BAB II. Komponen utama dalam Sistem Pendukung Keputusan, antara lain :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. Komponen utama dalam Sistem Pendukung Keputusan, antara lain :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Profile Umum P.T. PJB Badan Pengelola Waduk Cirata

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

DECISION SUPPORT SYSTEMS TO DETERMINE THE LOCATION OF BUSINESS BRANCHES USING AHP METHOD AND MAP VISUALIZATION (CASE STUDY TOKO IVO BUSANA PADANG)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB IV. commit to user

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Bab II Analytic Hierarchy Process

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

Ferry Ferdian (A ) Jurusan Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Pengertian Metode AHP

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini digunakan landasan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Paramuda Tour & Transport mengalami penurunan pelanggan yang

BAB IV PEMBAHASAN. commit to user

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK MEMBANTU PEMBELI DALAM PEMILIHAN LAPTOP PADA PAZIA COMPUTER SEMARANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

BAB III LANDASAN TEORI

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

BAB III LANDASAN TEORI

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGADAAN ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN DURENAN MENGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS (AHP)

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan dalam checking antara kinerja dan target yang telah ditentukan.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. (sumber:

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Pegawai Dengan Metode AHP

BAB III LANDASAN TEORI. dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Dibuat Oleh : 1. Andrey ( )

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI. keputusan atau biasa disebut Decision Support System (DSS) merupakan sistem

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

Aplikasi Metode Analitical Hierarchy Proces (AHP) Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh Abulwafa Muhammad, S.Kom, M.

BAB II LANDASAN TEORI. dan didistribusikan kepada para pemakai.

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan pemilihan beberapa tindakan alternatif yang ada untuk mencapai satu atau banyak tujuan yang telah diterapkan (Turban, 2005). SPK adalah sistem yang memiliki karakteristik utama seperti yang diungkapkan oleh Sprague dan Watson (1993), diantaranya yaitu : a. Sistem berbasis komputer b. Digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan c. Memecahkan masalah-masalah rumit yang mustahil untuk dilakukan secara manual d. Menggunakan cara simulasi yang interaktif e. Komponen utama berupa data dan model analisis Komponen utama dalam Sistem Pendukung Keputusan, antara lain : a. Pengelolaan Data (Database Management) merupakan subsistem data yang terorganisasi dalam sebuah basis data. Diperlukan data yang relevan dengan masalah yang akan dipecahkan dengan simulasi. b. Pengelolaan Model (Modelbase) merupakan model yang merepresentasikan masalah ke dalam format kuantitatif (matematis) sebagai dasar simulasi dalam pengambilan keputusan karena memungkinkan sistem menganalisis secara utuh dan mengembangkan solusi alternatif. c. Pengelolaan Dialog (User Interface) merupakan subsistem dialog yang menggabungkan pengelolaan data dan pengelolaan model yang menampilkan keluaran sistem untuk menerima masukan dari user ke dalam Sistem Pendukung Keputusan (SPK). 5

digilib.uns.ac.id 6 Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan menurut Kadarsah (2002): a. Tahap Pemahaman (Intelligency Phase) Proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah. b. Tahap Perancangan (Design Phase) Proses pengembangan dan pencarian alternatif tindakan atau solusi yang dapat diambil. Tahap ini merupakan representasi dari kejadian nyata yang mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada. c. Tahap Pemilihan (Choice Phase) Pemilihan diantara berbagai alternatif solusi yang dimunculkan pada tahap perencanaan supaya ditentukan atau dengan menetukan kriteria-kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai. d. Tahap Implementasi (Implementation Phase) Penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat di tahap perencanaan dan pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih di tahap pemilihan. 2.1.2. Metode Analytic Hirearchy Process (AHP) Analytic Hirearchy Process (AHP) merupakan teknik terstruktur untuk mengatur dan menganalisis keputusan yang kompleks berdasarkan matematika dan psikologi yang dikembangkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika yang bekerja di University of Pittsburgh di Amerika pada tahun 1970 (Iryanto, 2008). Langkah-langkah metode AHP : a. Dekomposisi (Decomposition) Dekomposisi merupakan pemecahan atau pembagian masalah yang kompleks menjadi berbentuk bagian-bagian hierarki yang lebih detail dimana setiap elemennya saling berhubungan, seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. Hierarki disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan di sebuah sistem dengan memeerhatikan elemen keputusan yang terlibat.

digilib.uns.ac.id 7 Gambar 2. 1 Diagram Dekomposisi Metode AHP b. Perbandingan Penilaian (Comparative Judgments) Perbandingan penilaian merupakan proses membandingkan secara berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Hasilnya skala penilaian berupa angka. Perbandingan penilaian ini berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen-elemennya. Skala kepentingan yang digunakan berupa skala 1 yang merupakan tingkat terendah (equal importance) hingga skala 9 berupa tingkatan tertinggi (extreme importance) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 (Yusuf, 2012). Intensitas Kepentingan Tabel 2. 1 Skala Bobot Kriteria AHP menurut Thomas L. Saaty Definisi 1 Elemen sama penting 3 5 7 9 2,4,6,8 Elemen satu sedikit lebih penting dibanding elemen lainnya Elemen satu lebih penting dibanding elemen lain Elemen satu sangat penting dibanding elemen lain Penjelasan Kedua variabel memiliki pengaruh kepentingan yang sama Penilaian sedikit memihak pada salah satu variabel dibanding variabel lainnya Penilaian memihak pada sebuah variabel dibanding variabel lainnya Suatu variabel lebih dominan dibandingkan variabel lainnya Elemen satu mutlak Suatu variabel merupakan sangat penting variabel tertinggi daripada dibanding elemen lain variabel lainnya Nilai-nilai diantara Kompromi diperlukan antara dua dua pertimbangan yang berdekatan pertimbangan

digilib.uns.ac.id 8 c. Sintesis Prioritas (Synthesis of Priority) Sintesis prioritas digunakan untuk memperkirakan bobot kepentingan atau menentukan prioritas dari masing-masing alternatif. Sintesis prioritas diperoleh dari metode eigen vektor atau perkalian prioritas lokal dengan prioritas kriteria bersangkutan pada level yang lebih tinggi dan dijumlahkan dengan setiap elemen di level yang dipengaruhi kriteria, sehingga menghasilkan prioritas global (gabungan) untuk memboboti prioritas lokal di level terendah sesuai kriteria. Vektor eigen (eigen vector) merupakan vektor kolom yang tidak bernilai nol, yang apabila dikalikan dengan suatu matriks berukuran n x n akan menghasilkan vektor lain yang memiliki nilai kelipatan dari vektor Eigen itu sendiri (Kuttler, 2012). d. Logika Konsistensi (Logical Consistency) Logika konsistensi digunakan untuk menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Logika konsistensi dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen vektor dari berbagai tingkatan hierarki yang kemudian diperoleh composite vector tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan. Langkah-langkah metode AHP sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998): a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. b. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama, dilanjutkan subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif di tingkat kriteria terbawah. c. Membuat perankingan kriteria sesuai dengan tingkat kepentingannya sesuai dengan skala prioritas Saaty seperti pada Tabel 2.1. d. Membuat matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison matrix) pada masing-masing kriteria yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria lainnya seperti pada (2.1). e nm =...(2. 1)

digilib.uns.ac.id 9 Keterangan : e = elemen matriks n = urutan matriks kolom x = kolom dan baris matriks m = urutan matriks baris e. Membuat matriks normalisasi, seperti (2.3) untuk memperoleh bobot kriteria (priority vector) pada (2.4), yaitu membagi nilai-nilai elemen di setiap kolom yang dibagi dengan total kolomnya, seperti yang dihitung pada (2.2). z nm =...(2. 2) N nm =...(2. 3) PV n =...(2. 4) Keterangan : z = jumlah elemen matriks per kolom N = normalisasi elemen matriks per kolom PV = vektor prioritas masing-masing kolom f. Vektor eigen diperoleh dengan menjumlahkan nilai di setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk memperoleh nilai rata-rata, seperti pada perhitungan (2.5). )...(2. 5) g. diperoleh dari jumlah hasil kali dari jumlah kolom dengan eigen vektor utama dengan perhitungan pada (2.6)....(2. 6) h. Indeks Konsistensi (Consistency Index / CI) merupakan ukuran kekonsistenan dari bobot kriteria. Apabila CI bernilai nol (0), maka bobot yang diberikan konsisten. Perhitungan dapat di lihat pada (2.7). CI =...(2. 7) i. Namun apabila CI yang diperoleh lebih dari nol (0), maka diperlukan pengujian ketidakkonsistenannya dengan menghitung nilai Rasio Konsistensi

digilib.uns.ac.id 10 (Consistency Ratio / CR). Rasio Indeks (RI) merupakan skala untuk mengukur rasio konsistensi. Nilai dari rasio indeks terdapat pada Tabel 2.2 dan persamaan perhitungan CR dapat di lihat pada (2.8). Tabel 2. 2 Nilai Rasio Indeks (RI) Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria Nilai RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 CR =...(2. 8) j. Jika diperoleh nilai CR kurang dari atau sama dengan 10% (0,1) maka ketidakkonsistenannya masih dapat diterima. Namun jika belum, diperlukan perlu perbandingan berpasangan kembali (iterasi 2) sampai diperoleh nilai CR kurang dari atau sama dengan 0,1. k. Menghitung matriks berpasangan dari masing-masing alternatif untuk setiap kriteria seperti pada perhitungan (2.1). Matriks berpasangan ini dihitung normalisasinya seperti di perhitungan (2.2). Kemudian melakukan perhitungan (2.3) untuk memperoleh vektor eigennya di masing-masing kriteria. l. Perankingan alternatif diperoleh dari hasil penjumlahan dari perkalian bobot alternatif (priority matrix) dengan bobot kriteria (priority vector) yang bersesuaian seperti pada persamaan (2.9)....(2. 9) Keterangan : PV akhir = vektor prioritas suatu kriteria di sebuah alternatif 2.1.3. Siklus Hidup Pengembangan Sistem Siklus Hidup Pengembangan System atau Systems Development Life Cycle (SDLC) merupakan suatu proses pembuatan atau pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. SDLC merupakan metode pengembangan sistem tradisional yang digunakan pada organisasi saat ini (Turban, 2005).

digilib.uns.ac.id 11 Tahap-tahap dalam SDLC, antara lain : a. Perencanaan (planning) Tahap perencanaan bertujuan mengidentifikasi sistem yang akan dikembangkan seperti jangka waktu pelaksanaan, manfaat serta tujuan pembuatan sistem, sumber dana dan pelaksananya. Tahap ini penting karena diperlukannya identifikasi secara terperinci seperti merumuskan masalah dan rencana alur data dan informasi supaya efisien. Tahapan ini biasanya dituangkan dalam suatu proposal yang kemudian dievaluasi untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu proyek sistem dilanjutkan. Di dalam penilaian kelayakan suatu proyek, terdapat tiga komponen utama yaitu : 1. Kelayakan Operasional mengenai apakah operasional sistem dapat dilaksanakan dengan SDM yang ada, pemeliharaan sistemnya, serta efisiensi dan efektivitas sistem yang ditawarkan. 2. Kelayakan Teknis mengenai ketersediaan hardware atau software yang akan dikembangkan, jadwal pelaksanaan, serta sistem keamanan datanya. 3. Kelayakan Ekonomis mengenai biaya pembuatan dan penggunaan sistem, serta keuntungan penggunaan sistem tersebut. b. Analisis (analysis) Tahap analisis merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh menjadi komponen-komponen untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan dan hambatan yang terjadi serta kebutuhan yang diharapkan. Di dalam tahapan ini, terdapat langkah-langkah yang dilakukan, yaitu : 1. Identifikasi Masalah Tahap ini merupakan langkah pertama dari analisis sistem, yaitu mendefinisikan masalah yang harus dipecahkan. 2. Analisis Sistem Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh menjadi komponen-komponen untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah, kesempatan, maupun hambatannya sehingga dapat dilakukan perbaikan (Jogiyanto, 1999). Langkah-langkah dalam

digilib.uns.ac.id 12 melakukan analisis sistem yaitu menganalisis kelemahan sistem seperti flexybility, accessibility, capasity, timeliness, security, simplicity, economy, relevence, eviciency, reliability dan accuracy serta menganalisis kebutuhan sistem seperti hardware, software, maupun brainware. Tools yang dapat digunakan pada tahapan ini diantaranya, pendefinisian kebutuhan fungsional serta pembuatan diagram-diagram yang menggambarkan proses dari sistem seperti alur proses hierarki, context diagram (CD), data flow diagram (DFD) dan entity relation diagram (ERD). c. Desain (design) Tahapan ini bertujuan untuk memberikan gambaran rancangan secara lengkap, sebagai penuntun (guideline) untuk tahap implementasi dalam pembuatan sistem karena tahapan ini berkonsentrasi pada bagaimana sistem dibangun untuk memenuhi kebutuhan pada tahap analisis. Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap desain, antara lain : 1. Desain Basis Data Tujuan desain basis data (database) untuk memenuhi kebutuhan informasi user serta mendukung kebutuhan-kebutuhan pemrosesan dan beberapa objek penampilan. 2. Desain Antarmuka Desain antarmuka merupakan rancangan tampilan yang akan tertampil pada layar. d. Implementasi (implementation) Tahapan ini mengimplementasikan analisis dan desain yang telah dibuat pada tahap sebelumnya dalam bentuk sistem aplikasi. e. Pengujian (testing) Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan (error) dari rancangan maupun program yang telah dibuat dan melakukan perbaikan. Pengujian terhadap faktor kualitas, antara lain : 1. Correctness 3. Usability 2. Functionality 4. Maintainability

digilib.uns.ac.id 13 f. Pengelolaan (maintenance) Tahapan ini merupakan tahapan terakhir pada SDLC, di mana sistem telah dijalankan di pihak client. 2.1.4. Proses Hierarki Proses hierarki termasuk pada tahap analisis sistem di Siklus Hidup Pengembangan Sistem. Hierarki merupakan sistem yang tingkatan-tingkatan (level) keputusannya berstratifikasi dengan beberapa elemen keputusan pada setiap tingkatan keputusan. Secara umum hirarki dapat dibagi dua jenis (Permadi, 1992) : i. Hierarki Struktural berupa uraian masalah kompleks yang diuraikan menjadi bagian-bagiannya atau elemen-elemennya menurut ciri atau besaran tententu sepenti jumlah, bentuk, ukuran atau warna. ii. Hierarki Fungsional berisi uraian masalah kompleks yang menjadi bagianbagiannya sesuai hubungan essensialnya Misalnya, masalah pemilihan pemimpin dapat diuraikan menjadi tujuan utama yaitu mencari pemimpin, kriteria pemimpin yang sesuai dan alternatif pemimpin-pemimpin yang memenuhi syarat. Penyusunan hierarki atau struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi. 2.1.5. Context Diagram (DFD Level 0) Context Diagram (CD) merupakan diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup di suatu sistem. Menurut Pohan dan Bahri (1997), Context Diagram (CD) merupakan bagian dari DFD yang berfungsi memetakan model lingkaran tunggal yang mewakili seluruh sistem. Context Diagram merupakan level tertinggi pada DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Context Diagram memberikan gambaran tentang keseluruhan sistem. Diagram ini menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan luarnya. Berikut merupakan simbol dan keterangan yang terdapat pada Tabel 2.3, yaitu :

digilib.uns.ac.id 14 Tabel 2. 3 Simbol Context Diagram (CD) SIMBOL KETERANGAN 2.1.6. Data Flow Diagram (DFD) Terminator Aliran Data (Data Flow) Proses (Process) Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasinotasi untuk menggambarkan arus dari data sistem yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, terstruktur dan jelas. DFD merupakan diagram yang menggunakan notasi simbol untuk menggambarkan arus data sistem (Jogiyanto, 2005). Pada DFD terdapat 4 simbol yang digunakan, seperti tampak pada Tabel 2.4 berikut ini : SIMBOL Tabel 2. 4 Simbol Data Flow Diagram (DFD) KETERANGAN Entitas Eksternal (External Entity) Proses yang mentransformasikan data secara umum Berkas atau tempat penyimpanan data atau file Simbol Aliran Data, yang atau menggambarkan aliran data dari satu proses ke proses yang lain Diagram Level n merupakan hasil pengembangan dari Context Diagram ke dalam komponen yang lebih detail tersebut disebut dengan top-down partitioning (Leman, 1998). 2.1.7. Entity Relational Diagram (ERD) Menurut Brady dan Loonam (2010), Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan teknik yang digunakan untuk memodelkan kebutuhan data dari suatu organisasi, biasanya oleh System Analyst dalam tahap analisis persyaratan proyek pengembangan sistem. ERD beserta atributnya sebagai pendukung untuk pembuatan spesifikasi database atau DBMS (Database Management System).

digilib.uns.ac.id 15 Menurut Sikha (2003), pemodelan data menggunakan istilah Kardinalitas yang mengacu pada berapa kali instance dari satu entitas dapat berelasi dengan instance lain di entitas yang berbeda. Kardinalitas dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. One to One ( 1:1 ), Setiap anggota entitas A hanya boleh berhubungan dengan satu anggota entitas B, begitu pula sebaliknya. 2. One to Many ( 1:N ), Setiap anggota entitas A dapat berhubungan dengan lebih dari satu anggota entitas B tetapi tidak sebaliknya. 3. Many to Many ( M:N ), Setiap entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas himpunan entitas B dan demikian pula sebaliknya. Simbol-simbol ERD dapat di lihat di Tabel 2.5. berikut ini. Tabel 2. 5 Simbol Entity Relation Diagram (ERD) SIMBOL NAMA KETERANGAN Entitas Suatu objek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan pemakai. Relasi Adanya hubungan antara sejumlah entitas yang berbeda. Atribut Mendeskripsikan karakter entitas (atribut yang berfungsi sebagai key garis bawah). Garis Penghubung antara relasi dengan entitas, relasi dan entitas dengan atribut 2.1.8. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu. Beberapa sistem proyeksi yang lazim dipakai di Indonesia seperti proyeksi merkator, kerucut konformal, transverse merkator, yang masing-masimg sistem ini memiliki kelebihan maupun kekurangannya sendiri-sendiri, dan pemilihan proyeksi umumnya berdasarkan tujuan peta yang akan dibuat. (Prihandito,1998). Di masa globalisasi seperti sekarang ini, data infromasi yang diberikan peta dapat divisualisasikan ke dalam bentuk digital dengan Sistem Informasi Geologis. Sistem Informasi Geologis merupakan suatu tipe dalam teknologi informasi yang mengintegrasikan data dan informasi dari berbagai sumber seperti peta (Campbell, 2011).

digilib.uns.ac.id 16 2.2. Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan penulis ini mengacu pada penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain berupa (daftar lengkapnya dapat di lihat pada Tabel 2.3) : 1. Tower Base Transceiver Station (BTS) pada Telkomsel dengan Metode Analytic Hirearchy Process (AHP) (Soaloon Sihaloho, 2014) Penelitian ini membuat sistem aplikasi yang dapat menentukan lokasi BTS Telkomsel Medan dengan metode AHP. Kriteria-kriteria yang digunakan yaitu kepadatan penduduk, biaya, jarak, dan akses. 2. Decision Support System for Determining The Location of Seminar (Muttaqin, 2015) Terdapat 8 kriteria penilaian dengan masing-masing 22 sub kriteria dengan pembagian bobot rendah, sedang, dan tinggi. Penelitian ini menggunakan metode AHP sepagai perhitungan matematisnya serta GIS yang merupakan peta integratif dari referensi data geografis. 3. Tourist Hotel Location Selection with Analytic Hierarchy Process (Kundakci dkk, 2014) Terdapat 3 kriteria utama yaitu kondisi geografis, manajemen operasi, dan fasilitas transportasi dengan 15 sub kriteria. 4. Locating Temporary Housing after the Earthquake, using GIS and AHP Technique (A Case Study: 15 Districts of Isfahan City) (Nadery N., 2015) Terdapat 3 kriteria yaitu performance, jarak dari pusat bencana, dan aksesnya dengan 14 sub kriteria. Subkriteria dari performance berupa kedekatan okasi dengan konsentrasi lebih tinggi dan lereng. Kriteria jarak dari pusat bencana memiliki sub kriteria berupa jarak dari bencana, area yang terkena bencana gempa, pusat gas, tekanan gas yang keluar, pusat listrik, jarak dari kereta bawah tanah. Kriteria akses memiliki 6 sub kriteria, yaitu jaringan komunikasi, PMI, pusat kesehatan, kantor pemadam kebakaran, tekstur baru, kantor commit polisi. to user

digilib.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id