BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I);

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB III PEMILIH YANG MEMBERIKAN SUARA DI TPS LAIN DAN DALAM KEADAAN TERTENTU

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat akan dapat dengan mudah mengetahui informasi tersebut.

LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAWASLU. Pemungutan Suara. Perlengkapan. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Pencabutan.

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGAWAL DEMOKRASI DI KALBAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAE

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya tingkat partisipasi politik masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat tersebut memiliki kepekaan terhadap setiap masalah politik yang ada serta memiliki keinginan untuk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat tersebut telah ikut mendorong terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis. Partisipasi politik merupakan bagian penting dan satu keharusan bagi setiap warga negara sebagai pemilik kedaulatan, untuk ikut serta dalam proses demokrasi. Namun pada kenyataannya partisipasi politik yang terjadi di masyarakat masih sangat rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan, sehingga proses demokrasi tersebut menjadi terhambat. Hal tersebut terlihat dari pengumuman resmi KPU pada hari Sabtu, 9 Mei 2009 dalam www.kabarindonesia.com disebutkan bahwa: Suara sah yang terhitung hanya mencapai 104.099.785 suara dari 171 juta penduduk yang harusnya menggunakan hak suara dengan benar. Dari 171 juta penduduk tersebut, sekitar 10% yakni 17.488.581 penduduk menggunakan suara keliru/salah sehingga menyebabkan suara tidak sah. Sehingga ada 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan tepat. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu sangat rendah dan banyak masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan tepat, dengan adanya perilaku tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki tingkat partisipasi politik yang rendah. Tingkat partisipasi politik yang rendah telah dianggap sebagai salah satu tanda bahwa warga negara tidak memiliki kepekaan serta perhatian terhadap masalah kenegaraan. Asraf, M. (dalam Komalasari & Syaifullah, 2009, hlm. 94)

2 menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam Pemilu ditandai dengan kehadiran masyarakat di tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan hak suaranya. Welch (dalam Komalasari & Syaifullah, 2009, hlm. 95) mengemukakan bahwa: Ketidakhadiran seseorang dalam Pemilu berkaitan dengan kepuasan atau ketidakpuasan pemilih, apabila seorang memperoleh keuntungan finansial dengan ketidakhadiran di TPS untuk memberikan hak suaranya, maka dipastikan bahwa orang tersebut tidak akan hadir di TPS, begitu juga sebaliknya. Sedangkan Lipset (dalam Komalasari & Syaifullah, 2009, hlm. 94) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakhadiran pemilih untuk tidak memberikan suaranya dalam empat kategori, yaitu: Pertama, berkaitan dengan kebijakan pemerintah. kelompok yang mempunyai kepentingan secara langsung dengan kebijakan pemerintah menunjukkan tingkat kehadiran yang lebih tinggi. Kedua, akses terhadap informasi. Seseorang yang mempunyai akses informasi yang lebih lengkap akan cenderung tinggi tingkat kehadirannya. Ketiga, berkaitan dengan tekanan untuk memilih atau tidak memilih dari kelompok tertentu. Jika tekanan kelompok tertentu untuk tidak memilih terlalu kuat dan calon pemilih terpengaruh, maka hal ini makna disikapi dengan tidak hadir di TPS. Keempat, berkaitan dengan adanya tekanan menyilang (cross pressure). Ketika seseorang ditekan untuk memilih partai yang berbeda, mereka mungkin menyelesaikan konflik ini dengan menarik diri sama sekali dari pemilihan. Selain alasan yang disebutkan di atas, ketidakhadiran masyarakat di TPS dapat disebabkan pula oleh pesatnya kemajuan teknologi yang menjadikan masyarakat lebih mudah untuk mengakses informasi. Namun, dengan kemudahan akses tersebut tidak menutup kemungkinan apabila masyarakat menjadi tidak tanggap dan cenderung apatis dalam menyikapi berbagai isi dan pemberitaan yang muncul dari berbagai media yang lebih banyak menampilkan sisi negatif dari seseorang, baik itu yang termuat dalam media cetak maupun dalam media elektronik. Maka dari itu untuk mengantisipasi terjadinya penurunan angka partisipasi warga negara, maka perlu ditingkatkan efektivitas pendidikan politik. Pendidikan

3 politik harus dilakukan agar masyarakat menjadi lebih tanggap dan paham akan setiap permasalahan politik yang ada. Sumantri (dalam Wuryan & Syaifullah, 2008, hlm. 71) yang menyatakan bahwa: Pendidikan politik berfungsi untuk memberikan isi dan arah serta pengertian kepada proses penghayatan nilai-nilai yang sedang berlangsung. Hal ini berarti bahwa pendidikan politik menekankan kepada upaya pemahaman tentang nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan landasan dan motivasi bangsa Indonesia serta dasar untuk membina dan mengembangkan diri guna ikut serta dam kehidupan pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan politik (political education) sebagai salah satu konsep dari ilmu politik yang berkenaan dengan bagaimana usaha yang dilakukan agar warga negara atau masyarakat dapat memahami dan mengerti politik. Paham demokrasi sangat menjunjung tinggi hak-hak dasar sebagai manusia, salah satu contohnya adalah bahwa setiap orang memiliki satu hak kebebasan, baik itu kebebasan dalam berekspresi, berkeyakinan maupun berprilaku. Partisipasi politik yang dilakukan oleh warga negara harus dilandasi dengan kesadaran politik dan oleh sebab itu maka pendidikan politik dilakukan dengan tujuan agar partisipasi politik masyarakat dapat lebih meningkat. Budiardjo (2009, hlm. 367) mengemukakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy), hal tersebut sesuai dengan yang tertuang dalam undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28E ayat 3 yang berbunyi setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Mengingat partisipasi politik sangat penting maka akan dilakukan sebuah penelitian tentang bagaimana partisipasi politik yang berlangsung pada satu wilayah khususnya pada masyarakat desa. Siswopangripto & Sastrosupono (1984, hlm. 20) mendefinisikan masyarakat pedesaan sebagai masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan dikategorikan sebagai masyarakat yang masih hidup melalui dan di dalam suasana, cara, pemikiran pedesaan.

4 Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Irawan, Ali, 2012) yaitu Kajian Tentang Partisipasi Politik Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Umum kepala Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Dalam penelitian tersebut dikaji bagaimana partisipasi politik yang terjadi pas masyarakat adat. Namun pada penelitian kali ini, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian tentang partisipasi politik dengan objek yang berbeda, yakni penelitian ini akan dilaksanakan pada masyarakat desa yang berbeda di wilayah cukup strategis dan merupakan salah satu desa yang berkedudukan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya sebagaimana termuat dalam pasal 1 ayat 3 huruf b peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Tasikmalaya dari Wilayah Kota Tasikmalaya ke Singaparna di Wilayah Kabupaten Tasikmalaya, desa tersebut yakni di Desa Sukaasih. Desa Sukaasih berlamatkan di Jalan K.H.Z Mustofa 46415 Kecamatan Singaparna. Desa ini memiliki karakteristik unik untuk diteliti bagaimana pola partisipasi politik masyarakat pada saat proses Pemilu Legislatif yang diselenggarakan pada tanggal 9 April 2014. Masyarakat Desa Sukaasih dapat dikatakan cukup melek terhadap akses informasi dan komunikasi, karena hampir setiap rumah memiliki fasilitas televisi, radio dan sebagainya. Alat komunikasi seperti telepon rumah atau handphone turut mendukung kelancaran akses informasi masyarakatnya. Namun seperti fakta yang peneliti temukan di lapangan bahwa minat baca masyarakat Desa Sukaasih masih tergolong sangat rendah, hal tersebut lebih disebabkan karena kesibukan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setiap harinya. Selain itu, dengan komisi ekonomi saat ini daya beli masyarakat terhadap bahan bacaan seperti buku, majalah atau koran masih sangat rendah. Berdasarkan data terakhir yang diperoleh jumlah penduduk Desa Sukaasih tercatat sebanyak 4.358 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.184 KK, jumlah KK laki-laki sebanyak 984 orang dan jumlah KK perempuan sebanyak

5 200 orang. Dari jumlah tersebut terhitung 2.346 orang diantaranya adalah penduduk laki-laki dan sisanya 2.012 orang adalah penduduk perempuan yang usianya beragam antara balita, usia sekolah sampai dengan manula.

6 Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Sukaasih Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki 2.346 Perempuan 2.012 Jumlah 4.358 Sumber: Profil Desa Sukaasih Kecamatan Singaparna Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sukaasih tergolong cukup maju terbukti dengan banyaknya masyarakat yang mengenyam pendidikan sampai menempuh gelar sarjana (S1) sebanyak 52 orang, master (S2) sebanyak 7 orang, dan mendapat gelar doktor (S3) sebanyak 1 orang. Dalam bidang politik seperti yang tergambar pada pelaksanaan Pemilu 2009 yang lalu 3.382 orang penduduk telah memiliki hak pilih. Dan diantaranya telah menggunakan hak pilih yang dimiliki kecuali bagi mereka yang sedang bekerja atau belajar di perantauan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang pola partisipasi politik masyarakat Desa Sukaasih dalam proses Pemilu Legislatif 2014, untuk itu peneliti melakukan penelitian dengan judul PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA SUKAASIH KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014. B. Identifikasi Masalah Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan menentukan batasan permasalahan sehingga lebih terfokus pada teori dan variabel serta keterkaitan antar variabel yang akan diteliti, maka batasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi politik merupakan bagian penting dalam proses demokrasi dan satu keharusan bagi setiap warga negara sebagai pemilik kedaulatan untuk ikut serta dalam proses demokrasi. 2. Partisipasi politik yang terjadi di masyarakat masih sangat rendah dan belum sesuai yang diharapkan, sehingga proses demokrasi menjadi terhambat dan masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan bijak.

7 3. Tingkat partisipasi politik yang rendah dianggap sebagai salah satu tanda bahwa warga negara tidak memiliki kepekaan serta perhatian terhadap masalah kenegaraan. 4. Kemudahan dalam mengakses informasi selain dapat menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif, salah satunya dapat menyebabkan masyarakat cenderung bersikap apatis menanggapi berbagai malah dan isu yang muncul di media massa terutama pemberitaan yang bersifat bad news baik itu yang muncul dalam media cetak maupun media elektronik. C. Rumusan Masalah Penelitian Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah secara umumnya ialah Bagaimana tingkat partisipasi politik masyarakat Desa Sukaasih Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya dalam Pemilu Legislatif 2014? yang kemudian difokuskan lagi ke dalam rumusan masalah secara khusus sebagai berikut: 1. Bagaimana cara memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik peserta Pemilu di tengah banyaknya anggota legislatif yang terjerat kasus korupsi? 2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap munculnya sosok publik figur sebagai peserta dam Pemilu Legislatif 2014? 3. Bagaimana peran media terhadap pembentukan partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014? 4. Bagaimana upaya yang efektif untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam Pemilu Legislatif 2014? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran secara aktual dan faktual mengenai partisipasi politik

8 masyarakat Desa Sekaasih Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis cara memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik peserta Pemilu di tengah banyaknya anggota legislatif yang terjerat kasus korupsi. b. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap munculnya sosok publik figur sebagai peserta dalam Pemilu Legislatif 2014. c. Untuk menganalisis peran media terhadap pembentukan partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2014. d. Untuk mengidentifikasi upaya yang efektif untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam pemilu legislatif 2014. E. Manfaat/Signifikansi Penelitian 1. Manfaat/Signifikansi Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menggali dan meningkatkan partisipasi politik masyarakat Desa Sukaasih Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasimalaya dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014, sehingga kemampuan masyarakat dalam berpartisipasi akan terlaksana dengan baik dan selaras. Selain itu, diharapkan masyarakat Desa Sukaasih memiliki tingkat kepedulian dan partisipasi yang tinggi terhadap setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah. 2. Manfaat/Signifikansi Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai partisipasi politik masyarakat yang ada di lingkungan Desa Sukaasih dalam Pemilu Legislatif tahun 2014. Bagi departemen Pendidikan Kewarganegaraan sendiri penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan dalam proses pembelajaran

9 sebagai salah satu contoh realita partisipasi politik masyarakat yang terjadi di lingkungan Desa Sukaasih. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai bagaimana proses pengambilan keputusan dan partisipasi politik yang ada di lingkungan wilayah Desa Sukaasih Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. 3. Manfaat/Signifikansi Secara Kebijakan Ilmu Kewarga negaraan (civics) mempunyai hubungan erat dengan ilmu politik. Civics sendiri memiliki peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada masyarakat mengenai bagaimana seorang warga harus memiliki kepedulian dan keikutsertaan dalam setiap proses pengambilan keputusan, karena masyarakat merupakan pemilik kedaulatan dan memiliki peran yang sangat besar dalam proses tersebut. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk selalu ikut berperan aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan yang merupakan perwujudan dari sistem demokrasi yang baik. 4. Manfaat/Signifikansi Secara Isu Gejolak perbedaan pendapat dan kata hati merupakan proses yang wajar pada saat proses pengambilan keputusan, namun hal tersebut tidak lantas menjadi penghalang pencapaian tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan pemahaman bahwa perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar karena hal tersebut merupakan salah satu bagian dari proses ketercapaiannya tujuan. F. Struktur organisasi Skripsi Adapun untuk memudahkan dalam penelitian skripsi agar bisa berjalan dengan sistematis. Maka penulis akan membuat sistematika penelitian/struktur organisasi. Struktur organisasi akan disusun sebagai berikut:

10 1. Bab I Pendahuluan: Bab ini berisikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. 2. Bab II Kajian Pustaka: Bab ini berisikan mengenai kajian tentang pengertian partisipasi politik, bentuk-bentuk partisipasi politik, tingkatan partisipasi politik, masyarakat desa, sistem pemilihan umum, fungsi badan legislatif dan partisipasi politik masyarakat dalam pemilu. 3. Bab III Metode Penelitian: Bab ini berisikan lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, tahap-tahap penelitian serta tahap pengolahan dan analisa data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: Bab ini berisikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan pembahasan hasil data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti. 5. Bab V Kesimpulan dan rekomendasi: Bab ini berisikan mengenai Kesimpulan dan rekomendasi yang memaparkan penafsiran peneliti terhadap hasil temuan penelitian.