BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap

BAB I PENDAHULUAN. masalah kemiskinan selalu menjadi penghambat kemajuan tiap- tiap Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

2016 ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT RUJUKAN BPJS KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia. Dengan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA SOSIALISASI PP NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO 1948), menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN total penduduk di DKI Jakarta mencapai jiwa 1. Dengan jumlah

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. mengingat kondisi keuangannya yang tidak mencukupi untuk berobat ke dokter.

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

QUO VADIS JAMKESDA KULON PROGO? Drg. Hunik Rimawati, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan kesehatan. Asuransi kesehatan memberi jaminan berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri masalah kemiskinan selalu menjadi penghambat kemajuan tiap - tiap

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

JURNAL KEBIDANAN Vol 3, No 2, April 2017 :94-98

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN pada alinea ke empat yang dijadikan sebagai landasan pembangunan

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009). Maka kesehatan merupakan kebutuhan dasar. manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

BAB. I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan hak-haknya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 untuk dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, berbagai program pembangunan diarahkan pada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Hak untuk mendapatkan kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Di negara-negara berkembang persoalan yang dihadapi adalah keterbelakangan diberbagai bidang dan susahnya akses terhadap sektor kehidupan termasuk diantaranya sektor kesehatan. Di Indonesia, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tercantum dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Kesehatan merupakan suatu investasi karena kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas seseorang. Ketika terdapat tingkat kemiskinan yang tinggi maka permasalah kesehatan akan semakin banyak ditemukan. Pada umumnya orang miskin rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka mengalami 1

gangguan seperti menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku kesehatan kurang, lingkungan pemukiman yang buruk. Berdasarkan konstitusi dan undang-undang yang ada, pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan jaminan kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Sejak tahun 2005 usaha atas penyelenggaraan jaminan kesehatan telah dirintis. Namun selama ini jaminan sosial di bidang kesehatan masih terfragmantasi. Hal tersebut menjadikan biaya dan mutu pelayanan kesehatan sulit untuk dikendalikan. Skema pemberian jaminan sosial dibidang kesehatan yang telah diselenggarkan selama ini diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani asuransi kesehatan bagi pegawai negeri sipil, pensiunan, veteran dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Untuk mengatasi hal itu, maka dikeluarkan Undang-undang No 24 Tahun 2011 yang menetapkan bahwa Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang pengimplementasiannya mulai tanggal 1 januari 2014. Kepesertaan JKN sendiri meliputi PBI dan Non PBI. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. Sedangkan peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan 2

di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuan dari pelaksanaannya adalah untuk melindungi seluruh penduduk Indonesia dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai model jaminan kesehatan baru diharapakan mampu mengatasi berbagai polemik dari model jaminan kesehatan sebelumnya, baik dalam biaya ataupun pelayanannya. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai sistem asuransi kesehatan bagi seluruh warga Indonesia dilaksanakan seluruh agen pelayan kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas. Kabupaten Purworejo melalui Dinas Kesehatan Kabupaten juga mencantumkan visinya untuk mewujudkan masyarakat Purworejo yang sehat, mandiri dan berkeadilan. Hal tersebut tentu sejalan dengan program asuransi kesehatan JKN yang ditujukan pada seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan pada data Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo tahun 2013 jumlah peserta jaminan kesehatan berjumlah 258.689 jiwa. Jumlah tersebut tentu akan terus mengalami perubahan mengingat masih banyaknya pendataan yang banyak menuai masalah. Peserta yang sebelumnya masuk dalam kepesertaan Jamkesmas secara otomatis akan masuk dalam kepesertaan JKN. Namun sejak digulirkannya program JKN 1 Januari 2014 yang lalu belum ada pembaruan data kepesertaan. Hal tersebut dibuktikan dalam pernyataan Ketua DPRD Purworejo M Abdullah saat ditemui di kantornya (Suara Merdeka, 8 Januari 2014): 3

Abdullah mengaku belum mendapatkan informasi yang jelas soal kepesertaan BPJS bagi warga miskin non kuota Jamkesmas. Dikatakan, masalah itu bisa menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, terutama jika sampai ada warga yang ditolak berobat karena tidak adanya kejelasan status. Dia meminta agar Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purworejo segera memberikan kejelasan nasib warga miskin non Jamkesmas dalam program JKN. "Kalau memang regulasinya mengharuskan agar APBD menanggung premi yang harus dibayarkan warga miskin, saya kira kewajiban pemerintah untuk menganggarkan. Apalagi sesuai dengan UU BPJS seluruh warga negara harus terdaftar," katanya. Pembaruan pendataan perlu secara cepat dilakukan oleh BPJS agar masyarakat miskin yang belum menjadi peserta Jamkesmas dalam program JKN mendapatkan kepastian status. Masalah tersebut bisa menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat apabila terjadi warga yang ditolak karena ada ketidakjelasan status. Pihak pemberi layanan kesehatan seperti rumah sakit tidak memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang belum jelas statusnya karena belum ada kepastian pihak mana yang akan menanggung biaya perawatan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kasubag Tata Usaha Puskesmas Banyuurip Purworejo, Bawuk Sumardi yang mengkonfirmasi hal tersebut: Sampai bulan september 2014, puskesmas masih belum menerima data terbaru peserta JKN. Untuk kategori PBI pendataannya juga masih belum tepat sasaran. Mereka (peserta JKN kategori PBI) juga masih menggunakan kartu Jamkesmas untuk berobat, belum menggunakan kartu terbaru. 4

Berbagai polemik yang muncul dari pelaksanaan Program asuransi kesehatan selama ini tentunya akan mempengaruhi presepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik. Kualitas pelayanan tersebut berkaitan erat dengan kepuasan masyarakat. Pelaksanaan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan aparaturnya di berbagai sektor pelayanan terutama yang berkaitan erat dengan hak-hak kebutuhan dasar manusia, sampai saat ini masih dirasa belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Untuk mengukur tingkat kepuasan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penulis melakukan studi komparasi antara peserta JKN kategori PBI dan Non PBI di Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo. Puskesmas Banyuurip memiliki wilayah kerja di 14 desa/kelurahan yang berada di Kecamatan Banyuurip. Berikut adalah data penduduk penerima kartu Jamkesmas yang secara otomatis sudah masuk dalam pesertaan JKN: 5

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Penerima Kartu Jamkesmas UPT Puskesmas Banyuurip Tahun 2013 No. DESA JUMLAH KARTU 1 Borokulon 489 2 Candingasinan 533 3 Borowetan 512 4 Candisari 403 5 Cengkawakrejo 562 6 Condongsari 447 7 Kledung Karangdalem 364 8 Kledung Kradenan 727 9 Malangrejo 464 10 Sumbersari 488 11 Popongan 390 12 Tegalrejo 284 13 Pakisrejo 195 14 Banyuurip 299 JUMLAH 6157 Sumber: Puskesmas Banyuurip (2013) Puskesmas tidak hanya menjadi pengganti rumah sakit namun juga bertanggung jawab atas peningkatan kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan. Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo yang merupakan agen pelaksana program JKN bertugas memberikan pelayanan 6

JKN mulai dari sosialisasi JKN, pembagian kartu kepesertaan JKN dan tentunya pelayanan kesehatan dasar. Untuk itu puskesmas harus selalu dapat meningkatkan kualitas karyawan karyawati menjadi pribadi-pribadi yang profesional sehingga pasien yang datang mampu mendapat palayanan yang optimal karena apresiasi didapat dari pasien yang merasa puas terhadap pelayanan yang telah diterima. Dalam tabel berikut menggambarkan jumlah pengunjung pasien peserta jaringan pengaman sosial dalam bidang kesehatan dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Tabel 1. 2 Jumlah pengunjung Jaringan Pengaman Sosial Bulan Tahun 2011 2012 2013 Januari 676 680 785 Februari 778 653 767 Maret 837 687 887 April 729 604 647 Mei 840 539 586 Juni 612 590 566 Juli 718 480 621 Agustus 526 461 411 September 634 635 644 Oktober 550 523 577 November 728 446 619 Desember 550 357 522 Jumlah 8178 6655 7632 Sumber: Puskesmas Banyuurip, 2013 7

Dari data tersebut terdapat dinamika perubahan jumlah penggunjung jaring pengaman sosial di bidang kesehatan. Dinamika yang terjadi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja dari pegawai puskesmas dan fasilitas yang tersedia di puskesmas. Aparatur pemerintah penyelenggara pelayanan berkewajiban memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan dan tuntutan masyarakat. Masih buruknya kinerja pelayanan publik dikarenakan belum mampunya menyelenggarakan pelayanan yang transpran dan akuntabel. Oleh karena itu perlu dilakukan pembenahan terhadap penyelenggaraan pelayanan agar dapat transparan dan akuntabel disetiap instansi pemerintah karena kualitas kinerja pemerintah akan berimplikasi pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk menjamin keselarasan berjalannya hak masyarakat dan kinerja aparatur negara diperlukan standar penilaian mengenai kinerja pelayanan publik yang telah diberikan. Informasi mengenai kinerja aparatur dan faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap kinerja aparatur sangat penting untuk diketahui, sehingga pengukuran kinerja pelayanan publik dapat dijadikan sebagai sarana evaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan atau mungkin kegagalan tugas dan fungsi pelayan masyarakat yang diemban aparat publik. Oleh karena itu evaluasi kinerja merupakan analisis interpretasi keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo berkenaan dengan pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang tertuang dalam tulisan dengan judul Indeks Kepuasan Masyarakat Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Pelayanan Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo. 8

1.2 Batasan ruang lingkup penelitian Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian tentang indeks kepuasan masyarakat peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan mengkomparasikan pasien kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Non PBI yang datang berobat ke Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo. 1.3 Rumusan Masalah Dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, perlu dilakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dengan membandingkan antara layanan yang diharapkan dengan layanan yang dirasakan oleh masyarakat. Terlebih dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang masih banyak ditemukan permasalahan. Instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan harus segera melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas pelayanan kesehatan, sehingga pelayanan tersebut dapat dirasakan manfaatnya semaksimal mungkin dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat disekitar Puskemas Banyuurip khususnya. Sekaligus untuk menjamin program Jaminan Kesehatan Nasional ini mampu menjawab tantangan program Jaminan sosial bidang kesehatan yang pada masa sebelumnya, yang masih terfragmantasi serta biaya dan mutu yang sulit dikendalikan. 9

Dari latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan indeks kepuasan masyarakat peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) terhadap pelayanan Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan umum: Untuk mengetahui bagaimana indeks kepuasan masyarakat peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) Terhadap Pelayanan Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo. Tujuan khusus: 1. Mengetahui indeks kepuasan pasien JKN kategori PBI 2. Mengetahui indeks kepuasan pasien JKN kategori Non PBI 3. Mengetahui komparasi indeks kepuasan antara pasien JKN kategori PBI dan Non PBI terhadap Pelayanan Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo. 10

1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan pemahaman tentang kinerja pelayanan program Jaminan Kesehatan Nasional Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihan kinerja pelayanan publik bidang kesehatan. 2. Memberikan pemahaman faktor-faktor atau dimensi-dimensi yang menjadi kekurangan dari pelayanan publik tersebut. Hal ini diharapakan bisa dijadikan bahan masukan ke depan bagi instansi pemerintah agar dapat lebih meningkatkan kinerja pelayanannya kepada publik/masyarakat. 3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi kajian di bidang administrasi publik, khususnya pelayanan publik. Selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian berikutnya. 11