BANYAK CARA, SATU JAWABAN: ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

Teori dan Contoh Pengembangan Soal-soal Daya Matematis *

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

Darta Prodi Pendidikan Matematika Universitas Pasundan Bandung

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

TEORI BELAJAR VAN HIELE

ANALISIS LEVEL PERTANYAAN GEOMETRI BERDASARKAN TINGKATAN VAN HIELE PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SMP KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

DAFTAR PUSTAKA. Asikin, M. (2001). Komunikasi Matematika dalam RME. Makalah. Yogyakarta: Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Dharma.

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Majid. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 (Depdiknas, 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional:

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATA KULIAH ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

KEEFEKTIFAN MODEL MMP PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DISERTAI IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

Implementasi Pembelajaran Investigasi Berbantuan Software Cabri 3D terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Mahasiswa

PROFIL PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

NESTIYANI USWATUN KHASANAH A

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA.

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI AKTIVITAS YANG BANYAK PERMAINAN DAN PENUH KESENANGAN MAULANA

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE. Abdul Jabar dan Fahriza Noor. Kata Kunci: berpikir geometri, van hiele.

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Desain Perkuliahan Geometri dalam Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Mahasiswa Calon Guru

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OLEH SISWA SEKOLAH DASAR. Janet Trineke Manoy

Proses Berpikir Kritis Siswa pada Level Deduksi Informal van Hiele

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN EFEKTIFITAS STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENGATASI KESULITANNYA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

PEMBELAJARAN MELALUI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN SISWA SMP. Abstract

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

Mengembangkan Kreativitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INTERPRETASI DAN ANALISIS HASIL JAWABAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 LHOKSEUMAWE PADA MATERI BANGUN DATAR

PROSES BERPIKIR MAHASISWA DENGAN KEMAMPUAN SPATIAL INTELLEGENT TINGGI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI. Wasilatul Murtafi ah 43, Titin Masfingatin 44

PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN PERBEDAAN GAYA BELAJAR

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Khoerul Umam, Makalah Pengajaran Matematika 2012, diakses dari

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DENGAN METODE EKSPLORASI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI TRIGONOMETRI DIKAJI DARI SELF CONCEPT SISWA KELAS XI IPA

Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika

Model Pembelajaran Investigasi Kelompok dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

Analisis Kesulitan Siswa dalam Pemecahan Masalah Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Profil Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Gaya Berpikirnya dalam Memecahkan Masalah Fisika di Universitas Negeri Makassar

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN AKTIVITAS YANG BANYAK PERMAINAN DAN MENYENANGKAN

Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KEUANGAN BERDASARKAN MODEL POLYA SISWA SMK NEGERI 6 JEMBER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu

Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGGUNAAN SOFTWARE CABRI PADA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI DIMENSI TIGA KELAS X SMA

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS VERSI GEORGE POLYA DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK: SEJARAH, TEORI, DAN IMPLEMENTASINYA. Al Jupri Universitas Pendidikan Indonesia

PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR?

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

Strategi Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Berpikir Geometri Van Hiele

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

Transkripsi:

BANYAK CARA, SATU JAWABAN: ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI Al Jupri Universitas Pendidikan Indonesia e-mail: aljupri@upi.edu ABSTRAK Geometri adalah salah satu topik esensial dalam matematika untuk tingkat sekolah dasar. Kompetensi pemecahan masalah terhadap topik ini mutlak diperlukan baik oleh guru ataupun siswa. Dalam makalah ini, kami laporkan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kemampuan dan strategi pemecahan masalah mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan geometri ditinjau dari level berpikir Van Hiele dan Strategi Pemecahan ala Polya. Untuk itu, studi eksploratif dalam bentuk tes uraian tertulis pemecahan masalah geometri dilakukan terhadap 47 mahasiswa Progam Studi Pendidikan Dasar, Sekolah Pasca Sarjana, di kota Bandung. Terlepas dari rendahnya persentase jumlah mahasiswa yang menjawab benar (13%) terhadap soal yang diujikan, hasil analisis menemukan beragam strategi pemecahan masalah yang digunakan mahasiswa. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kekeliruan mahasiswa disebabkan oleh kekurangmampuan mahasiswa dalam menggunakan aturan-aturan matematika secara akurat, seperti kurang tepat dalam penggunaan rumus luas daerah segitiga, dalil Pythagoras, dan konsep garis tinggi. Hasil penelitian ini dapat digunakan baik untuk studi eksploratif yang lebih mendalam ataupun studi pengembangan permasalahan geometri di masa yang akan datang. Kata Kunci: Geometri, Strategi Pemecahan Masalah ala Polya, Teori Van Hiele PENDAHULUAN Kemampuan pemecahan masalah dalam matematika dapat ditumbuhkembangkan melalui topik-topik matematika, seperti aritmetika dan geometri, yang diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga jenjang yang lebih tinggi. Di tingkat sekolah dasar (SD), topik geometri mencakup sekitar 40%-50% konten kurikulum matematika (Depdiknas, 2006; Kemendikbud, 2013). Hal ini berarti bahwa geometri memiliki potensi besar dalam menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa (Grugnetti & Jaquet, 2005). Untuk dapat mengoptimalkan potensi tersebut, peran guru matematika SD amatlah krusial (Ho & Hedberg, 2005). Peran tersebut di antaranya adalah menyiapkan permasalahan geometri yang bersifat non-rutin yakni soal-soal geometri tipe pemecahan masalah, menyampaikan persoalan pemecahan masalah tersebut dalam pembelajaran, membimbing siswa dalam proses pemecahan masalah, dan mengevaluasi kemampuan pemecahan masalah para siswa (Szetela & Nicol, 1992). Sayangnya peran dalam aktivitas pemecahan masalah seperti yang dikemukakan di atas tidak mudah dijalankan oleh kebanyakan guru SD. Misalnya, untuk melatih siswa dalam persiapan mengikuti olimpiade matematika di mana soal-soalnya menuntut pemecahan masalah, para guru SD umumnya memerlukan pelatihan dan penyuluhan yang tidak singkat (Wiworo, 2004). Bahkan bilapun sudah mengikuti pelatihan, tidak ada jaminan bahwa guru akan mampu mengajarkan pemecahan soal-soal olimpiade untuk siswa-siswanya. Para guru masih memerlukan bantuan, bimbingan, dan sarana pembelajaran. Salah satunya adalah buku tentang olimpiade matematika. Hal ini terindikasi dengan marak dan larisnya buku-buku pembahasan soal-soal olimpiade matematika yang beredar di masyarakat (misalnya buku- 697

buku yang disusun oleh Sanjaya & Wijaya, 2007; Sukino, 2011; Tampomas & Saputra, 2004; Tampomas, 2006). Lemahnya kemampuan pemecahan masalah guru SD dalam geometri, misalnya, tampak pada observasi yang kami lakukan dalam berbagai kesempatan pelatihan guru serta pengamatan terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar yang sudah berpengalaman menjadi guru. Catatan pengamatan ini didukung catatan lemahnya kemampuan pemecahan masalah seperti yang telah dikemukakan memicu kami untuk mengajukan beberapa pertanyaan: Seperti apakah kemampuan pemecahan masalah mahasiswa Program Pendidikan Dasar dalam topik geometri? Strategi apa saja yang digunakan mahasiswa dalam melakukan pemecahan masalah geometri? Konsep-konsep geometri mana yang diperlukan dalam pemecahan masalah? Inilah beberapa pertanyaan yang dibahas dalam makalah ini. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka teoretis yang digunakan dalam menganalisis kemampuan dan strategi pemecahan masalah mahasiswa Pendidikan Dasar berturut-turut adalah: (1) level berpikir geometri menurut Van Hiele, dan (2) strategi pemecahan masalah menurut Polya. LEVEL BERPIKIR GEOMETRI MENURUT VAN HIELE Van Hiele (dalam Burger & Shaughnessy, 1986; Guiterrez, Jaime, & Fortuny, 1991) mengklasifikasi kemampuan berpikir geometri ke dalam lima tingkatan. Kelima tingkatan itu berjenjang dari yang paling sederhana, hingga yang paling kompleks. Pada Level 0, pemahaman terhadap konsep dasar geometri dibangun dengan cara pertimbangan visual atas konsep secara menyeluruh tanpa memperhatikan sifat-sifatnya secara terperinci. Pada Level 1, pemahaman konsep geometri dilakukan dengan cara analisis informal tentang bagianbagian dan atribut-atributnya. Di Level 2 (Abstraksi), urutan sifat-sifat dari suatu konsep geometri mulai dipahami, definisi-definisi abstrak mulai terbentuk, syarat perlu dan cukup dari sehimpunan sifat-sifat konsep geometri dapat dibedakan. Pada level 3 (Deduksi), kemampuan memberikan alasan formal dalam konteks matematik, yakni dalam proses pembuktian formal, sudah terbentuk. Dan pada Level 4 (Rigor), kemampuan untuk membandingkan berbagai sistem geometri sudah terbentuk tanpa menggunakan model-model konkret. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA Masalah adalah sesuatu yang mengganjal yang perlu diselesaikan, namun cara atau prosedur penyelesaiannya belum diketahui (Ruseffendi, 1991). Sedangkan pemecahan masalah diartikan sebagai suatu proses penerapan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya kepada situasi yang baru dan belum dikenal (Posamentier & Stepelman, 1990). Hal ini berimplikasi bahwa, pemecahan masalah dalam geometri berarti penerapan pengetahuan geometri yang sudah diperoleh untuk memecahkan soal geometri yang baru dan belum dikenal sebelumnya. Seperti apakah strategi pemecahan masalah itu? Menurut Polya (1973) terdapat empat langkah pemecahan masalah. Pertama, understanding the problem (memahami masalah atau 698

persoalan); kedua, devising a plan (merencanakan pemecahan masalah); ketiga, carrying out the plan (mengerjakan rencana yang sudah disusun); dan keempat, looking back (memeriksa kembali proses penyelesaian yang telah dilakukan). Aktivitas yang dapat dilakukan pada tiap langkah terurai pada Tabel 1. Keempat langkah ini berlaku umum dalam matematika. Oleh karena itu, langkah-langkah tersebut berlaku pula dalam pemecahan masalah geometri. Tabel 1. Empat langkah pemecahan masalah menurut Polya Langkah Aktivitas Understanding the problem Mengumpulkan data-data yang diketahui, mengetahui syarat dan kondisi soal, dan menentukan hal-hal yang ditanyakan. Devising a plan Membuat kaitan antara data-data yang diketahui, kondisi soal, dan hal-hal yang ditanyakan. Carrying out the plan Melaksanakan langkah devising a plan sambil memikirkan apakah yang dilakukan itu logis atau tidak. Looking back Mengecek kembali hal-hal yang sudah dilakukan dan menelaah kembali jawaban yang sudah diberikan: apakah masuk akal atau tidak dan sudah menjawab persoalan atau belum. METODE Agar dapat menganalisis kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam topik geometri, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan eksploratif melalui tes tertulis dan catatan lapangan (Jupri, Drijvers, & Van den Heuvel-Panhuizen, 2014). Subyek penelitian ini adalah 47 mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar, Sekolah Pasca Sarjana, di kota Bandung. Instrumen yang digunakan berupa tes uraian tertulis, terdiri atas empat soal pemecahan masalah geometri sub-topik Segitiga dan Segiempat. Soal-soal tes berasal dari soal-soal yang pernah diujikan di olimpiade matematika tingkat SD, baik digunakan secara langsung atau melalui proses adaptasi. Pengumpulan data dilakukan seperti berikut. Pertama, mahasiswa diminta untuk menjawab soal tes berbentuk uraian dalam waktu 40 menit secara individu. Kedua, coretancoretan yang digunakan mahasiswa dalam menjawab soal dikumpulkan sebagai data pendukung hasil tes tertulis. Karena itu, data yang terkumpul mencakup lembar jawaban pekerjaan mahasiswa, lembar coretan-coretan tertulis, dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, mengidentifikasi dan mengkompilasi strategi-strategi pemecahan masalah yang digunakan mahasiswa. Tahap kedua, menginterpretasi lebih lanjut terhadap strategi-strategi yang digunakan ditinjau dari tahap berpikir Van Hiele dan Strategi Pemecahan Masalah Polya. HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan meninjau aspek keanekaragaman strategi pemecahan masalah yang digunakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah, dalam makalah ini kami membahas satu soal yang dipandang mewakili soal-soal yang lain. Soal tersebut dapat disimak pada Gambar 1. 699

Diberikan dua buah persegi panjang berikut ini! cm 3 cm cm Tentukanlah luas daerah segitiga! Gambar 1. Soal geometri dengan aneka cara penyelesaian Dari 47 mahasiswa yang menjawab soal tersebut, 6 orang mampu menjawab dengan benar dan 41 orang lainnya keliru. Ini berarti hanya ada sekitar 13% mahasiswa yang mampu menjawab soal tersebut dengan benar. Ditinjau dari strategi pemecahan masalah yang digunakan mahasiswa, kami mengidentifikasi setidaknya ada empat cara berbeda. Cara pertama dan kedua berakibat pada kekeliruan jawaban, dan dua cara lainnya menghasilkan jawaban yang benar. Cara pertama dilakukan oleh 27 orang mahasiswa dengan cara berikut. Mahasiswa menghitung panjang dan panjang dengan menggunakan dalil Pythagoras, sehingga diperoleh cm; dan cm. Lalu, karena mereka menganggap bahwa segitiga adalah segitiga siku-siku, maka luas daerah cm2. Langkah ini, menganggap sebagai sebuah segitiga siku-siku, merupakan sebuah kekeliruan sebab (dalil Pythagoras tidak berlaku). Ditinjau dari level berpikir Van Hiele, kekeliruan ini dapat dipandang sebagai kelemahan dalam level deduksi, yaitu lemah dalam memberikan alasan formal dalam konteks matematis. Jika ditinjau dari perspektif pemecahan masalah ala Polya, maka mahasiswa lemah dalam pemahaman dan perencanaan penyelesaian masalah. Gambar 2 adalah contoh pekerjaan mahasiswa yang mengerjakan dengan cara ini. cm Gambar 2. Contoh pekerjaan mahasiswa yang menggunakan Cara 1 700

Cara kedua dilakukan oleh 14 orang mahasiswa dengan cara berikut. Setelah menghitung panjang dan panjang dengan dalil Pythagoras mahasiswa mengetahui bahwa bukan segitiga siku-siku mahasiswa membuat garis tinggi dari titik dengan alas. Kekeliruan yang dibuat mahasiswa adalah menganggap bahwa garis tinggi yang mereka buat berpotongan dengan di titik tengah. Dengan menerapkan dalil Pythagoras, maka akan diperoleh garis tinggi. Lalu, dengan menggunakan rumus luas daerah segitiga, maka mahasiswa tiba pada penyelesaian yang mereka anggap benar. Ditinjau dari level berpikir Van Hiele, lagi-lagi mahasiswa yang mengerjakan dengan cara ini dapat dipandang lemah dalam level deduksi. Dan bila ditinjau dari perspektif pemecahan masalah ala Polya, maka mahasiswa lemah dalam perencanaan penyelesaian masalah. Gambar 3 adalah contoh pekerjaan mahasiswa yang menggunakan cara kedua ini. Gambar 3. Contoh pekerjaan mahasiswa yang menggunakan Cara 2 Cara ketiga dilakukan oleh empat orang mahasiswa dengan cara berikut. Mahasiswa menghitung panjang, panjang, dan panjang dengan menggunakan dalil Pythagoras, sehingga diperoleh cm; cm, dan 9 cm. Lalu, mereka menggunakan formula Heron untuk menghitung luas daerah segitiga, yaitu dengan, sehingga diperoleh jawaban yang benar. Ditinjau dari level berpikir Van Hiele, hal ini berarti mahasiswa sudah berada pada level deduksi, yaitu mampu menggunakan alasan formal dalam memecahkan permasalahan dalam konteks matematis. Jika ditinjau dari perspektif pemecahan masalah ala Polya, maka mahasiswa dapat menerapkan keempat langkah ini dengan baik. Gambar 4 adalah contoh pekerjaan mahasiswa yang mengerjakan dengan cara ini. Gambar 4. Contoh pekerjaan mahasiswa yang menggunakan Cara 3 701

Gambar 5. Contoh pekerjaan mahasiswa yang menggunakan Cara 4 Cara keempat dilakukan oleh dua orang mahasiswa dengan cara berikut. Untuk menghitung luas daerah, mahasiswa membuat garis-garis bantu yang ditarik dari titik dan titik sehingga secara keseluruhan membentuk sebuah persegi panjang. Luas daerah dihitung dengan cara sebagai berikut: Luas cm2. Cara keempat ini menggunakan strategi berpikir out of the box, berpikir dengan meninjau permasalahan secara utuh dari sudut pandang yang seolah-olah di luar tempurung permasalahan. Ditinjau dari level berpikir Van Hiele, cara ini bisa dipandang sudah melebihi level deduksi. Dan ditinjau dari strategi pemecahan masalah Polya, cara ini ditempuh secara efektif, efisien dan cantik, yang bisa diduga bahwa mahasiswa telah mampu melakukan langkah kedua ala Polya dengan sangat baik. Gambar 5 adalah contoh pekerjaan mahasiswa dengan cara keempat ini. SIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah geometri mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar masih relatif rendah. Rendahnya kemampuan ini dapat dilihat dari aneka strategi pemecahan masalah yang digunakan. Strategi-strategi yang digunakan mahasiswa tak selamanya membawa kepada penyelesaian yang benar. Faktor utama yang menjadi penyebab rendahnya keberhasilan pemecahan masalah geometri ini adalah bahwa mahasiswa kurang mampu memeriksa penggunaan aturan-aturan matematika secara akurat. Misalnya, mahasiswa lemah dalam menggunakan dalil Pythagoras untuk memeriksa apakah suatu segitiga itu merupakan segitiga siku-siku atau bukan; dan lemah dalam penentuan tinggi segitiga sebagai dasar untuk menghitung luas daerah segitiga. Kelemahan-kelemahan ini bila ditinjau dari level berpikir Van Hiele menunjukkan lemahnya kemampuan level deduksi, kemampuan memberikan alasan formal dalam konteks matematika. Dan bila ditinjau dari strategi pemecahan ala Polya, mahasiswa berarti lemah dalam langkah kedua, langkah perencanaan penyelesaian masalah. 702

DAFTAR PUSTAKA Burger, W. F., & Shaughnessy, J. M. (1986). Characterizing the van Hiele levels of development in geometry. Journal for Research in Mathematics Education, 17(1), 31 48. Depdiknas (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah menengah pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Grugnetti, L., & Jaquet, F. (2005). A mathematical competition as a problem solving and a mathematical education experience. Journal of Mathematical Behavior, 24, 373 384. Gutierrez, A., Jaime, A., & Fortuny, J. M. (1991). An alternative paradigm to evaluate the acquisition of the van Hiele levels. Journal for Research in Mathematics Education, 22(3), 237 251. Ho, K. F., & Hedberg, J. G. (2005). Teachers pedagogies and their impact on students mathematical problem solving. Journal of Mathematical Behavior, 24, 238 252 Jupri, A., Drijvers, P., & Van den Heuvel-Panhuizen, M. (2014). Difficulties in initial algebra learning in Indonesia. Mathematics Education Research Journal, 26(4), 683 710. DOI: 10.1007/s13394-013-0097-0. Kemendikbud (2013). Kurikulum 2013. Kompetensi Dasar: Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Polya, G. (1973). How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press. Posamentier, A.S. dan Stepelman, J. (1990). Teaching Secondary School Mathematics: Techniques and Enrichment Units. Ohio: Merrill Publishing Company. Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Sanjaya, D., & Wijaya, S. (2007). Strategi penyelesaian soal-soal matematika yang mengasyikan untuk SD/MI dan SMP/MTS. Jakarta: Kandel. Sukino. (2011). Maestro olimpiade matematika SD. Jakarta. Erlangga. Szetela, W., & Nicol, C. (1992). Evaluating problem solving in mathematics. Educational Leadership, 42 45. Tampomas, H., & Saputra, R. H. (2006). Olimpiade matematika untuk Sekolah Dasar Jakarta: Grasindo. Tampomas, H. (2006). Langkah cerdas menuju olimpiade matematika untuk SD dan MI. Jakarta: Grasindo. Wiworo. (2004). Olimpiade Matematika dan IPA Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Makalah yang disampaikan dalam Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang lanjut di PPPG Matematika, 6-19 Agustus 2004. 703