I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran dirancang dan dilakukan semata-mata untuk. mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Sisdiknas Pasal

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai aspek yang sangat penting dalam membentuk kepribadian

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi manusia, karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

I. PENDAHULUAN. sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar yang aktif dan kondusif.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek pokok bagi kehidupan suatu bangsa. Kondisi bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan. seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran dirancang dan dilakukan semata-mata untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Sisdiknas Pasal 20 ayat 3 tahun 2003 (Depdiknas, 2003: 4) menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter bangsa, termasuk dalam mata pelajaran biologi. Tujuan pendidikan nasional tersebut seharusnya dipahami oleh instansiinstansi pendidikan dan semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Guru

2 merupakan salah satu pihak yang memegang peranan penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut. Untuk itu guru dituntut untuk senatiasa melaksana-kan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan yaitu siswa atau peserta didik (Rohani, 1997:1). Depdiknas (2010: 1-2) menyatakan pembelajaran IPA di SMP/MTs lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Dan salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan ialah keterampilan dalam berpikir. Keterampilan berpikir ini meliputi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir komplek. Keterampilan berpikir dasar adalah gambaran berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari sederhana menuju kompleks. Adapun keterampilan berpikir kompleks ada empat kelompok meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir tingkat tinggi menurut Klurik dan Rudnik (dalam Rehena, 2010:14) dibedakan menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis yang melibatkan beberapa kemampuan khusus seperti menganalisis dan mengevaluasi bukti, mengidentifikasi pertanyaan yang relevan dan menyimpulkan. Berpikir kreatif merupakan kecakapan mengolah pikiran untuk menghasilkan ide-ide baru yang dapat meningkatkan hasil belajar.

3 Hasil belajar siswa juga dipengeruhi oleh aktivitas belajar siswa. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang mempunyai peranan sangat besar dan erat hubungannya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu upaya sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut adalah melalui perbaikan proses pembelajaran yang diarahkan pada aktivitas belajar siswa (Sukamto, 2010: 2) Dalam kegiatan pembelajaran, nampaknya belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan proses berpikir kritis. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi di MTs Negeri 3 Lampung Selatan diketahui bahwa selama proses pembelajaran guru belum banyak menggunakan model atau metode pembelajaran serta media belajar yang bervariasi. Kegiatan belajar yang berlangsung masih terbatas pada penguasaan konsep yang ada di buku panduan pelajaran. Diduga kondisi pembelajaran tersebut kurang merangsang rasa ingin tahu siswa dan ketertarikan siswa pada materi, dan kemampuan berpikir kritis siswa belum dimunculkan. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang masih rendah, yaitu dengan nilai rata-rata siswa < 60, sedangkan KKM yang ditentukan oleh sekolah adalah 65. Strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran example non example yang disajikan dengan memanfaatkan media pembelajaran berupa gambar diduga memiliki potensi untuk membantu meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran serta mengembangkan

4 kemampuan siswa dalam berbagai aspek termasuk kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut (Hamalik dalam Sadiman, 2011: 15) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Hasil penelitian Alfianti, Jekti, dan Sulifah (2013: 4) yang dilakukan di MAN 2 Jember, membuktikan bahwa kelas eksperimen yang diperlakukan dengan menggunakan strategi belajar memiliki peningkatan nilai rata-rata berpikir kritis yaitu pada tes awal 32,62 menjadi 68,82 pada tes akhir. Hasil penelitian lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yuli, Margareta, dan Bambang (2013: 157) menunjukkan bahwa kelas aktivitas belajar siswa kelas eksperimen yang diperlakukan dengan model example non example jauh lebih tinggi yaitu 91,66 dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 60,93. Sesuai dengan pernyataan tesebut maka penggunaan media gambar dalam model pembelajaran example non example ini, diduga dapat membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar siswa sehingga aktivitas belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan media yang lain. Untuk itu, penggunaan model pembelajaran example non example perlu dilakukan pada siswa kelas VII MTs Negeri 3 Lampung Selatan dengan judul

5 penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Exampel Non Example Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh penerapan model pembelajaran example non example terhadap kemampuan berpikir kritis siswa? 2. Bagaimanakah pengaruh penerapan model pembelajaran example non example terhadap aktivitas belajar siswa? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran example non example? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh penerapan model pembelajaran example non example terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Pengaruh penerapan model pembelajaran example non example terhadap aktivitas belajar siswa. 3. Tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran example non example. D. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

6 1. Bagi guru, memberikan informasi megenai model pembelajaran example non example sehingga dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran biologi. 2. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga siswa diharapkan mampu melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. 3. Bagi peneliti, memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal sebagai calon guru dalam menerapkan model pembelajaran sebagai pengembangan ilmu yang telah diperoleh. 4. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran biologi. E. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari kesalah pahaman pada permasalahan yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran example non example yang dimaksud adalah model pembelajaran dengan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran (Roestiyah, 2008: 73). 2. Kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari hasil pretes dan postes. Kemampuan berpikir kritis ini terdiri dari beberapa aspek yang akan diteliti dalam proses kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini aspek yang diteliti meliputi: (1) memberikan argumen, (2) melakukan induksi, dan (3) melakukan deduksi (Ennis dalam Marpaung, 2005: 30).

7 3. Aktivitas siswa yang diukur dalam penelitian ini yaitu (1) kemampuan bertanya, (2) menjawab pertanyaan, dan (3) mengemukakan pendapat (Diedrich dalam Rohani, 2004: 9). 4. Materi pokok dalam penelitian ini ialah materi yang terdapat pada KD 3.9 yaitu pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi makhluk hidup. 5. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.A (kelas eksperimen) dan VII.C (kelas kontrol) pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di MTs Negeri 3 Lampung Selatan. F. Kerangka Pikir Penelitian Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa salah satunya disebabkan karena proses pembelajaran monoton yang memungkinkan siswa hanya menerima informasi saja dari guru, kemudian diberikan latihan sebagai penguatan materi, siswa tidak belajar melalui permasalahan-permasalahan baru yang dapat memberikan pengalaman baru, mengolah informasi baru dan membangun suatu konsep sendiri, akibatnya siswa menjadi bosan dan pasif ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Kemampuan berpikir kritis bukanlah kemampuan yang dibawa sejak lahir melainkan kemampuan seseorang yang diperoleh dari proses belajar dan latihan serta harus ditumbuhkembangkan. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, serta membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Namun pengembangan kemampuan berpikir harus

8 seimbang dengan sikap seseorang sebagai hasil dari proses belajarnya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus dikemas sedemikian rupa sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi secara maksimal. Tidak hanya kemampuan berpikir kritis yang rendah karena proses pembelajaran yang monoton, tetapi juga aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Peran guru sangat penting untuk mendorong siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif akan membuat materi yang dipelajari akan lebih lama di ingat oleh siswa, karena siswa bekerja sendiri sehingga terjadi proses berfikir terhadap materi yang diterima. Mengingat bahwa kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa yang masih rendah, maka dibutuhkan suatu model atau metode pembelajaran untuk mengatasinya, dan salah satu alternatif yang bisa digunakan ialah model pembelajaran example non example yang lebih menekankan pada proses berpikir siswa dalam belajar, sehingga siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar, siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, dan siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Model example non example adalah model yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan jalan memecahkan

9 permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and non-example adalah model yang digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Model ini bertujuan untuk untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang akan dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Dalam pembelajaran dengan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran melalui model example non example, siswa diberi kesempatan untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai pembimbing yang memberikan arahan serta pengawasan dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Guru secara langsung mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan seperti aktif dalam mengungkapkan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat mengenai masalah yang akan dipelajari, aktif dalam menggunakan media dengan cara menganalisis gambar, dan

10 melibatkan siswa dalam menyimpulkan pesan pembelajaran serta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Keterlibatan siswa secara aktif ini akan membuat materi yang dipelajari akan menjadi bermakna dan lebih lama diingat oleh siswa, karena siswa bekerja sendiri sehingga terjadi proses berfikir terhadap materi yang diterima. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah penggunaan model example non example, dan variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut ditunjukkan pada diagram berikut ini: Y1 X Y2 Keterangan: X = model pembelajaran example non example Y1 = kemampuan berpikir kritis Y2 = aktivitas belajar siswa Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Penerapan model pembelajaran example non example berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan