LAJU PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora formosa HASIL TRANSPLANSTASI PADA KEDALAMAN BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN KARANG Acropora formosa DENGAN TEKNIK TRANSPLANTASI PADA UKURAN FRAGMEN YANG BERBEDA

KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN KARANG (Acropora humilis) HASIL TANSPLANTASI PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB,

3. METODE PENELITIAN

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1 November 2012: ISSN

YANG DI TRANSPLANTASI DI PERAIRAN TELUK TEMPURUNG KECAMATAN BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), Juli 2015 ISSN:

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TRANSPLANTASI KARANG BATU MARGA Acropora PADA SUBSTRAT BUATAN DI PERAIRAN TABLOLONG KABUPATEN KUPANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan

Pertumbuhan fragmen bibit ukuran berbeda dalam pembudidayaan karang hias Acropora formosa

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

3. METODE PENELITIAN

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG, KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp. dengan Metode Penanaman yang Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

BISAKAH TRANSPLANTASI KARANG PERBAIKI EKOSISTEM TERUMBU KARANG?

1. ENERGI DALAM EKOSISTEM 2. KONSEP PRODUKTIVITAS 3. RANTAI PANGAN 4. STRUKTUR TROFIK DAN PIRAMIDA EKOLOGI

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA. Laporan Penelitian Kerjasama UNIPA & Pemerintah Kabupaten Sarmi

I. PENDAHULUAN km dengan luas perairan pantai yang mencapai 5,8 km 2 dari 3,1 juta km 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Mangrove

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi

Manajemen Kualitas Air

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

hasil pengukuran kesehatan karang adalah enam dan nilai minimumnya dua dari

JAKARTA (22/5/2015)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

Transkripsi:

LAJU PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora formosa HASIL TRANSPLANSTASI PADA KEDALAMAN BERBEDA Joni, jonijoni446@gmail.com Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH Arief Pratomo, sea_a_reef@hotmail.com Dosen Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH Henky Irwan, henkyirawan.umrah.@gmail.com Dosen Budidaya Perairan, FIKP, UMRAH ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan tingkat kelangsugan hidup karang Acropora formosa hasil transplantasi pada kedalaman berbeda dan menetukan kedalaman optimal untuk penerapan transplantasi karang Acropora formosa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di Desa Pesisir Timur Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan 7 perlakuan kedalaman yang berbeda, yaitu kedalaman 3 meter, 6 meter, 9 meter, 12 meter, 15 meter, 18 meter dan 21 meter, setiap perlakuan diberi 10 kali ulangan. Analisis data laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa dengan uji One-Way ANOVA dan uji Post Hock Duncan (95%) menunjukan kedalaman memberikan pengaruh perbedaan yang nyata. Analisis nonparametrik dengan uji Kruskal Wallis pada tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa menunjukan setiap perlakuan tidak berbeda nyata dan dilihat dari peringkat uji Kruskal Wallis menunjukan tingkat kelangsungan hidup karang tertinggi terjadi pada kedalaman 3 meter, 6 meter dan 9 meter. Kedalaman 3 meter meiliki laju pertumbuhan 1,26 mm perminggu dan kelangsungan hidup 100% dan merupakan kedalaman optimal untuk diterapkan dalam transplantasi karang Acropora formosa, hal ini terlihat dari perairan yang dangkal tetapi memiliki pertumbuhan yang cepat/tinggi atau tidak berbeda nyata dengan kedalaman yang memiliki pertumbuhan tercepat/tertinggi. Kata kunci: Transplantasi, Acropora formosa 1

GROWTH RATE AND LEVEL OF SURVIVAL CORAL Acropora formosa RESULTS TRANSPLANSTASI DEPTH IN DIFFERENT Joni, jonijoni446@gmail.com Students of Marine Sciences, FIKP, UMRAH Arief Pratomo, sea_a_reef@hotmail.com Lecturer of Marine Sciences, FIKP, UMRAH Henky Irwan, henkyirawan.umrah. @ Gmail.com Lecturer Aquaculture, FIKP, UMRAH ABSTRACT This study aims to determine the growth rate and degree of viability, live coral Acropora formosa transplanted at different depths and determine the optimal depth for the application of Acropora formosa transplantation. The research was conducted in July to August 2015 in the village of Pesisir Timur Subdistrict Siantan District Kepulauan Anambas. The experimental design used in this study 7 treatments of different depths, the depth of 3 meters, 6 meters, 9 meters, 12 meters, 15 meters, 18 meters and 21 meters, each treatment was given 10 repetitions. Analysis of data growth and the survival rate of coral Acropora formosa with One-Way ANOVA test and Post Hock Duncan test (95%) showed the depth effect real difference. Nonparametric analysis with Kruskal Wallis test on the survival rate of Acropora formosa showed each treatment was not significantly different and viewed from rank Kruskal Wallis test showed the highest survival rate of coral occurs at a depth of 3 meters, 6 meters and 9 meters. 3 meters depth particularly a growth rate of 1.26 mm every week and the survival of 100% and an optimal depth to be applied in transplantation Acropora formosa, it is seen from the shallow waters but had a rapid growth/high or not significantly different from the depth that has The fastest growth/high. Keywords: Transplantation, Acropora formosa 2

LAJU PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora formosa HASIL TRANSPLANSTASI PADA KEDALAMAN BERBEDA Joni, jonijoni446@gmail.com Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH Arief Pratomo, sea_a_reef@hotmail.com Dosen Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH Henky Irwan, henkyirawan.umrah.@gmail.com Dosen Budidaya Perairan, FIKP, UMRAH PENDAHULUAN Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan pesisir, yang memiliki peranan sangat penting baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis, terumbu karang menjadi tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan yang hidup di laut. Terumbu karang juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistem pantai lain seperti padang lamun dan magrove. Pertumbuhan dan penyebaran terumbu karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Perairan yang kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan karang, maka karang tumbuh lebih cepat di bandingkan dengan daerah yang lingkungannya tercemar. Transplantasi karang adalah pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk dicangkok di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan, bertujuan untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami. Transplantasi karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, dan dapat pula dipakai untuk membangun daerah terumbu karang baru yang sebelumnya tidak ada. Pelaksanaan Transplantasi karang telah banyak dipraktekkan. Akan tetapi biasanya transplantasi dilakukan dengan meletakkan karang transplantasi pada perairan yang dangkal, tanpa memperhatikan faktor kedalaman optimal untuk syarat pertumbuhan karang. Untuk mendapatkan informasi tentang kedalaman optimal untuk pertumbuhan karang hasil tranpantasi pada jenis Acrofora formosa, maka perlu dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan karang hasil tranplantasi pada kedalaman yang berbeda. Guna mengetahui laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa hasil transplantasi pada kedalaman yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan tingkat 3

kelangsungan hidup karang Acropora formosa hasil transplantasi pada kedalaman berbeda. Mengetahui kedalaman yang optimal pertumbuhan karang Acropora formosa dengan cara ditransplantasi pada kedalaman yang berbeda. METODE Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2015 di Perairan Desa Pesisir Timur, Kabupaten Kepulauan Anambas. Alat dan bahan penelitian yang digunakan dalam adalah keranjang berlubang, styrofoam box, kaliper, gergaji, scuba, pompong, papan manta dan pensil, multi tester, refraktometer, secchi disk, float tracking, stopwatch, GPS, water sampel, kamera underwater, laptop, karang Acropora formosa, paralon 1 inci, T paralon, dan kabel ties. Pada penelitian ini, terdiri dari beberapa tahapan yang harus dikerjakan, yaitu: Tahap persiapan terdiri dari menentukan jenis karang, asal usul karang, ukuran fragmen, penentuan lokasi, pembuatan media tempel, dan pembuatan rak transplantasi. Tahap pelaksanaan terdiri dari pemilihan dan pemotongan karang, peletakan fragmen pada susbstrat, penempatan fragmen dalam rak transplantasi, dan penanaman. Tahap perawatan dan pengamatan fragmen karang dilakukan secara teratur yaitu setiap satu kali dalam seminggu agar fragmen karang yang ditransplantasi tidak mengalami kematian. Proses perawatan terdiri dari kegiatan pengecekan kondisi kesehatan karang, pembersihan rak transplantasi, dan pengecekan kondisi rak transplantasi. Pengamatan dilakukan sejalan dengan perawatan, pengamatan pertumbuhan karang dilakukan dengan cara mengukur tinggi fragmen karang Acropora formosa serta pengukuran kualitas perairan. Parameter perairan yang diukur meliputi: kecepatan arus, kecerahan, suhu, salinitas serta kadar oksigen terlarut. Pengamatan pertumbuhan pada fragmen karang dilakukan dengan mengukur pertumbuhan pertambahan tinggi fragmen karang. Pengukuran tinggi fragmen menggunakan jangka sorong, pengukuran dilakukan setiap satu kali seminggu selama tiga bulan penelitian. Proses pengukuran dilakukan langsung di dalam air dengan menggunakan bantuan peralatan SCUBA. Karang yang mati atau mengalami pemutihan akan dihitung dan dicatat untuk mengukur kelangsungan hidup karang. Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan 7 perlakuan kedalaman yang berbeda yaitu kedalaman 3 meter, 6 meter, 9 meter, 12 meter, 15 meter, 18 meter, dan 21 meter. Setiap perlakuan terdapat 10 kali ulangan Untuk menghitung pencapaian pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang yang ditransplantasi menggunakan rumus Ricker (1975) sebagai berikut: Keterangan : P Lt = ( )/( ) = Pertambahan panjang/tinggi karang = Rata-rata panjang/tinggi fragmen karang setelah minggu ke-t 4

Lo t = Rata-rata panjang/tinggi fragmen karang pada minggu ke-0 = Waktu pengamatan (minggu) Keterangan : =/ % SR = Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate) Nt = Jumlah individu pada akhir penelitian No = Jumlah individu pada awal penelitian Analisi data laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa menggunakan uji One- Way ANOVA dan uji Post Hock Duncan dengan tingkat ketelitian 95 %. Untuk sebaran data yang tidak normal dilakukan analisis nonparametrik dengan uji Kruskal Wallis pada tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa. Untuk menghitung analisis kualitas perairan diambil dari setiap kedalaman rak transplantasi diletakkan, kemudian hasil analisis dibandingkan dengan Parameter Pembatas Pertumbuhan Karang Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Lampiran III Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Nomor 51 Tahun 2004 untuk Coral. Gambar 1. Laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa Berdasarkan gambar laju pertumbuhan tinggi karang Acropora formosa selama pengamatan pada masingmasing perlakuan terlihat bahwa pertumbuhan karang yang baik terjadi pada perairan yang lebih dangkal. Setelah pengamatan, diperoleh rata-rata pertumbuhan perminggu setiap perlakuan adalah: I (1,26 mm), II (1,33 mm), III (1,11 mm), IV (0,87 mm), V (0,73 mm), VI (48 mm), dan VII (0,27 mm). Hasil analisis data laju pertumbuhan karang Acropora formosa menggunakan uji one-way ANOVA dengan tingkat ketelitian 95% dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Uji one-way ANOVA pada laju pertumbuhan karang Acropora formosa HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Karang Aropora formosa Laju pertumbuhan merupakan selisih perubahan tinggi karang pada awal hingga akhir pengamatan. Hasil pengukuran laju pertumbuhan karang Acropora formosa selama penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini: Berdasarkan pengujian statistik dengan uji one-way ANOVA pada laju pertumbuhan karang Acropora formosa bahwa nilai signifikan menjukan kurang dari 5

α (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang nyata dari laju pertumbuhan karang Acropora formosa dan dapat dikatakan bahawa kedalaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan karang perminggu selama penelitian. Oleh karena itu, dilakukan pengujian statistik lanjutan menggunakan analisis Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95% untuk melihat nilai perbedaan antara laju pertumbuhan karang pada setiap perlakuan. Tabel 2. Uji Post Hoc Duncan pada laju pertumbuhan karang Acropora formosa Dari hasil analisis Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95% ini menunjukan bahwa nilai perbedaan terbesar terdapat pada grup A dan merupakan kelompok pertumbuhan tercepat selama penelitian. Sedangkan kelompok pertumbuhan karang paling lambat terjadi pada grop C. Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Aropora formosa Tingkat kelangsungan hidup karang adalah kemampuan karang untuk bertahan hidup tanpa mengalami kematian selama penelitian yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup selama penelitian terhadap jumlah unit karang yang bertahan hidup selama penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini: Berdasarkan pengujian statistik lanjutan menggunakan analisis Post Hoc Duncan dengan tingkat ketelitian 95%, laju pertumbuhan karang karang Acropora formosa, didapatkan bahwa nilai laju pertumbuhan antar perlakuan diperoleh signifikan sebesar 0,324 pada grup A untuk perlakuan II (6 m), III (9 m), I (3 m), V (15 m), dan IV (12 m), signifikan sebesar 0,154 pada grup AB untuk perlakuan V (15 m), IV (12 m) dan VI (18 m), signifikan sebesar 0,062 pada grup BC untuk perlakuan VI 918 m), dan VII (21 m), dan signifikan sebesar 0,194 pada grup C untuk perlakaun VII (21 m). Gambar 2. Kelangsungan hidup karang Acropora formosa Berdasarkan gambar pada tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa, terlihat bahwa karang jenis ini memiliki ketahan hidup lebih tinggi pada perairan yang lebih dangkal, tingkat kelangsungan hidup setipa perlakuan adalah: perlakuan I (100 %), II (100 %), III (100 %), IV (90 %), V (90 %), VI (70 %), dan VII (50 %). 6

Selanjutnya data tingkat kelangsungan hidup karang Acroora formosa dianalisis secara nonparametrik dengan Uji Kruskal Wallis. Hasil Uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3. Hasil uji Kruskal Wallis kelangsungan hidup karang Acropora formosa Sumber : Olahan Data SPSS (2016) Tingkat kelangsungan hidup karang yang berada pada perairan lebih dangkal memiliki ketahan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan karang yang berada di perairan yang lebih dalam. Tingkat kelangsungan hidup karang bergantung pada kedalaman perairan, hal ini berkaitan dengan penetrasi cahaya kedalam suatu perairan. Semakin dalam suatu perairan maka semakin berkurang cahaya yang masuk. Cahaya yang masuk kedalam perairan ini dimanfaatkan oleh zooxanthellae untuk melakukan proses fotosintesis, tanpa cahaya yang cukup akan menghambat proses fotosintesis, hal ini dapat menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan hidup karang jika berlangsung dalam waktu yang lama. Pernyatataan ini didukung oleh pendapat yang disampaikan oleh Supriharyono (2007), yang menyatakan bahwa kedalaman juga membatasi kehidupan binatang karang. Perairan yang jernih memungkinkan penetrasi cahaya bisa sampai pada lapisan yang sangat dalam, sehingga binatang karang juga dapat hidup pada perairan yang cukup dalam. Namun secara umum karang Acropora sp. tumbuh baik pada kedalaman kurang dari 20 meter. Kedalaman Optimal Pertumbuhan Karang Acropora formosa Penentuan kedalaman optimal dilakukan dengan melihat dari hasil analis selisih masing-masing perlakuan kedalaman yang memiliki pertumbuhan yang tertinggi atau tercepat ataupun tidak berbeda nyata dari perlakuan dengan parameter pertumbuhan yang tercepat atau tertinggi. Pertimbangan sebelum menentukan kedalaman optimal pada pertumbuhan karang Acropora formosa, maka dilihat perbantingan pertumbuhan karang yang didapat dari hasil penelitian pada kedalaman yang mengalami pertumbuhan tercepat atau tertinggi. Rata-rata laju pertumbuhan karang Acropora formosa dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 3. Rata-rata pertumbuhan karang Acropora formosa Berdasarkan perbandingan hasil data pertumbuhan yang didapat, menunjukan bahwa perairan yang lebih dangkal memiliki pertumbuhan yang cepat atau tidak berbeda nyata dengan kedalaman perairan yang 7

memiliki pertumbuhan tercepat. Hal ini disebabkan oleh sifat karang yang memerlukan cukup cahaya untuk melakukan proses fotosintesis bagi zooxathellae. Zooxanthellae merupakan simbosis karang yang tidak bisa terpisahkan dan sangat mempengaruhi pertumbuhan karang. Menurut Suharsono, 1984 dalam Johan (2001), menyatakan bahwa karang mempunyai sifat yang sangat unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan, arah pertumbuhannya selalu bersifat fototrofik positif yaitu selalu mengarah keatas menuju matahari. Pendapat ini juga diperkuat oleh Veron (1986), dan Nybakaken (1992) dalam Zulfikar dan Soedharma (2008) Bahwa cahaya adalah salah satu faktor penting untuk pertumbuhan karang karena 90% makanannya dihasilkan oleh zooxanthellae yang membutuhkan cahaya untuk kelangsungan hidupnya dalam melakukan proses fotosintesis. Oleh karena itu penentuan kedalaman optimal dapat dilahat dari laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup karang. Kemampuan adaftasi karang yang cepat pada kedalaman perairan tertentu, didukung oleh faktor lingkungan yang subur serta serta kondisi karang yang sehat yang ditandai dengan warna yang cerah. Selain itu, karang yang ditransplantasi juga berasal dari lokasi perairan yang sama. Hal tersebut juga mendukung pertumbuhan karang secara optimal. Berikut merupakan penentuan kedalaman optimal yang dianalisis dari data laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa. Tabel 4. Penentuan kedalaman optimal laju pertumbuhan karang Acropora formosa Sumber : Olahan Data SPSS (2016) Tabel 5. Penentuan kedalaman optimal tingkat kelangsungan hidup karang Acropora formosa Sumber : Olahan Data SPSS (2016) Berdasarkan hasil analisis Post Hock Duncan, laju pertumbuhan karang berdasarkan parameter yang ditentukan menunjukan bahwa perairan dengan kedalaman 6 meter mengalami laju pertumbuhan tertinggi yaitu dengan capaian rata-rata pertumbuhan 1,33 mm/minggu. Dan hasil analisis uji Kruskal Wallis pada tingkat kelangsungan hidup menunjukan bahwa perairan dengan kedalaman 3, 6, dan 9 meter memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, yaitu sebesar 100 %. Berdasarkan olahan data statistik pada uji PostHock duncan dan uji Kruskal Wallis pada tabel yang diberi warna kuning, kedalaman optimal karang yang 8

ditransplantasi dicapai oleh kedalam pada perlakuan II dengan kedalaman 3 meter. Hal ini terlihat bahwa pada kedalaman tersebut karang jenis Acropora formosa memiliki laju pertumbuhan dan tinggkat kelangsungan hidup yang cepat/tinggi atau tidak berbeda nyata dengan yang tercepat/tertinggi. Kedalaman optimal karang Acropora formosa tersebut dianggap sebagai kedalaman yag efisien dan efektif dalam transplantasi karang. Hal ini dilihat dari kedalaman yang rendah memiliki pertumbuhan yang cepat dan ketahanan hidup yang tinggi. Menurut Haris (2001), Alasan utama pembatasan kedalaman adalah berhubungan dengan faktor cahaya. Proses fotosintesis pada terumbu karang membutuhkan cahaya yang cukup. Penurunan ketersediaan cahaya pada perairan yang lebih dalam akan mengakibatkan penurunan keberhasilan kolonisasi karang, hal ini diakibatkan oleh penurunan jumlah zooxanthellae persatuan luas permukaan koloni pada beberapa jenis karang. Kemampuan adaptasi karang yang ditransplantasi merupakan faktor utama suatu karang dapat terus hidup atau akan mati dan kecepatan tumbuh karang pun berbeda-beda tergantung kemampuan karang untuk beradaftasi dengan kondisi lingkungannya. Kemampuan karang untuk mempertahankan diri sangat bervariasi, karang yang hidup di perairan dangkal dapat menyesuaikan diri dengan baik pada kondisi perairan yang dangkal dan akan mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan karang yang hidup di perairan laut dalam. Kondisi Umum Parameter Kualitas Perairan Secara umum, kondisi kualitas perairan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kehidupan karang dan ekosistemnya. Pengukuran kualitas perairan bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan di lokasi penelitian dan mendukung analisis kondisi karang hasil penelitian. Hasil pengukuran kondisi umum kualitas perairan selama penelitan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 6. Kondisi umum parameter perairan di lokasi penelitian Keterangan : * Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut No. 51 Tahun 2004 Lampiran III untuk Coral Kecerahan yang tinggi didukung oleh kondisi angin yang baik dan gelombang laut yang kecil. Kecerahan berkaitan erat dengan cahaya yang berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang dilakukan oleh zooxanthellae yang membutuhkan sinar matahari. Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan terhambat dan kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu juga akan berkurang. 9

Suhu mempengaruhi pertumbuhan karang dimana naiknya suhu satu sampai dua drajad dapat mempengaruhi konsentrasi zooxanthellae di dalam karang. Bila kenaikan suhu terlalu tinggi, jaringan karang akan mengkerut dan zooxanthellae akan keluar dari karang. Dengan demikian akan menghambat proses fotosintesis dan akan menyebabkan kematian pada karang. Menurut Haris (2001), efek dari perubahan suhu pada karang dapat menyebabkan respon makan, mengurangi reproduksi, banyak mengeluarkan lendir dan menghambat proses fotosintesis. Arus merupakan perpindahan masa air dengan satuan meter per detik. Sirkulasi air sangat penting dalam suatu perairan bagi organisme yang berada di dalamnya. Peranan utama pergerakan air bagi karang adalah berhubungan dengan penyedian oksigen dan makanan. Penyuplai utama nutrien karang berasal dari simbiosis zooxanthellae, namun arus diperlukan karang dalam memperoleh makan dalam bentuk zooplankton dan oksigen serta membersihkan permukaan karang dari endapan sedimen. Karang sendiri memiliki kemampuan dalam membersihkan permukaanya dari endapan sedimen, tapi dalam jumlah yang terbatas. Oksigen terlarut memiliki peranan penting bagi sistem kimia air laut maupun proses biologi perairan laut. Hal ini karena oksigen diperlukan dalam proses mineralisasi/dekomposisi bakteri dalam menguraikan bahan organik. Penurunan oksigen terlarut akan mempengaruhi kehidupan karang melalui proses respirasi, dan reaksi oksidasi reduksi terhadap senyawa-senyawa dalam air. Nilai ph suatu perairan dipengaruhi oleh garam-garam karbonat dan bikarbonat dalam perairan. Drajad keasaman berperan dalam menjaga keseimbangan senyawasenyawa kimia. Drajad keasaman sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan kimia di dalam air. Selain itu makhluk akuatik hidup pada rentang ph tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai ph maka akan dapat diketahui apakah suatu perairan susuai atu tidaknya sebgai penunjang kehidupan. Salinitas adalah jumlah total mineral terlarut (yang dinyatakan dalam gram) yang terkandung dalam satu kilogram air. Pertumbuhan karang dengan salinitas yang ekstrim dapat mengurangi laju pertumbuhan karang. Penurunan laju pertumbuhan bergantung juga pada daya toleransi karang terhadap perubahan salinitas. Agar dapat tumbuh dengan baik, karang akan mengatur tekanan osmosis dalam sel-sel zooxanthellae agar sesuai dengan tekanan osmosis dengan lingkungan hidupnya. Salinitas berbanding lurus dengan tekanan osmosis dalam tubuh hewan karang. Dari tabel hasil pengukuran kondisi umum kualitas perairan di lokasi penelitian terlihat bahwa kondisi umum kualitas perairan di lokasi penelitian masih dalam kondisi cukup baik, karena secara umum masih berada dalam kondisi ambang batas yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan 10

Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Hanya saja untuk parameter salinitas perairan masih berada dibawah ambang batas yang ditetapkan, hal ini dikarenakan lokasi penelitian yang berada cukup dekat dengan daratan sehingga masih mendapat pengaruh yang cukup besar dari perairan tawar yang ada di daratan. Namun menurut Guntur (2011), karang dapat hidup dalam batas toleransi salnitas 25-40 0 / 00.. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terhadap Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Acropora formosa Hasil Transplantasi Pada Kedalaman Berbeda dapat disimpulkan bahwa kedalaman memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuan dan tingkat kelangsungan hidup karang. Laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang Acropora formosa yang baik terjadi pada kedalaman perairan 3 9 meter, karena pada kedalaman tersebut karang jenis Acropora formosa dapat tumbuh dengan cepat dan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Saran 1. Sebaiknya penerapan untuk transplansi karang Acropora formosa dilakukan pada kedalaman 3-9 meter, agar mendapat efesiensi dan efktifitas dalam melakukan transplantasi karang. 2. Dari hasil penelitian ditemukan kondisi lingkungan untuk parameter salinitas barada dibawah ambang batas Baku Mutu, maka sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan pengaruh salinitas yang berbeda terhadap laju pertumbuhan karang untuk menambah ilmu pengetahuan tentang transplantasi karang. Daftar Pustaka Guntur. 2011. Ekologi Karang Pada Terumbu Buatan. Ghalia Indonesia: Bogor Haris, A., 2001. Laju pertumbhan dan tingkat kelangsungan hidup fragmentasi buatan karang lunak (Octocorallia: Alcyonacea) Sarcophyton trocheliophorum Von Marenzeller dan Lobophytum strictum Tixier- Durivault di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Thesis (tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Johan, O. 2001. Tingkat Keberhasilan Transplantasi Karang Batu pada Lokasi Berbeda di Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut: Lampiran III Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut : Jakarta 11

Ricker WE. 1975. Computation and Interpretation of Biological Statistics of Fish Populations. Department of Environment. Fisheries and Marine Service. Ottawa, Canada. Supriharyono. 2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. Jakarta. Zulfikar dan Soedharma, D. 2008. Teknologi Fragmentasi Buatan Karang (Caulastrea furcata dan Cynaria lacrimalis) dalam Upaya Percepatan Pertumbuhan pada Kondisi Terkontrol. Jurnal Natur Indonesia. Volume 10, Nomor 2, Halaman 76-82. 12