaan kembali proses dan hasil Tahap pertama untuk memecahkan masalah adalah memahami permasalahannya. Tanpa adanya pemahaman akan masalah yang dihadapi, maka segala rencana dan tindakan yang akan dilaksanakan justru mempersulit permasalahannya sehingga tidak dipecahkan. Oleh karena itu, tahap pertama ini sangat besar artinya bagi pemecahan suatu masalah. Bahkan ada yang mengatakan bahwa bila suatu masalah dapat dirumuskan kembali dengan bahasa 25 Yusuf Setiawan, Analisis Proses Berfikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah Terbuka pada Materi Kubus dan Balok Di Kelas VllI SMP Negeri! Turi Lamongan, (Surabaya: IAINSA, 2012), h. 17, t.d 26 Nailatin Najahah, Penerapan Problem Solving Dengan Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada pokok bahasan peluang dikelas XI SMA Wakid Hasyim 2 Taman. ( Surabaya: IAINSA). h.15

17 yang lebih sederhana sehingga dapat dimengerti, maka separuh dari pekerjaan untuk memecahkan masalah sudah selesai dikerjakan. Pada tahap ini suatu masalah akan diuraikan menjadi bagian-bagian kecil seperti apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Tahap kedua adalah perencanaan penyelesaian, yaitu menyusun rencana pemecahan masalah, tahap ini dilakukan dengan mencoba mencari hubungan antara hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan, masalah yang sudah pernah diselesaikan, konsep dan prinsip yang sudah pernah dimiliki sebelumnya sangat besar manfaatnya dalam menentukan hubungan yang terjadi antara yang diketahui dan yang ditanyakan. Dengan hubungan tersebut, maka disusunlah halhal yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Tahap ketiga adalah pelaksanaan yakni melaksanakan rencana penyelesaian tersebut. Pada waktu menyusun rencana, yang berperan adalah pikiran, maka pada tahap pelaksanaan ini pikiran bersama dengan fisik serentak melakukan kegiatan. Apa yang dibayangkan pada waktu menyusun rencana pemecahan masalah, pada tahap ini mulai dipraktekkan secara nyata. Hasil pelaksanaan rencana yang telah disusun diatas adalah fakta apakah masalah tersebut sudah dapat dipecahkan atau tidak. Tahap keempat adalah pemeriksaan kembali proses dan hasil perencanaan yang telah disusun. Dalam tahap ini dilakukan pengkajian terhadap semua hal yang telah dilakukan. Kebenaran setiap langkah yang dilakukan untuk

18 memecahkan masalah perlu dipertanyakan kembali agar dapat diperoleh langkahlangkah yang lebih dapat dijamin kebenarannya. Ruseffendi menyimpulkan langkah pemecahan masalah sebagai berikut: 27 a. Merumuskan permasalahan dengan jelas b. Menyatakan kembali persoalan dalam bentuk yang diselesaikan c. Menyusun hipotesis sementara dan strategi pemecahan maslah d. Melaksanakan prosedur pemecahan masalah e. Melakukan evaluasi terhadap penyelesaian Kegiatan-kegiatan yang diklasifikasikan sebagai pemecahan masalah dalam matematika menurut Branca (Melani, 2005: 16) adalah: (1) penyelesaian masalah sederhana (soal cerita) dalam buku teks; (2) penyelesaian teka-teki non rutin; (3) penerapan matematika dalam dunia nyata; (4) membuat dan menguji konjektur matematis. Dengan demikian pemecahan masalah dapat dikatakan sebagai usaha mencari jalan keluar dari kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dengan segera dapat dicapai. 28 Ruseffendi mengemukakan manfaaat dari penggunaan pengajaran matematika dengan pemecahan masalah bagi siswa antara lain: 29 1. Dapat menimbulkan rasa ingin tahu, motivasi, serta sifat kreatif. 27.T. Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. (Bandung : Tarsito, 1988), h. 29 28 Ibid. h.1 29 Ibid. h. 37

19 2. Siswa memiliki kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pertanyaan yang benar 3. Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, beraneka ragam dan menambah pengetahuan baru. 4. Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang diperoleh. 5. Siswa mampu untuk membuat analisis dan sintesis dan mampu membuat evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah (produk berfikir kritis). 6. Dapat merangsang siswa untuk menggunakan segala kemampuan karena melibatkan banyak bidang studi. Selain kelebihan pemecahan masalah juga memiliki beberapa kelemahan antara lain 30 : a. Pembelajaran dikelas membutuhkan waktu yang banyak sehingga terkadang materi tidak terselesaikan. b. Membutuhkan fasilitas yang memadai dan tempat duduk siswa harus terkondisikan untuk belajar kelompok. c. Jumlah siswa yang terlalu banyak akan menyebabkan pengawasan guru terhadap kelompok belajar secara bergantian kurang maksimal. d. Menuntut guru membuat perangkat pembelajaran yang lebih matang. 30 Nilna Muna, Perbandingan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Yang Diajar Dengan Metode Prolem Solving Dan Metode Problem Posing Pokok Bahasan System Persamaan Linier Tiga Variable (SPLTV) Kelas X Di Man Wlingi Blitar, (Surabaya: IAINSA), h. 18, t.d.

20 e. Sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru karena guru selama ini telah terbiasa mengajar dengan menggunakan pendekatan tradisional atau berpusat pada guru. Keterampilan serta kemampuan berfikir yang didapat siswa dalam memecahkan masalah diyakini dapat ditranfer atau digunakan siswa tersebut ketika menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Karena setiap orang akan selalu dihadapkan dengan masalah, maka pembelajaran pemecahan masalah atau belajar memecahkan masalah dijelaskan Cooney et al. (Tn, 2003) sebagai berikut...the action by which a teacher encourages students to accept a challenging question and guides then in their resolution. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu tindakan (action) yang dilakukan guru agar siswanya termotivasi untuk menerima tantangan yang ada pada pertanyaan (soal) dan mengarahkan para siswanya termotivasi untuk menerima tantangan yang ada pada pertanyaan (soal) dan mengarahkan para siswa dalam proses pemecahan. Demikian pentingnya aspek pemecahan masalah ini dalam belajar matematika, sehingga NCTM (2000) menyebutkan bahwa program-program pembelajaran dari pra TK hingga kelas 12 seharusnya memungkinkan semua siswa untuk mampu: (1) membangun pengetahuan matematis yang baru melalui pemecahan masalah. (2) memecahkan masalah yang muncul di dalam matematika dan di dalam konteks-konteks lain, (3) menerapkan dan

21 mengadaptasi beragam strategi yang sesuai untuk memecahkan permasalahan, dan (4) memonitor dan merefleksi pada proses pemecahan masalah matematis. 31 C. Masalah Well Structured Problems, Moderately Structured, dan Ill Structured Problems Masalah dapat diartikan suatu situasi atau pertanyaan yang dihadapi seorang individu atau kelompok ketika mereka tidak mempunyai aturan, algoritma/prosedur tertentu atau hukum yang segera dapat digunakan untuk menentukan jawabannya. Ciri-ciri suatu masalah adalah : (1) individu menyadari/mengenali suatu situasi (pertanyaan-pertanyaan) yang dihadapi. Dengan kata lain individu mempunyai pengetahuan prasyarat. (2) individu menyadari bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan (aksi). (3) langkah pemecahan suatu masalah tidak harus jelas atau mudah ditangkap orang lain. Dengan kata lain individu tersebut sudah mengetahui bagaimana menyelesaikan masalah itu meskipun belum jelas. 32 Ruseffendi menegaskan bahwa persoalan merupakan masalah bagi orang, pertama bila persoalan itu tidak dikenalnya (untuk menyelesaikan belum memiliki prosedur atau algoritma tertentu), kedua siswa harus mampu menyelesaikan baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuannya, ketiga sesuatu 31 Djamillah Bondan Widjajanti, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya, (Malang :UNY, 2009) h. 408 32 Tatang Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press), h.34

22 itu merupakan pemecahan masalah baginya bila ada niat untuk menyelesaikan tanpa menggunakan algoritma rutin. 33 Dunn (1994) mengemukakan bahwa masalah menunjukkan kesenjangan antara hasil yang dicapai dengan harapan. Dalam bahasa statistik yang dimaksud dengan masalah adalah deviasi antara standar pelaksanaan dengan pelaksanaan yang berbeda. Menurut Dunn (1994) terdapat tiga kelas masalah, yaitu masalah yang sederhana, masalah yang agak sederhana, dan masalah yang rumit. 1) Masalah yang sederhana (well structured problems) Menurut Davidson & Sternberg well structured problems adalah masalah yang memiliki tujuan, langkah solusi dan rintangan solusi yang jelas berdasarkan informasi yang diberikan. 2) Masalah yang agak sederhana (moderately structured problems) Masalah sering memiliki lebih dari satu strategi solusi merangsang siswa untuk mencari alasan yang berbeda-beda namun relevan. Moderately structured problems merupakan masalah yang mempertimbangkan siswa dalam pemahaman konsep dan penerapan konsep. 33 Masayuki Nugroho. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Aktivitas Kritis Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. (Bandung: UPI, 2002). h.7

23 3) Masalah yang rumit (ill structured problems) Masalah ini memiliki rangkaian solusi yang tidak jelas. Pemecahan masalah sulit dalam penyusunan rencana dalam rangkaian langkah yang dapat mengarah pada solusi. sebagai berikut: Jenis masalah Definisi Menurut Foshay dan Kirkley (ratnaingsih, 2007: 71) jenis-jenis masalah Tabel 2.1 Jenis Masalah Berdasarkan Strukturnya Well structured moderately-structured ill structured Masalah yang selalu menggunakan solusi step by step yang sama Karakter 1. Strategi solusi pada umumnya dapat diprediksi 2. Konvergen 3. Pada umumnya semua info terletak pada awal bagian dari pernytaan Masalah yang membutuhkan berbagai strategi dan penyelesaian agar sesuai dengan konteks tertentu 1. Sering kali memiliki lebih dari satu stertegi solusi 2. Konvergen 3. Infomasi yang diperlukan sereingkali harus ditunjukkan terlebih dahulu Masalah dengan tujuan yang tidak jelas, strategi dan solusi paling tidak bersyarat 1. Solusi tidak terdefinisi dengan baik atau tidak dapat diprediksi. Mempunyai mulitepel perspektif, tujuan dan solusi 2. Tidak ada satu solusi yang well defined, dan mungkin tidak ada solusi yang memuaskan 3. Informasi yang diperlukan seringkali harus dikumpulkan terlebih dahulu 34 34 Ibid, h.16

24 Implikasi untuk Pengajaran dan Pengujian testing Tergantung pada yang menyatakan pengetahuan, tetapi dengan kedalaman paling sedikit pengetahuan Keterampilan untuk ini terbatas pada yang sama masalah. Learner hanya menghafal yang Prosedur dan sering menjadi otomatis dengan praktek. Memerlukan lebih deklaratif (konteks) pengetahuan. Membutuhkan keterampilan untuk memecahkan masalah, masalah representasi, analogis / abstrak penalaran, dan evaluasi, Learner harus adakan Strategi yang sesuai konteksnya. Membutuhkan luas deklaratif pengetahuan dan pengalaman. Menggunakan / abstrak berat analogis / simbolik penalaran dan kognitif fleksibilitas. Harus membantu pelajar mendefinisikan konteks dan tujuan dari masalah 35 D. Aktivitas Kritis Siswa Dalam Memecahkan Masalah Well Stuctured Problems, Moderately Stuctured Problems, Ill Stuctured Problems Berdasarkan penjelasan tentang definisi aktivitas kritis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka proses aktivitas kritis merupakan tahapan dalam beraktivitas ketika siswa dihadapkan pada suatu masalah. Menurut Ennis indikator aktivitas kritis siswa sebagai berikut: 1. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. 2. Mencari alasan 3. Berusaha mengetahui informasi yang baik 4. Memakai sumber yang memiliki kredibitas dan menyebutkannya 35 Jamie kirkley, Prinsiples for Teaching Problem Solving,h.8

25 5. Memperhatikan kondisi dan situasi secara keseluruhan 6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama 7. Mengingat kepentingan asli dan mendasar 8. Mencari alternatif 9. Bersikap dan berfikir terbuka 10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melaksanakan sesuatu 11. Mencari alasan sebanyak mungkin apabila memungkainkan 12. Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah. Kemudian aktivitas kritis juga dikemukakan oleh Appebaum (Runisah, 2008: 29) bahwa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis didalam proses belajar mengajar di sekolah, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Meminta siswa untuk menemukan algoritma serta mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah 2. Membangun suatu aktivitas untuk memfasilitasi siswa untuk meningkatkan dan menyempurnakan kemampuan berfikir kritis yaitu dengan cara membandingkan, membedakan, membuat konjektur, membuat induksi, membuat generalisasi, membuat spesialisasi, membuat klasifikasi, mengelompokkan, melakukan proses deduksi, membuat visualisasi, mengurutkan, membuat prediksi, membuat validasi, membuktikan, menganalisis, mengevaluasi, adan membuat pola.

26 3. Meminta siswa untuk menentukan hubungan fungsional diantara satu variabel dengan variabel lain. 4. Menggunakan berbagai cara dalam mempelajari suatu topik 5. Meminta siswa mempelajari bagaimana matematika disajikan atau direpresentasikan beserta alasannya. 6. Mengumpulkan data yang ditemukan siswa, fakta-fakta yang mereka kumpulkan dalam lebih dua cara, dan konjektur atau argumen yang mereka percaya merupakakan sentral dari ringkasan materi yang mereka pelajari untuk dijadikan bahan diskusi lebih lanjut. 36 Berdasarkan pemaparan diatas berfikir kritis dapat dikembangkan dari aktivitas kritis. Guru memiliki peranan sebagai fasilitator yang merancang kegiatan yang dapat membangkitkan aktivitas kritis pada siswa. Menurut Ruseffendi persoalan merupakan masalah bagi orang, pertama bila persoalan tersebut itu tidak dikenal (untuk menyelesaikan belum memiliki prosedur atau algoritma tertentu), kedua siswa harus mampu menyelesaikan baik kesiapan mental maupun pengetahuan, ketiga sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya bila ada niat untuk menyelesaikan tanpa menggunakan algoritma rutin. 37 36 Masayuki Nugroho. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Aktivitas Kritis Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. (Bandung: UPI, 2002), h.12 37 Ibid, h.16

27 Masalah dalam pembelajaran matematika biasanya disajikam dalam bentuk soal. Soal-soal tersebut hanya bisa diselesaikan dengan memadukan pengetahuan-pengetahuan siswa sebelumnya yang terkaid dengan soal. Guru dapat menyelesaikan masalah di awal pembelajaran sebagai motivasi, di tengah pembelajaran untuk penekanan konsep dan di akhir pembelajaran sebagai aplikasi dari konsep yang telah diajarkan. 38 Masalah merupakan salah satu dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan aktivitas kritis pada pembelajaran, dengan memperhatikan kesiapan mental siswa yang didorong oleh guru agar dapat berperan aktif saat pembelajaran. Jenis masalah berupa moderately structured memuat troubleshooting (mencari dan memecahkan kesulitan), tujuan yang jelas dan siswa mengetahui keadaan awal dan batasan-batasannya. Akan tetapi siswa harus menggali kembali dan mengaplikasikan dalam suatu cara pengoprasian yang baru sehingga membawa siswa dan kondisi awal kutujuan kahir dengan batasan-batasan yang diberikan. Selanjutnya Foshay dan Kirkley menyarankan apabila pembelajaran akan melatih pemecahan masalah, hendaknya siswa dihadapkan pada masalah yang moderately structured dan ill structured. 39 Menurut Ellen Gagne pada hakikatnya masalah dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu: (1)satu tujuan dengan cara pemecahan masalah, (2) satu 38 Yusuf Setiawan, Analisis Proses Berfikir Kritis Siswa Dalam memecahkan Masalah Terbuka Pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 1 Turi Lamongan, (Surabaya : IAINSA, 2012), h. 4 39 Masayuki Nugroho. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Aktivitas Kritis Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. (Bandung: UPI, 2002).h. 17

28 tujuan dengan dua cara yang berbeda, (3) satu tujuan dengan beberapa cara yang belum diketahui, (4) beberapa jalan yang belum pasti apalagi cara mencapainya, jenis masalah inilah yang disebut ill structured. 40 Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka proses aktivitas kritis dalam memecahkan masalah terutama jenis well structured problems, moderately structured problems, dan ill structured problems dalam penelitian ini adalah tahapan yang digunakan siswa sebagai sebuah tahap untuk merangsang siswa agar berfikir kritis dalam memecahkan masalah matematika jenis soal well structured problems, moderately structured problems, dan ill structured problems. Aktivitas kritis yang digunakan untuk memecahkan masalah well structured problems, moderately structured problems, dan ill structured problems merupakan kombinasi beberapa teori dari Enis dan Appelbaum. Indikator yang digunakan dalam menilai aktivitas kritis siswa dalam memecahkan masalah jenis well structured problems, moderately structured problems, dan ill structured problems, diantaranya sebagai berikut: h. 4 40 Janulis P. Purba`. Pemecahan Masalah dan Penggunaan Strategi Pemecahan Masalah.

29 Tabel 2.2 Indikator Aktivitas Kritis No Teori Bentuk-bentuk Operasional Indikator Pencapaian 1 Teori Ennis Mencari pernyataan yang 1. Siswa jelas dari setiap pertanyaan menyebutkan apa yang diketahui di 2 Teori Appebaum Berusaha mengetahui informasi yang baik Memakai sumber yang memiliki kredibitas dan menyebutkannya Mengingat kepentingan asli dan mendasar Membangun suatu aktivitas untuk memfasilitasi siswa untuk meningkatkan dan menyempurnakan kemampuan berfikir kritis yaitu dengan cara membandingkan, membedakan, membuat konjektur, membuat induksi, membuat generalisasi, membuat spesialisasi, membuat klasifikasi, mengelompokkan, melakukan proses deduksi, membuat visualisasi, mengurutkan, membuat prediksi, membuat validarsi, membuktikan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat pola. dalam soal. 2. Siswa menyebutkan langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan 3. Siswa mampu membuat gambar dari permasalahan 4. Siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang telah ditemukan