BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 36 SERI E

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 46 SERI E

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

2 Koordinator Bidang Perekonomian, perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2013 tentang Har

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

Regulasi Kebijakan Umum

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lemb

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

2015, No Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TANGGAL 16 JANUARI 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2017 TENTANG

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. karena sampai saat ini sektor pertanian merupakan sektor yang paling

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2015 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN ENERGI DAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Konsep KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI BBM

BAB I PENDAHULUAN. jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang beragam. Dari berbagai

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

HARGA (SELALU) BARU BBM DAN DAMPAKNYA (SELALU) BAGI KONSUMEN. Zamroni Salim, Ph.D The Habibie Center - LIPI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN ENERGI DAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penghematan energi. Saat ini pemerintah Indonesia dengan segala kebijakan yang

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA YANG DICAIRKAN SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 326 / /2009 TENTANG

2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG

PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun. Meski jumlahnya banyak, jika diambil secara terus-menerus akan habis. Jika hal itu terus berlanjut akan menyebabkan menipisnya ketersediaan bahan bakar minyak dan kerugian diberbagai macam sektor, terutama transportasi di Indonesia. Nah bagaimana cara untuk menghemat bahan bakar minyak. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kebutuhan strategis bagi masyarakat di Desa maupun Kabupaten baik kebutuhan rumah tangga, sektor industri maupun transportasi. Oleh karena itu, jumlah transportasi yang beredar sangat berpengaruh pada daya beli masyarakat terhadap BBM. Semakin padat transportasi berarti semakin meningkat pula konsumsi terhadap BBM, sedangkan bahan bakar minyak itu sendiri terbatas persediaannya. Jumlah BBM yang terbatas memaksa kita untuk dapat menghematnya. Mengupayakan diri untuk hemat dalam penggunaan Bahan Bakar Minyak setidaknya dapat menstabilkan kondisi minyak bumi kita yang produksinya kini terus merosot, pencapaiannya tidak sampai satu juta barel per hari, oleh karena itu kita perlu mengendalikan penggunaan Bahan Bakar Minyak.

Pemerintah berupaya mengendalikan penggunaan Bahan Bakar Minyak melalui pembatasan BBM bersubsidi / jenis BBM tertentu. Upaya yang dilakukan pemerintah itu dimulai dengan seluruh mobil dinas telah diwajibkan tidak boleh lagi menggunakan BBM bersubsidi. Pemerintah bertekad menekan penggunaan subsidi BBM, selain mengantisipasi kelangkaan BBM juga subsidi ini menyedot anggaran yang cukup besar. Sehingga pemerintah menargetkan dalam empat-lima tahun ke depan, tidak ada lagi subsidi BBM. Anggaran itu akan digunakan untuk program yang lebih bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja, seperti proyek-proyek infrastruktur yang membutuhkan biaya sangat besar. Usaha pengendalian penggunaan BBM bertujuan untuk menjaga kestabilan harga bahan baku dan komoditas guna menunjang pembangunan nasional serta sebagai upaya terus menerus dalam menjaga besaran volume Bahan Bakar Minyak. Kebijakan pengendalian penggunaan jenis BBM tertentu itu tercantum dalam Permen ESDM RI Nomor 01 tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan BBM yang merupakan penegasan atas Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Penggunaan Jenis BBM tertentu, serta merupakan kelanjutan dari Permen ESDM No.12/2012 yang sebelumnya telah melarang kendaraan dinas menggunakan premium, serta solar bagi kendaraan perusahaan perkebunan dan pertambangan. Kemudian ketentuan-ketentuan mengenai pembatasan penggunaan jenis BBM tertentu untuk Kendaraan Dinas terdapat pada Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan BBM.

Permasalahan Bahan Bakar Minyak merupakan masalah yang seakan tidak ada ujungnya, berbagai solusi yang diberikan oleh Pemerintah mulai dari penambahan anggaran dana untuk Subsidi yang ditujukan agar permasalahan yang menyangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) dapat terpenuhi sepertinya belum bisa banyak membantu. Kita lihat saja masih banyak daerah tertinggal di Indonesia yang mengalami kekurangan pasokan Bahan Bakar Minyak sehingga harus mengantri ber jam jam di SPBU agar bisa mendapatkan Bahan Bakar Minyak. Pembagian jenis Bahan Bakar Minyak dari BBM Bersubsidi sampai BBM Non Subsidi yang kita kenal saat ini seaakan tidak mampu membantu Perekonomian masyarakat. BBM Bersubsidi ditujukan untuk masyarakat yang tergolong dalam perekonomian lemah atau boleh dikatakan masyarakat yang kurang mampu, sedangkan BBM Non Subsidi ditujukan untuk masyarakat yang tergolong dalam perekonomian menengah ke atas. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tergolong dalam perekonomian menengah ke atas yang masih meggunakan BBM Bersubsidi untuk keperluan mereka seperti halnya yang kita temui masih banyak Mobil Dinas, Mobil mewah yang menggunakan BBM Bersubsidi. Pengendalian Penggunaan BBM Bersubsidi maka diterbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran Dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. Berdasarkan Perpres Republik Indonesia No 15 tahun 2012 maka lahir Peraturan Menteri yang tertuang dalam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia Nomor 01 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak. 1 Peraturan Presiden dan Penetapan Menteri itu yang membuat mulai 1 Agustus tahun 2012 Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang di sampaikan Oleh Wakil Bupati Kabupaten Bantul agar seluruh Jajaran Instansi Pemerintah, (TNI/POLRI, BUMN/BUMD) untuk menggunakan BBM Non Subsidi yaitu Pertamax. Keharusan penggunaan BBM Non Subsidi bagi kendaraan dinas PNS di PEMDA Kabupaten Bantul ditujukan agar dapat menolong perekonomian serta dapat membantu kestabilan Pasokan BBM Bersubsidi. Ada pengecualian kendaraan Dinas yang boleh menggunakan BBM Bersubsidi antara lain Kendaraan untuk Operasional UKM, Usaha Perikanan, Usaha Pertanian, Usaha Kehutanan, Kendaraan Umum seperti ambulan. Bagi kendaraan tersebut di bolehkan menggunakan BBM Bersubsidi dengan syarat ada surat rekomendasi dari masing Masing Instansi. 2 B. Rumusan Masalah 1. Apakah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak sudah mampu dilaksanakan oleh seluruh PNS yang menggunakan kendaraan dinas di Pemda Kabupaten Bantul? 1 Perpres No 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran Dan Konsumen Pengguna Bahan Bakar tertentu, Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Mineral Republik Indonesia No 01 tahun 2013 Tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak 2 Berita bantul, Per 1 Agustus 2012 Kendaraan Dinas PNS Harus memakai Pertamax, diakses tanggal 1 April 2015 02:12,http://www.bantulkab.go.id/berita/1523.html

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung pelaksanaan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan mengkaji tingkat keberhasilan implementasi Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Saya Mineral Republik Indonesia Berkaitan dengan Pengendalian penggunaan Bahan Bakar Minyak di kalangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. 2. Untuk mengkaji factor-faktor yang menjadi penghambat Pemerintah Kabupaten Bantul dalam melaksanakan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat di petik dari hasil penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Untuk pengembangan Ilmu pengetahuan Hukum Administrasi Negara terutama Ilmu Hukum Lingkungan yang berkaitan dengan Penggunaan Pengendalian Energi dan Sumber Daya Mineral.

2. Manfaat Praktis Untuk memberikan informasi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul dan seluruh jajaran Instansi tentang kewajiban penggunaan BBM Non Subsidi untuk Kendaraan Bermotor berplat merah agar terciptanya kestabilan perekonomian dan pasokan Bahan Bakar Minyak