BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA INSTALASI FARMASI DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ATAS PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PERIODE MEI - JULI 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

Kata Kunci : Kepuasan pasien, Tingkat kepuasan pasien, dan lima dimensi kualitas pelayanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan pelayanan prima rumah sakit di Indonesia tertuang dalam Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

EVALUASI KINERJA INSTALASI FARMASI DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ATAS PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PERIODE MEI - JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

G U B E R N U R J A M B I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang mutlak diperlukan di

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS PEKUNCEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN RESEP DI APOTEK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEDJASIN PELAIHARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan mencegah penyakit dengan masyarakat sebagai sasaran utamanya. (1) Berdasarkan

SURVEI KEPUASAN PELANGGAN RSJPDHK TRIWULAN I - IV TAHUN 2017 INSTALASI PEMASARAN DAN PELAYANAN PELANGGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditempat praktek (Yuwono, 2003). Sedangkan kepuasan pasien sudah ada sejak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan Gizi Rumah Sakit menurut SK Menkes. No.134/Menkes/SK/IV/1978 terdiri dari 4 kegiatan yaitu : (1) kegiatan

WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

sakit, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai di

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. internasional memasuki pasar pelayanan medis di Indonesia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi yang menyediakan pelayanan spesialistik,

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan peluang bagi rumah sakit itu sendiri (Luck, 2000 dalam

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS PEUREULAK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan di era globalisasi ini, berupaya meningkatkan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jasa atau pelayanan yang mereka jual. Dahulu kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Standar adalah ukuran nilai tertentu yang telah ditetapkan terkait dengan sesuatu yang harus dicapai. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu ketentuan jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal dan merupakan spesifikasi teknis untuk tolok ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44, 2009). Jenis jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan di rumah sakit ada 21 jenis pelayanan, salah satunya adalah pelayanan farmasi. SPM pada pelayanan Farmasi meliputi waktu tunggu pelayanan obat jadi 30 menit dan waktu tunggu pelayanan obat racikan 60 menit, tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat 100%, kepuasan pelanggan 80%, penulisan resep sesuai formularium 100% (Dep Kes RI, 2008). Pada penelitian sebelumnya di RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur waktu tunggu pelayanan obat jadi beserta waktu tunggu pelayanan obat racikan dan tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat memiliki pencapaian sebesar 100% hasil tersebut sesuai standar yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Kemudian untuk hasil kesesuaian penulisan resep dengan formularium didapatkan hasil sebesar 97,4% (kelompok sebelum BPJS) dan 97,9% (kelompok sesudah BPJS) hasil tersebut belum memenuhi rentang yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Kemudian untuk Tingkat kepuasan pelanggan di Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur pada kelompok sebelum BPJS didapatkan hasil 81,8% sudah memenuhi standar SPM dan untuk kelompok BPJS didapatkan hasil 76,8% sehingga belum masuk standar SPM (Krisnadewi and Subagio, 2014). 1

2 Melihat hasil yang belum memenuhi standar pelayanan minimal pada instalasi farmasi rawat jalan RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, penelitian waktu tunggu pelayanan obat perlu dilakukan. Mengurangi waktu tunggu pelayanan obat dapat meningkatkan kepuasan pasien, karena menurut survey yang saya lakukan waktu tunggu yang lama dapat menyebabkan ketidak puasan pasien. Pasien cenderung memilih pelayanan farmasi dengan tingkat pelayanan yang tinggi. Hal tersebut yang mendorong untuk dilakukan kembali di rumah sakit yang berbeda dengan tipe yang hampir sama. Berdasarkan wawancara dengan kepala instalasi farmasi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang merupakan rumah sakit rujukan di Kabupaten Sragen mengatakan bahwa belum dilakukan evaluasi kinerja instalasi farmasi yang mengacu pada SPM Pelayanan Farmasi, sehingga perlu dilakukan evaluasi pelayanan farmasi pasien rawat jalan (wawancara pribadi, 2015). B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat diperoleh rumusan masalah yaitu bagaimana kinerja Instalasi Farmasi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen atas pelayanan pasien rawat jalan dalam hal pencapaian indikator kepuasan pelanggan, waktu tunggu pelayanan obat jadi, dan waktu tunggu pelayanan obat racikan dengan mengacu kepada SPM pelayanan farmasi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2016?. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja Instalasi Farmasi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen atas pelayanan pasien rawat jalan dalam hal : 1. Pencapaian indikator kepuasan pelanggan 2. Waktu tunggu pelayanan obat jadi 3. Waktu tunggu pelayanan obat racikan dengan mengacu kepada SPM pelayanan farmasi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2016.

3 D. Tinjauan Pustaka 1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44, 2009). RSUD dr. Soehadi Prijonegoro merupakan rumah sakit negeri yang berlokasi di kabupaten Sragen dan sekarang telah menjadi rumah sakit type B. Dalam memberikan pelayanan terbaik RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dilengkapi dengan instalasi farmasi 24 jam sehingga dapat memudahkan pasien mendapatkan obatobatan dan alat kesehatan. 2. Standar Pelayanan Minimal Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu ketentuan jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal dan merupakan spesifikasi teknis untuk tolok ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat (Dep Kes RI, 2008). Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, pelayanan kefarmasian didefinisikan sebagai suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Peraturan Pemerintah RI, 2009). Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi : 1) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. 2) Pelayanan Farmasi Klinik. Salah satunya yang akan dibahas yaitu pelayanan farmasi klinik bagian pengkajian dan pelayanan resep. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan,

4 pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Gambar 1. Proses Dispensing (Embrey, 2012) Proses dispensing menurut Embrey (2012), mengulangi prosedur dispensing yang baik penting untuk memastikan bahwa kesalahan dapat terdeteksi dan dapat mengoreksi semua tahap proses dispensing. Istilah dari proses dispensing mencakup semua aktivitas didalamnya, dari penerimaan resep sampai penyerahan obat kepada pasien seperti yang digambarkan pada Gambar 1. Pemerintah menggunakan Prosedur Operasional Standar (SOPs) sebagai standar untuk memperbaiki proses dispensing, kualitas kerja dan dapat digunakan untuk latian dan referensi. Kerangka SOPs didasarkan pada 6 tahap utama yaitu 1) Penerimaan dan pengesahan resep 2) Memahami dan menafsirkan resep 3) Menyiapkan dan menandai obat yang diminta 4) Membuat sebuah pemeriksaan terakhir 5) Merekam tindakan yang diambil 6) Menjelaskan obat kepada pasien dengan instruksi dan saran yang jelas (Embrey, 2012).

5 a. SPM Pelayanan Farmasi, indikator dan standar Indikator dan standar dalam SPM pelayanan farmasi rumah sakit terdiri dari 4 indikator (Tabel 1). Tabel 1. Indikator dan standar dalam SPM Pelayanan Farmasi Rumah Sakit No Indikator Standar 1. Waktu tunggu pelayanan 1. a. 30 menit a. Obat jadi b. 60 menit b. Racikan 2. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat 2. 100% 3. Kepuasan pelanggan 3. 80 % 4. Penulisan resep sesuai formularium 4. 100% (Dep Kes RI, 2008) SPM Pelayanan Farmasi dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 2. Uraian standar pelayanan minimal farmasi rumah sakit dalam hal waktu tunggu pelayanan obat jadi Judul Waktu tunggu pelayanan obat jadi Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi Definisi operasional Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi Frekuensi pengumpulan data 1 bulan Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat jadi pasien yang disurvey dalam satu bulan Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam bulan tersebut Sumber data Survey Standar 30 menit Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi Waktu tunggu pelayanan obat jadi merupakan tenggang waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi. Hasil waktu tunggu pelayanan obat jadi dapat dihitung dari jumlah numerator dibagi dengan jumlah dominator, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar yang tertera di SPM yaitu 30 menit (Tabel 2) (Dep Kes RI, 2008). Tabel 3. Uraian standar pelayanan minimal farmasi rumah sakit dalam hal waktu tunggu pelayanan obat racikan Judul Waktu tunggu pelayanan obat racikan Dimensi mutu Tujuan Definisi operasional Frekuensi pengumpulan data Periode analisis Numerator Denominator Sumber data Standar Penanggung jawab Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi Waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan 1 bulan 3 bulan Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan pasien yang disurvey dalam satu bulan Jumlah pasien yang disurvey dalam bulan tersebut Survey 60 menit Kepala Instalasi Farmasi

6 Waktu tunggu pelayanan obat racikan tidak jauh beda dengan pelayanan obat jadi yaitu merupakan tenggang waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan. Hasil waktu tunggu pelayanan obat racikan dapat dihitung dari jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan dalam satu bulan dibagi dengan jumlah pasien, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar yang tertera di SPM yaitu 60 menit (Tabel 3) (Dep Kes RI, 2008). Tabel 4. Uraian standar pelayanan minimal farmasi rumah sakit dalam hal tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat Judul Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamanan Tujuan Tergambarnya kejadian kesalahan dalam pemberian obat Definisi operasional Kesalahan pemberian obat meliputi : 1. salah dalam memberikan jenis obat 2. salah dalam memberikan dosis 3. salah orang 4. salah jumlah Frekuensi pengumpulan data 1 bulan Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang disurvey dikurangi jumlah pasien yang mengalami kesalahan pemberian obat Denominator Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang disurvey dikurangi jumlah pasien yang mengalami kesalahan pemberian obat Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat merupakan harapan dari pasien kepada petugas instalasi farmasi karena kesalahan pemberian obat dapat menyebabkan cedera serius atau kematian yang tidak terkait dengan proses patologis penyakit pasien (Tabel 4) (Dep Kes RI, 2008). Tabel 5. Uraian standar pelayanan minimal farmasi rumah sakit dalam hal kepuasan pelanggan Judul Kepuasan pelanggan Dimensi mutu Kenyamanan Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan farmasi Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan farmasi Frekuensi pengumpulan data 1 bulan Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam prosen) Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50) Sumber data Survey Standar 80% Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi Kepuasan pelanggan merupakan pernyataan puas dari pelanggan terhadap pelayanan farmasi yang diberikan. Penilaian kepuasan dapat dihitung berdasarkan

7 hasil penilaian tingkat harapan dan hasil penilaian kinerja, kemudian hasil dari penilaian dibandingkan dengan standar yang tertera pada SPM yaitu 80% (Tabel 5) (Dep Kes RI, 2008). Tabel 6. Uraian standar pelayanan minimal farmasi rumah sakit dalam hal penulisan resep sesuai formularium Judul Penulisan resep sesuai formularium Dimensi mutu Efisiensi Tujuan Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien Defisiensi operasional Formularium obat adalah daftar obat yang digunakan di rumah sakit Frekuensi pengumpulan data 1 bulan Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah resep yang diambil sebagai sample yang sesuai formularium dalam satu bulan Denominator Jumlah seluruh resep yang diambil sebagai sampel dalam satu bulan (n minimal 50) Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi Penulisan resep sesuai formularium merupakan penulisan resep yang didasarkan pada daftar obat yang digunakan pada rumah sakit. Harapannya yaitu tidak ada kesalahan dalam pemberian obat yang sesuai dengan daftar obat yang digunakan. Karena kesalahan dapat menyebabkan cidera atau kematian (tabel 6) (Dep Kes RI, 2008). 3. Evaluasi a. Pengertian Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit yang meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian kepada pasien/pelayanan farmasi klinik (Dep Kes RI, 2004). Evaluasi merupakan pemeriksaan sistematis terhadap segala peristiwa yang terjadi sebagai akibat dilaksanakannya suatu program (Harris, 1985). b. Jenis evaluasi Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi menjadi 3 (tiga) jenis program evaluasi, yaitu: 1) Prospektif adalah program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan, contoh: standar prosedur operasional, dan pedoman.

8 2) Konkuren adalah program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan, contoh: memantau kegiatan konseling Apoteker, peracikan Resep oleh Asisten Apoteker. 3) Retrospektif adalah program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan dilaksanakan, contoh: survei konsumen, laporan mutasi barang, audit internal (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). c. Metode Evaluasi 1) Audit (pengawasan) Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar. 2) Review (penilaian) Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan resep. 4) Survei Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara langsung. 5) Observasi Terhadap kecepatan pelayanan misalnya lama antrian, ketepatan penyerahan obat (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). d. Kinerja Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau barang kepada pelanggan (Dep Kes RI, 2008). 4. Kepuasan a. Definisi Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dan dibandingkan dengan harapannya. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2004). Kepuasan pasien memiliki dua macam dimensi yaitu

9 1) Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik dan standar pelayanan. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan yang berkualitas apabila penerapan kode etik syarat standar pelayanan dapat memuaskan pasien. Maka ukuran pelayanan kesehatan bermutu hanya pelayanan yang baik saja, antara lain: a) Hubungan dokter-pasien (doctor-patient relationship) b) Kenyamanan pelayanan (amenities) c) Kebebasan melakukan pilihan (choice) d) Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical skill) e) Efektifitas pelayanan (effectivess) f) Keamanan tindakan (safety) 2) Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat seperti ini ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu bersifat luas (Octavia et al., 2012). Data kepuasan didapatkan dari suatu alat yaitu kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan untuk mengukur tingkat kepuasan. Kuesioner disusun berdasarkan variable dari 5 dimensi kualitas pelayanan meliputi: a) Berwujud (tangible) Kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi. Dengan demikian bukti langsung atau wujud merupakan satu indikator yang paling konkrit. Wujudnya berupa segala fasilitas yang secara nyata dapat terlihat. b) Ketanggapan (responsiveness) Sikap tanggap pegawai dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan dan dapt menyelesaikan dengan cepat. Sikap tanggap ini merupakan suatu akibat akal dan pikiran yang ditunjukkan pada pelanggan.

10 c) Empati (empathy) Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan. Empati merupakan sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen. d) Jaminan (assurance) Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pegawai, beban dari bahaya resiko dan keraguan. Jaminan merupakan upaya perlindungan yang disajikan untuk masyarakat bagi warganya terhadap resiko apabila resiko itu terjadi dapat mengakibtakan gangguan dalam struktur kehidupan normal. e) Kehandalan (realibility) Merupakan kemampuan kehandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya dengan segera dan memuaskan. Pemenuhan janji pelayanan yang tepat dan memuaskan meliputi ketepatan waktu dan kecakapan dalam menanggapi keluhan pelanggan serta pemberian pelayanan secara wajar dan akurat (Parasuraman and Valarie A, 1988). 5. Pasien Rawat Jalan Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit (UU No. 44, 2009). Rawat jalan adalah upaya responden yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan atau mengatasi gangguan keluhan kesehatannya dengan mendatangi tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas medis ke rumah pasien, membeli obat atau melakukan pengobatan sendiri (Indrasanto et al., 2006). E. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data kinerja instalasi farmasi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan dibandingkan dengan ketentuan SPM yang telah dibuat oleh Kemenkes.