Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEMPAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAWAT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

Penelitian Keperawatan Jiwa

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. beraneka ragam gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang. penderita sudah mempunyai ciri kepribadian tertentu.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DI POLIKLINIK RS JIWA DAERAH PROPSU MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TESIS. Oleh : CUT YUNIWATI /IKM

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

M. SANDY FITRA SKRIPSI. Disusun Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

Fitri Sri Lestari* Kartinah **

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

TESIS. Oleh NONI NUR ISLAMIE /IKM

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

korespondensi: Abstrak Kata Kunci: Stigma, Otoriterisme, Murah Hati, Pembatasan Sosial, Ideologi Komunitas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember (Factors that Affect the Recurrence of Schizophrenia at dr. Soebandi Hospital, Jember) Farida Yan Pratiwi Kurnia, Justina Evy Tyaswati, Cholis Abrori Fakultas Kedokteran Universitas Jember Jln. Kalimantan No. 37 Jember 68121 e-mail: faridayanpratiwi@gmail.com Abstract Schizophrenia is one of the health problems in developing countries and developed countries. Risk factors that may affect the reccurrence of schizophrenia consist of internal and eksternal factors. The purpose of this study was to analyze the factors which affect the recurrence of schizophrenia. This study was a quantitative research with cross sectional approach. Sample in this study was obtained by total sampling from family of schizophrenia patients who visited Polyclinic Psychiatry dr. Soebandi Public Hospital of Jember. The factors studied were age, gender, education, occupation, economic condition, schizophrenia onset, type of schizophrenia, family's knowledge, character of family, character of paramedic, physic factor, disobedience medication, and type of medication. Data analysis was performed by chi square test and logistic regression. Chi square test found a significant factor that was age (p=.29), schizophrenia onset (p=.37), physical factor (p=,22), and disobedience medication (p=.21) while other factors did not significant. Results of logistic regression test results obtained for age was (p=.19, OR=.279), schizophrenia onset (p=.68, OR=.224), character of family (p=.35, OR=,214) and to disobedience medication (p=.13, OR=4,64). It can be concluded that the most factor that affect the recurrence of schizophrenia was disobedience medication. Keywords: recurrence, schizophrenia Abstrak Skizofrenia merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang dan negara maju. Faktor risiko yang dapat mempengaruhi kekambuhan skizofrenia terdiri dari faktor internal dan eksternal. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian didapatkan dengan metode total sampling dari keluarga pasien skizofrenia yang berkunjung ke RSD dr. Soebandi Jember. Faktor-faktor yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi, onset skizofrenia, jenis skizofrenia, pengetahuan keluarga, peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, kepatuhan minum obat, dan jenis pengobatan. Analisis data menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik. Hasil uji chi square, faktor yang bermakna adalah usia (p=,29), onset skizofrenia (p=,37), faktor fisik (p=,22), dan kepatuhan minum obat (p=,21) sedangkan faktor lain tidak bermakna. Hasil uji regresi logistik didapatkan hasil untuk usia adalah (p=,19, OR=,279), onset skizofrenia (p=,68, OR=,224), peran keluarga (p=,35, OR=,214), faktor fisik (p=,999, OR=,), dan untuk kepatuhan minum obat (p=,13, OR=4,64). Dapat disimpulkan faktor yang paling berpengaruh adalah kepatuhan minum obat. Kata Kunci: kekambuhan, skizofrenia e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no.3), September 215 4

Pendahuluan Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III), definisi skizofrenia dijelaskan sebagai gangguan jiwa yang ditandai dengan distorsi khas dan fundamental dalam pikiran dan persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tumpul atau tidak wajar [1]. Penyakit ini adalah salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Prevalensi skizofrenia di negara sedang berkembang dan negara maju relatif sama, sekitar 2% dari jumlah penduduk dewasa. Oleh karena itu siapa saja bisa terkena skizofrenia, tanpa melihat jenis kelamin, status sosial maupun tingkat pendidikan [2]. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 213 menunjukkan prevalensi Orang Dengan Skizofrenia (ODS) di Indonesia mencapai 1,27 permil [3]. Penelitian di Hongkong menemukan bahwa dari 93 pasien skizofrenia masingmasing memiliki potensi kambuh 21%, 33% dan 4% pada tahun pertama, kedua, dan ketiga [4]. Kekambuhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ketidakpatuhan minum obat, gejala yang umum terhadap pengobatan peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres, ekspresi emosi keluarga yang tinggi, dan dukungan keluarga [5]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan pada pasien skizofrenia di Poli Psikiatri RSD. Dr. Soebandi Jember. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner dan menggunakan desain cross sectional untuk meneliti faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kekambuhan pasien skizofrenia (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi, onset skizofrenia, jenis skizofrenia, pengetahuan keluarga, peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, kepatuhan minum obat, dan jenis pengobatan). Penelitian dilakukan selama satu bulan bertempat di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember. Sampel yang dipilih adalah keluarga pasien yang terdiagnosis skizofrenia oleh dokter yang datang ke Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember selama kurun waktu penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Keluarga pasien skizofrenia yang datang ke Poli Psikiatri dan bersedia menjadi sampel penelitian akan mengisi kuesioner. Variabel independen penelitian ini terdiri dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi, onset skizofrenia, jenis skizofrenia, pengetahuan keluarga, peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, kepatuhan minum obat, dan jenis pengobatan. Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah kekambuhan pasien skizofrenia. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan informed consent dan kuesioner kepada setiap keluarga pasien skizofrenia yang datang ke Poli Psikiatri RSD. Dr. Soebandi yang memenuhi kriteria penelitian. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis menggunakan SPSS 16. for Windows untuk dilakukan uji bivariat chi square dan uji multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan taraf signifikansi p<,5. Hasil Penelitian Karakteristik Responden Dari data yang telah terkumpul didapatkan karakteristik responden sebagai berikut: 1 5 6 6 J e n i s L a k i - l a k i K e l a m i n Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin berdasar jenis kelamin pasien menunjukkan sebanyak 66 pasien (6,6%) berjenis kelamin laki-laki dan 43 pasien (39,4%) berjenis kelamin perempuan. 4 3 P e r e m p u a n e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no.3), September 215 41

1 Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan usia berdasar usia pasien menunjukkan tidak terdapat pasien yang berusia -11 tahun, 34 pasien (31,2%) merupakan kelompok umur 12-25 tahun, 58 pasien (53,2%) merupakan kelompok umur 26-45 tahun, 15 pasien (13,8%) merupakan kelompok umur 46-65 tahun, dan 2 pasien (1,8%) merupakan kelompok umur >65 tahun. 4 5 3 4 U s i a Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan berdasarkan pendidikan terakhir pasien menunjukkan sebanyak 6 pasien (5,5%) tidak tamat belajar, 29 pasien (26,6%) tamat SD, 31 pasien (28,4%) tamat SMP, 34 pasien (31,2%) tamat SMA, dan 9 pasien (8,3%) sarjana. 5 8-1 1 t h 1 2-2 5 t h 2 6-4 5 t h 4 5-6 5 t h > 6 5 t h 1 5 2 9 3 1 3 4 2 6 2 T i d a k T a m a t B e l a j a r S D S M P S M A D 3 / S a r j a n a 1 5 2 6 P e n d i d i k a n P e k e r j a a n 8 3 2 (23,9%) merupakan pasien yang bekerja dan 83 pasien (76,1%) merupakan pasien yang tidak bekerja. 6 4 2 4 Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan keadaan ekonomi berdasarkan keadaan ekonomi pasien menunjukkan bahwa sebanyak 4 pasien (36,7%) merupakan pasien dengan keadaan ekonomi cukup dan 69 pasien (63,3%) merupakan pasien dengan keadaan ekonomi kurang. 6 4 2 1 8 K e a d a a n C u k u p O n s e t E k o n o m i S k i z o f r e n i a Gambar 6. Karakteristik responden berdasarkan onset skizofrenia berdasarkan onset skizofrenia pasien menunjukkan bahwa sebanyak 18 pasien (16,5%) merupakan pasien dengan onset skizofrenia <1 tahun, 42 pasien (38,5%) merupakan pasien dengan onset skizofrenia 1-5 tahun, dan 49 pasien (45%) merupakan pasien dengan onset skizofrenia >5 tahun. 4 2 6 K u r a n g < 1 t h 1-5 t h > 5 t h 4 9 B e k e r j a T i d a k B e k e r j a Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan 6 4 2 3 5 6 J e n i s S k i z o f r e n i a 1 2 9 P a r a n o i d H e b r e f e n i k K a t a t o n i k T i d a k t e r i n c i 2 D e p r e s i p a s c a s k i z o f r e n i a R e s i d u a l S i m p l e k s berdasarkan pekerjaan pasien menunjukkan bahwa secara berurutan sebanyak 26 pasien Gambar 7. Karakteristik responden berdasarkan jenis skizofrenia e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no.3), September 215 42

berdasarkan j e n i s s k i z o f r e n i a p a s i e n menunjukkan bahwa sebanyak 3 pasien (27,5%) merupakan pasien dengan tipe skizofrenia paranoid, 56 pasien (51,4%) merupakan pasien dengan tipe skizofrenia hebrefenik, 12 pasien (11%) merupakan pasien dengan tipe skizofrenia katatonik, 9 pasien (8,3%) merupakan pasien dengan tipe skizofrenia tidak terinci, 2 pasien (1,8%) merupakan pasien dengan tipe skizofrenia residual, dan tidak ada pasien dengan tipe depresi pasca skizofrenia dan skizofrenia simpleks. 1 5 Gambar 8. Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan keluarga berdasarkan pengetahuan keluarga pasien menunjukkan bahwa sebanyak 72 responden (66,1%) memiliki pengetahuan cukup dan 37 responden (33,9%) memiliki pengetahuan kurang tentang kekambuhan skizofrenia. 1 5 P e n g e t a h u a n 7 2 Gambar 9. Karakteristik responden berdasarkan peran keluarga berdasarkan p e r a n k e l u a r g a p a s i e n menunjukkan bahwa sebanyak 92 responden (51,4%) cukup berperan dan 17 responden (9,5%) kurang berperan dalam kehidupan sehari-hari pasien skizofrenia.. 3 4 T a h u T i d a k T a h u P e r a n 9 2 K e l u a r g a K e l u a r g a B e r p e r a n T i d a k B e r p e r a n 1 7 1 5 1 5 Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan peran petugas kesehatan berdasarkan peran petugas kesehatan menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden (95,4%) menyatakan cukup berperan dan 5 responden (4,6%) menyatakan kurang berperan. 1 5 1 5 1 4 Gambar 11. Karakteristik responden berdasarkan faktor fisik berdasarkan faktor fisik pasien menunjukkan bahwa sebanyak 1 pasien (9,2%) mempunyai faktor fisik dan 99 pasien (9,8%) tidak mempunyai faktor fisik. 1 5 P e r a n P e t u g a s K e s e h a t a n B e r p e r a n T i d a k B e r p e r a n 1 F a k t o r F i s i k Gambar 12. Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan minum obat berdasarkan k e p a t u h a n m i n u m o b a t menunjukkan bahwa sebanyak 67 pasien (61,5%) patuh dan 42 pasien (38,5%) tidak patuh. 5 9 9 A d a T i d a k A d a K e p a t u h a n M i n u m O b a t 6 7 P a t u h T i d a k P a t u h 4 2 e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no.3), September 215 43

1 8 7 J e n i s P e n g o b a t a n peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, dan kepatuhan minum obat 5 5 O r a l I n j e k s i O r a l & I n j e k s i 1 7 Variabel Sig. (P) Exp (B) / OR CI 95% Usia.19.279,96,812 Onset Skizofrenia.68.224,45 1,119 Gambar 13. Karakteristik responden berdasarkan jenis pengobatan berdasarkan jenis pengobatan pasien menunjukkan bahwa sebanyak 87 pasien (79,8%) menjalani terapi oral, 5 pasien (4,6%) menjalani terapi injeksi, dan 17 pasien (15,6%) menjalani terapi oral dan injeksi. Analisis Bivariat Chi-Square Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Berikut ini adalah hasil uji bivariat. Tabel 1. Hasil analisis bivariat Variabel P Value OR CI 95% Jenis Kelamin.448.724,313-1,671 Usia.29 2.942 1,86-7,971 Pendidikan.738 1.157,492-2,718 Pekerjaan.867 1.85,419-2,88 Keadaan Ekonomi.947.972,423-2,237 Onset Skizofrenia.37 4.552,985-21,38 Jenis Skizofrenia (1) 1. 1.,57-17,59 Jenis Skizofrenia (2) 1. 3.,14-64,262 Jenis Skizofrenia (3).469 3.,14-64,262 Jenis Skizofrenia (4).425 3.5,145-84,694 Pengetahuan Keluarga.212.569,233-1,387 Peran Keluarga.151 2.14,747-6,132 P e r a n P e t u g a s Kesehatan.115. - Faktor Fisik.22. - Kepatuhan Minum Obat.21.349,14-,868 Jenis Pengobatan (1).759.333,21-8,43 Jenis Pengobatan (2).467.462,6-3,81 Dari tabel di atas, diketahui bahwa variabel yang bermakna dengan nilai p<,5 adalah usia, onset skizofrenia, faktor fisik, dan kepatuhan minum obat. Analisis Multivariat Variabel yang berpotensi untuk dilakukan uji multivariat adalah variabel dengan p,25 yaitu usia, onset skizofrenia, pengetahuan keluarga, peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, dan kepatuhan minum obat. Berikut ini adalah hasil uji multivariat dengan metode regresi logistik. Tabel 2. Uji regresi logistik variabel usia, onset skizofrenia, pengetahuan keluarga, Peran Keluarga.35.214,51,91 Faktor Fisik.999.. Kepatuhan Minum Obat.13 4.64 1,346 12,271 Hasil dari uji regresi logistik, didapatkan bahwa variabel yang berpengaruh pada kekambuhan skizofrenia adalah usia, peran keluarga, dan kepatuhan minum obat. Diantara k e t i g a v a r i a b e l t e r s e b u t y a n g p a l i n g berpengaruh adalah kepatuhan minum obat yang mempunyai p=,13 (CI 95%=1,346-12,271) dan nilai OR=4,64 yang berarti pasien yang tidak patuh minum obat tingkat kekambuhannya 4,64 kali lebih berpotensi dibandingkan dengan pasien yang patuh minum obat. Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Kekambuhan pasien skizofrenia pada p e n e l i t i a n i n i d i d a p a t k a n d a r i h a s i l heteroanamnesis terhadap responden mulai kapan gejala pasien muncul kembali setelah mengalami perbaikan dalam satu bulan terakhir. 3 2 5 2 1 5 1 5 2 6 F r e k u e n s i K e k a m b u h a n P a s i e n d e n g a n P a t u h M i n u m O b a t 1 T i d a k P e r n a h 1-7 h a ri 8-14 h a r i 1 5-2 1 h a r i > 2 1 h a r i Gambar 14. Grafik frekuensi kekambuhan dengan patuh minum obat Dari data frekuensi kekambuhan pasien yang patuh minum obat tersebut, modus pada 1 4 2 1 5 e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no.3), September 215 44

data yang ditampilkan di atas adalah pernah mengalami kekambuhan. 1 4 1 2 1 8 6 4 2 9 tidak Gambar 15. Grafik frekuensi kekambuhan dengan tidak patuh minum obat Dari data frekuensi kekambuhan pasien yang tidak patuh minum obat tersebut, modus pada data yang ditampilkan di atas adalah mengalami kekambuhan selama 8-14 hari. Pembahasan F r e k u e n s i K e k a m b u h a n P a s i e n d e n g a n T i d a k P a t u h M i n u m O b a t 5 T i d a k P e r n a h 1-7 h a ri 8-1 4 h a r i 1 5-2 1 h a r i > 2 1 h a r i Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kekambuhan pasien skizofrenia. Hal ini sesuai dengan faktor risiko yang dipaparkan oleh Dewi (29) yang menyebutkan bahwa kejadian relaps pasien skizofrenia pada pria hampir sama dengan wanita masing-masing sebesar 5% [6]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki perbedaan berarti karena masing-masing laki-laki dan perempuan mempunyai faktor risiko sendiri. Faktor usia memiliki pengaruh terhadap kekambuhan pasien skizofrenia. Hal ini sesuai dengan faktor risiko yang dikemukakan oleh Dewi (29) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kekambuhan adalah faktor usia. Dari 47 pasien pasca rawat inap di RS dr. Sardjito Mei 27-Mei 28, pasien berusia 34 tahun yang mengalami relaps sebesar 73,1% [6]. Namun pada penelitian ini yang paling banyak mengalami kekambuhan yaitu usia >25 tahun, kemungkinan pada tahap dewasa-lansia manusia mulai menerima dan memikul tanggungjawab yang berat sehingga dapat menjadi faktor risiko terjadinya kekambuhan. Pendidikan tidak memiliki pengaruh Peneliti belum mendapatkan refrensi penelitian sebelumnya tentang pengaruh pendidikan pasien terhadap kekambuhan skizofrenia. Menurut Maramis (1994), pada pasien skizofrenia mempunyai kesadaran yang jernih 1 3 3 1 2 (clear consciousness) dan kemampuan intelektual yang tetap terpelihara. Sesudah beberapa kali serangan skizofrenia, maka terjadi kemunduran mental (deteriorasi mental), karena sesudah setiap serangan sering ditinggalkan cacat [7]. Pekerjaan tidak memiliki pengaruh Pasien yang mengalami kekambuhan paling banyak mempunyai riwayat tidak bekerja. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Dewi (29) yang menyatakan bahwa jumlah pasien yang mengalami relaps antara pasien yang bekerja dan tidak bekerja berjumlah sama yakni masingmasing 5% [6]. Kemungkinan penyebab pasien mempunyai riwayat tidak bekerja adalah ketika tanda-tanda kekambuhan muncul, pasien bisa s a j a b e r p e r i l a k u m e n y i m p a n g s e p e r t i mengamuk, bertindak anarkis atau yang lebih parah lagi pasien akan melukai bahkan membunuh orang lain atau dirinya sendiri. Jika hal tersebut terjadi masyarakat akan menganggap bahwa gangguan yang diderita pasien tersebut sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Hal tersebut juga dapat menghalangi pasien untuk mendapatkan perilaku yang layak dan kesulitan dalam mencari pekerjaan. Keadaan ekonomi tidak memiliki pengaruh terhadap kekambuhan pasien skizofrenia. Hal ini tidak sesuai dengan yang dijelaskan oleh Simanjuntak (28) bahwa m a s a l a h k e u a n g a n b i s a m e n g g a n g g u keteraturan pasien dalam pengobatan saat rawat jalan karena beberapa pasien mungkin tidak mampu untuk membeli obat sehingga pasien mengalami kekambuhan [8]. Onset skizofrenia memiliki pengaruh Hal ini sesuai dengan sebuah penelitian yang ditulis dalam The Hongkong Medical Diary bahwa studi n a t u r a l i s t i k t e l a h m e n e m u k a n t i n g k a t kekambuhan atau relaps pada pasien skizofrenia adalah 7%-82% hingga lima tahun setelah pasien masuk rumah sakit pertama kali [4]. Pada penelitian ini, pasien yang mengalami kekambuhan terbanyak mempunyai onset >1 tahun. Kemungkinan dikarenakan banyak faktor diantaranya, terlambatnya penanganan atau pengobatan, pemberian antipsikotik yang kurang optimal, keterlibatan keluarga yang kurang, perawatan di masyarakat dan manajemen kasus yang buruk, sehingga pasien mempunyai prognosis yang buruk, mereka tidak dapat berfungsi di dalam masyarakat dan menuju ke kemunduran mental dan menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no.3), September 215 45

Jenis skizofrenia tidak memiliki pengaruh Peneliti belum mendapatkan refrensi penelitian sebelumnya tentang pengaruh jenis skizofrenia terhadap kekambuhan skizofrenia. Namun menurut Maramis (1994), prognosis dari masing-masing jenis skizofrenia berbeda. Prognosis jenis katatonik yang paling baik dari semua jenis. Sering penderita dengan skizofrenia katatonik sembuh dan kembali ke kepribadian prepsikotik. Kemudian menyusul prognosis jenis paranoid. Banyak dari penderita ini dikembalikan ke masyarakat. Skizofrenia hebrefenik dan skizofrenia simpleks mempunyai prognosis yang sama jelek. Biasanya penderita dengan jenis skizofrenia ini menuju ke arah kemunduran mental [7]. Pengetahuan keluarga tidak memiliki pengaruh terhadap kekambuhan pasien skizofrenia. Hal ini sesuai dengan penelitian Wulansih (28) bahwa perolehan nilai signifikan dari hubungan tingkat pengetahuan dengan kekambuhan sebesar,256 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan a n t a r a t i n g k a t p e n g e t a h u a n d e n g a n kekambuhan pada pasien skizofrenia [9]. M e n u r u t S u l i s t y o w a t i ( 2 1 2 ), a p a b i l a pengetahuan keluarga kurang, maka keluarga akan mempunyai persepsi yang salah mengenai skizofrenia. Persepsi tersebut yang membentuk tindakan keluarga dalam menghentikan pengobatan saat pasien membaik, tidak melakukan kontrol dan tidak melakukan perawatan yang tepat pada pasien. Hal inilah yang memicu terjadinya kekambuhan pada pasien [11]. Sementara itu kemampuan keluarga yang baik dalam mengenal tentang pengertian, tanda gejala, dan perawatan akan membuat keluarga lebih mewaspadai gejala yang ditunjukkan oleh keluarganya yang mengalami skizofrenia. Sehingga, apabila pasien mulai menunjukkan tanda kekambuhan maka keluarga segera tanggap sehingga pasien tidak jatuh pada kondisi kekambuhan. Peran keluarga memiliki pengaruh Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Amelia (213), bahwa selain faktor usia, jenis kelamin, dan pekerjaan, penyebab subyek mengalami relaps disebabkan faktor keluarga, faktor tersebut paling dominan sehingga subyek menjadi relaps pasca dirawat di rumah sakit jiwa [4]. Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh penderita skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit jiwa. Jika dukungan sosial dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan teman-teman tidak ia dapatkan, bukan tidak mungkin relaps atau kekambuhan akan terjadi pada penderita skizofrenia [12]. Peran petugas kesehatan tidak memiliki pengaruh terhadap kekambuhan pasien skizofrenia. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Aji (211) yang menyebutkan bahwa ketersediaan pelayanan kesehatan berperan bermakna secara signifikan dalam mencegah terjadinya kekambuhan pasien skizofrenia [13]. Pada penelitian ini terdapat 5 responden yang mengatakan bahwa petugas k e s e h a t a n k u r a n g b e r p e r a n d a l a m menyampaikan informasi yang jelas tentang penyakit skizofrenia kepada keluarga pasien. Apabila keluarga pasien tidak paham dengan penyakit yang diderita pasien, maka akan menimbulkan persepsi yang salah seperti yang s u d a h d i s e b u t k a n p a d a p e m b a h a s a n pengetahuan keluarga. Faktor fisik tidak memiliki pengaruh Peneliti belum mendapatkan refrensi penelitian sebelumnya tentang pengaruh faktor fisik terhadap kekambuhan skizofrenia. Pada penelitian ini terdapat 1 pasien yang mempunyai faktor fisik berupa penyakit lain seperti gouth, trauma capitis, asma, hipertensi, hipotensi, diabetes, dan retardasi mental, kemungkinan faktor fisik sebagai faktor pencetus yang menyebabkan ketidak nyamanan pasien sehingga berpengaruh terhadap kekambuhan. Kepatuhan minum obat memiliki pengaruh Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Simatupang (214) bahwa yang paling banyak menyebabkan kekambuhan pada pasien skizofrenia adalah karena faktor ketidakpatuhan minum obat diperoleh 73,9 % p a s i e n. P a s i e n t i d a k d a p a t s e l a l u mengkonsumsi obat karena keterbatasan biaya sedangkan beberapa pasien lain tidak mengkonsumsi obat sesuai aturan karena efek obat yang sangat mengganggu aktivitas dan pekerjaan mereka [14]. Selain itu, pasien mungkin menderita efek samping dari obatobatan yang dikonsumsinya dan meyakini hanya akan menimbulkan lebih banyak permasalahan dibanding menemukan jalan keluar [15]. Jenis pengobatan tidak memiliki pengaruh Peneliti belum mendapatkan refrensi penelitian sebelumnya tentang pengaruh jenis pengobatan terhadap kekambuhan skizofrenia. Pada penelitian ini, jenis pengobatan menjadi tidak e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no.3), September 215 46

bermakna kemungkinan dikarenakan kekambuhan pasien terjadi bukan karena jenis pengobatan yang diberikan, namun bergantung pada kepatuhan pasien dalam minum obat baik oral dan atau injeksi. Meskipun jenis pengobatan yang diberikan berbeda tetapi pasien tidak patuh, maka dapat menyebabkan kekambuhan Simpulan dan Saran Dari faktor internal dan eksternal yang diteliti, faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan pada pasien skizofrenia di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember secara berurutan adalah peran keluarga, usia, dan faktor kepatuhan minum obat.. Bagi keluarga dan tenaga kesehatan penderita skizofrenia diharapkan dapat memberikan informasi, dukungan, dan motivasi yang lebih terutama membantu pasien untuk patuh minum obat agar penderita skizofrenia tidak mengalami kekambuhan. Daftar Pustaka [1] Direktorat Jendral Pelayanan Medik D e p a r t e m e n K e s e h a t a n R e p u b l i k Indonesia. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Edisi III, Jakarta: Depkes RI; 21. [2] Pariwisata. Skizofrenia. [Internet]. [Tempat tidak diketahui]: Pariwisata dan Asosiasi; 26 [diakses 3 Desember 214]. Te r s e d i a d a r i h t t p : / / w w w. f a k t o r - kekambuhan-skizofrenia.com. [3] Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan P e n e l i t i a n d a n P e n g e m b a n g a n Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia; 213. [4] Amelia DR, Anwar Z. Relaps pada Pasien Skizofrenia. J Psikologi Terapan. 213; Vol. (1): 52-64. [5] Fleischhacker W, Oehl MA, Hummer M. Factors Influencing Compliance in Schizophrenia Patients. J Psychiatry, 23; 64 (suppl 16): 1-13. [6] Dewi R, CR Marchira. Riwayat Gangguan Jiwa pada Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Berita Acara Kedokteran Masyarakat. 29; 25(4): 178-179. [7] Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 1994. [8] Simanjuntak YP. Faktor Risiko Terjadinya Relaps pada Pasien Skizofrenia Paranoid. Medan: Universitas Sumatera Utara; 28. [9] Wulansih. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan. 28: Vol. 1 (4): 181-186. [1] Wicaksana I, Jalil A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Pasien Skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. [Internet]. 27 [diakses 18 M a r e t 2 1 5 ]. T e r s e d i a d a r i http://pdskjijaya.org/abstrak/free %2Paper%2VI.doc. [11] Sulistyowati N. Hubungan Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga dengan Kekambuhan Skizofrenia di Desa P a r i n g a n K e c a m a t a n J e n a n g a n K a b u p a t e n P o n o r o g o. S u r a b a y a : Universitas Airlangga; 212. [12] Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press; 28. [13] Aji W. Peran Pelayanan Kesehatan dalam Mencegah Terjadinya Kekambuhan pada P a s i e n S k i z o f r e n i a. Yo g y a k a r t a : Universitas Gajah Mada; 211. [14] Simatupang R. Faktor-faktor Penyebab Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia yang Dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara; 214. [15] Minister Supply & Service Canada. Schizophrenia (Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skizofrenia). Yogyakarta: Dozz (Kelompok Penerbit Qalam); 25. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no.3), September 215 47