Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

dokumen-dokumen yang mirip
Key Words : Wet-Dry Cyclic, Body Automotive Plate, Immersion Test.

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

SIDANG TUGAS AKHIR. oleh : Rosalia Ishida NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Dr. Hosta Ardhyananta, ST, MSc

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

Keywords: wet-dry corrosion, auto body plate, cyclic method, immersion method.

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

ANALISA KERUSAKAN PADA ATAP ZINCOATING DI LINGKUNGAN ATMOSFER INDUSTRI

Pengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah AISI 1010

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 di

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 Metode Penelitian

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM TERHADAP LAJU KOROSI DENGAN METODE POLARISASI DAN UJI KEKERASAN SERTA UJI TEKUK PADA PLAT BODI MOBIL

ANALISA KOROSI BAUT PENYANGGA OCEAN BOTTOM UNIT (OBU) RANGKAIAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI PADA PERAIRAN PELABUHAN RATU.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

PENGARUH KONSENTRASI CuCN DAN GELATIN DALAM ELEKTROLIT GEL CuCN TERHADAP KETEBALAN LAPISAN TEMBAGA PADA ELEKTROPLATING BAJA JIS G 3141

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

Dimas Hardjo Subowo NRP

Pengaruh Polutan Air Sungai Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Pada Baja AISI1045 dan Stainless steel 304 di Sungai Bokor Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

BAB III METODE PENELITIAN

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

TUGAS METALURGI II PENGUJIAN METALOGRAFI BAJA 1020

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

Karakterisasi Material Sprocket

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM :

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING LOGAM TEMBAGA DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSI NH4OH 1M

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI

ANALISA LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON RENDAH YANG DILAPISI SENG DENGAN METODE HOT DIP GALVANIZING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, dan LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON EMS-45 DENGAN METODE UJI JOMINY

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN NACL (PPM) DAN PENINGKATAN PH LARUTAN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DARI BIJIH BESI HEMATITE DAN BIJIH BESI LATERITE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

III. METODOLOGI dan PREDIKSI WAKTU PENGERJAAN

ANALISIS PEMBENTUKAN KERAK DI DALAM PIPA PDAM SEMARANG

Transkripsi:

JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles. Korosi tidak pernah berhenti, namun korosi bisa dikendalikan dan dicegah. Berbagai bidang tidak terlepas dari penggunaan logam, salah satunya yaitu plat body automobiles. Korosi di lingkungan industri merupakan masalah yang harus ditangani agar plat body automobiles tidak berkarat.

Adapun permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh variasi waktu terhadap 3 spesimen pada larutan asam nitrat HNO 3 0,01M ( Perusahaan Penyepuhan Emas ) terhadap laju korosi pada body automobiles di Indonesia serta mempelajari komposisi kimia dari material body automobiles tersebut. Mengetahui laju korosi dan jenis korosi yang terjadi pada spesimen body automobiles yang berada di larutan HNO3 0,01 M dengan metode Cyclic Wet - Dry SAE J2334. Mengetahui kondisi logam dengan pengujian metallography, SEM, dan XRD akibat pengaruh dari corrosion cyclic Wet - Dry SAE J2334 Membandingkan pengaruh 0,01 M HNO 3 terhadap laju korosi dan tingkat korosifitas dengan pengujian corrosion cyclic dan pencelupan (immersion) pada material bodi mobil Untuk mengkaji lebih lanjut tentang ilmu korosi dan standarisasi untuk corrosion cyclic SAE J2334

Definisi dari korosi adalah perusakan atau penurunan mutu dari material akibat bereaksi dengan lingkungan (MARS G. FONTANA,1987), dalam hal ini adalah interaksi secara kimiawi. pengujian SAE J2334 Cyclic Wet Dry memberikan korelasi yang lebih bagus daripada cara yang conventional, yaitu salt spray test Test ini efektif memberikan variasi hasil korosi, mekanisme korosi ( Uniform Corrosion, Galvanic dan Crevice Corrosion ) START Pencelupan (Immersion) ke Larutan 0,01 HNO 3 15 menit Lembab (Humid) 45 menit pada Temperatur Kamar dan Tekanan Atmosfer Pengeringan (Dry) 3 Jam pada Temperatur Kamar dan atmosfer lingkungan

Uji Imersi adalah uji simulasi ketahanan korosi terhadap media korosif dengan cara yang sangat sederhana. Material uji dicelupkan ke dalam media korosif untuk suatu waktu tertentu dengan menerapkan atau mensimulasikan semua parameter yang terlibat dalam kondisi aktual ( misalnya : kondisi operasi peralatan, kondisi lingkungan, dll ) Hasil yang diperoleh dengan cara ini adalah kehilangan berat dari material uji yang dapat dikonversikan ke laju korosi dan fenomena kerusakan material uji/ bentuk korosi. Senyawa kimia asam nitrat ( HNO 3 ) adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar. Asam nitrat memiliki tetapan disosiasi asam (pk a )1,4. Asam Nitrat banyak digunakan di daerah Industri Pertambangan terutama dalam proses penyepuhan emas.

High Strength Low-Alloy Steel ( HSLA ) banyak sekali diaplikasikan untuk part otomotif, jembatan, crane dan lain-lain. Tetapi industri otomotif merupakan industri yang mempunyai tingkat kebutuhan tertinggi terhadap HSLA steels. Karena HSLA steels mempunyai kekuatan yang tinggi ( lebih tinggi dari Low-carbon steels ), maka dapat dibentuk menjadi lembaran yang lebih tipis, sehingga cocok digunakan sebagai material body mobil di mana diperlukan efisiensi berat tanpa mengesampingkan kekuatannya. Diagram Alir Perancangan Uji Komposisi START Preparasi peralatan dan spesimen I, II, III Penimbangan berat awal Spesimen uji Pengujian pada laboratorium Cyclic Wet dry Conditions Metallography SEM XRD Data Analisa Data dan Pembahasan Kesimpulan END

Material body automotive dari beberapa negara. Plat Body automotive dari Jepang: merk C Plat Body automotive dari Eropa : Merk M Plat Body automotive dari Indonesia : Merk T Aguades Digunakan untuk membersihkan ( rinsing ) pada spesimen uji setelah soda api. Soda Api ( NaOH ) Digunakan untuk membersihkan coating pada spesimen uji HNO3 0,01 M Larutan ini biasanya digunakan di Kawasan Industri Pertambangan, khususnya pada Industri penyepuhan logam ( emas ) Jangka sorong dan penggaris : untuk mengukur dimensi specimen. Peralatan untuk uji Cyclic Timer Set : Alat ini digunakan sebagai pencelupan spesimen didalam berbagai macam larutan eletrolit. Dalam interval waktu yang sudah ditentukan. Mesin gerinda tangan : untuk meratakan dan memperhalus permukaan Gelas ukur : untuk mengukur larutan pada saat membuat larutan. Pinset : untuk memegang, menaruh dan mengambil spesimen pada saat corrosion cylcic berlangsung. Sendok berbahan dasar plastik : untuk mengambil bahan kimia yang berupa serbuk dan mengaduk larutan agar tidak bereaksi dengan sendok. Kertas gosok dan sikat : untuk menghaluskan permukaan spesimen Neraca Analit : untuk menimbang bahan untuk dengan ketelitian 4 angka dibelakang koma. Kamera digital : untuk mengetahui foto makro

X-Ray Diffraction - Philips X Pert MPD (Multi Purpose Diffractometer) : Dari Alat ini, dapat diketahui puncak-puncak yang menentukan komposisi penyusun lapisan oksida Mikroskop Optik Mikroskop optik digunakan untuk mengetahui struktur mikro antara base metal dengan lapisan seng dengan pembesaran yang digunakan 200x. Scanning Electron Microscope ( SEM ) - ZEISS tipe EVO MA10 : Alat mikrograf SEM menghasilkan karakteristik penampilan tiga dimensi yang berguna untuk memahami struktur permukaan dari sampel. Metallography Analisa metalografi dilakukan untuk mengetahui jenis serangan korosi dan seberapa besar serangan korosi pada spesimen akibat proses wet dry cyclic corrosion. XRF - Merk alat PANalytical type MiniPal 4 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia pada spesimen dan senyawa - senyawa oksida yang mungkin terjadi Tabel Komposisi Kimia Komposisi ( % atom ) Spesimen Merk T Merk M Merk C P 0,33% 0,45% 1,50% Ca 0,16% 0,15% 0,16% Mn 0,28% 0,085% 0,24% Fe 45,59% 14,7 % 36,69% Zn 53,60% 84,5 % 61,40% Cr - 0,024% - Ni - 0,060% - Cu - 0,068% -

Gambar ( a ) Spesimen merk T, ( b ) Spesimen merk M, ( c ) Spesimen merk C General Corrosion Gambar Spesimen merk T, ( a ) setelah siklus 20; ( b ) setelah siklus 30; ( c ) setelah siklus 40; ( d ) setelah siklus 50; ( e ) setelah siklus 60

General Corrosion Gambar Spesimen merk M, ( a ) setelah siklus 20; ( b ) setelah siklus 30; ( c ) setelah siklus 40; ( d ) setelah siklus 50; ( e ) setelah siklus 60 General Corrosion Gambar Spesimen merk C, ( a ) setelah siklus 20; ( b ) setelah siklus 30; ( c ) setelah siklus 40; ( d ) setelah siklus 50; ( e ) setelah siklus 60

Gambar Spesimen merk T, ( a ) setelah 80 jam; ( b ) setelah 120 jam; ( c ) setelah 160 jam; ( d ) setelah 200 jam; ( e ) setelah 240 jam Gambar Spesimen merk M, ( a ) setelah 80 jam; ( b ) setelah 120 jam; ( c ) setelah 160 jam; ( d ) setelah 200 jam; ( e ) setelah 240 jam

Gambar Spesimen merk C, ( a ) setelah 80 jam; ( b ) setelah 120 jam; ( c ) setelah 160 jam; ( d ) setelah 200 jam; ( e ) setelah 240 jam Perhitungan weight loss. Dari siklus yang paling ekstrim, yaitu siklus ke-60, diperoleh merk M mempunyai weight loss paling rendah, yaitu sebesar 1,012 gram. Kemudian merk C memiliki nilai weight loss sebesar 2,194 gram. Sedangkan merk T mempunyai nilai weight loss paling besar yaitu 2,402 gram.

merk T mengalami weight loss yang paling tinggi seiring bertambahnya waktu ( jam ) yaitu sebesar 1,1413 gram. Kemudian merk C mengalami weight loss sebesar 0,8007 gram dan merk M memiliki weight loss yang paling kecil, yaitu sebesar 0,5829 gram. Pengambilan nilai laju korosi pada siklus ke-60 untuk merk T sebesar 4,5110000 mpy, merk C 3,738900366 mpy dan untuk merk M 1,707522393 mpy.

Dari grafik tersebut, diambil pada siklus yang paling ekstrim, nilai laju korosi paling rendah terjadi pada merk M sebesar 0,978045032 mpy, kemudian merk C 1,268710582 mpy dan laju korosi paling tinggi merk T sebesar 1,823384937 mpy Pada merk T terlihat Uniform Corrosion dan memperlihatkan adanya indikasi Pitting Corrosion. Merk C juga terlihat adanya Uniform Corrosion dan Pitting Corrosion, namun merk M yang terlihat sedikit adanya Uniform Corrosion dan Pitting Corrosion Gambar Metalografi dengan Perbesaran 500x ( a ) merk T, ( b ) merk C, dan ( c ) merk M Pitting Corrosion Uniform Corrosion

Gambar dibawah menjelaskan tentang adanya indikasi Pitting Corrosion dan Uniform Corrosion pada setiap merk. Namun, terlihat bahwa Pitting Corrosion pada merk T lebih terlihat hebat daripada merk C dan merk M. Hal ini sesuai dengan grafik laju korosi maupun grafik weight loss di atas, bahwa merk T mempunyai weight loss dan Corrosion Rate yang paling besar Gambar 4.12 SEM dengan Perbesaran 1000x ( a ) merk T, ( b ) Merk C, dan ( c ) Merk M Pitting Corrosion Uniform Corrosion Uji difraksi sinar X dilakukan untuk mengetahui produk korosi dari hasil uji korosi Wet Dry Cyclic pada siklus 60. Fase-fase yang terbentuk pada sampel uji difraksi sinar-x dapat kita analisa bahwa produk korosi pada penelitian ini adalah : Karat merah (Red Rrust) Fe 2 O 3 (Ferrit Oxide) Zn 3 N 2 ( Zinc Nitrat ) Karat hitam Fe 3 O 4 Pada umumnya ferrit oxide (karat) berwarna merah kecoklatan, sehingga disebut karat merah. Karat merah tersebut muncul sebagai non magnetik Fe 2 O 3 dan Zn 3 N 2. Sedangkan Fe 3 O 4 yang bersifat magnetik sering terbentuk sebagai suatu lapisan hitam dan lapisan ini biasa disebut karat hitam