BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DESTIYANTO BAYU INDRASTO J

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

ABSTRAK. Kata Kunci : Kadar debu kayu industri mebel, keluhan kesehatan pekerja, Kepustakaan : 9 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160

KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN GANGGUAN KESEHATAN PADA PEKERJA DI SENTRA INDUSTRI RUMAH TANGGA MEBEL KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Agar terciptanya lingkungan yang aman, sehat dan bebas dari. pencemaaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

Petunjuk : Pilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN PENGHALUSAN DAN PEMOTONGAN DI PT WAROENG BATOK INDUSTRY CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PEKERJA DENGAN GEJALA ISPA DI PABRIK ASAM FOSFAT DEPT. PRODUKSI III PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Area Produksi Industri Kayu

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

PENGARUH KADAR DEBU BATU BARA TERHADAP INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA TENAGA KERJA DI UNT BOILER

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2. Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 80232, Indonesia, ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI PT. ARUMBAI KASEMBADAN, BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Arsih, Ratna Dian Kurniawati, Inggrid Dirgahayu ABSTRAK

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA MEBEL DI PT. X JEPARA

BAB 1 PENDAHULUAN. besar (Priatna,1997 dalam Carissa, 2012). Bengkel pengelasan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak buah yang dikelilingi oleh garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi pertanian dan juga maupun dari segala industri yang lainya. Julukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam menunjang pembangunan di Indonesia. Banyak industri kecil dan menengah baik formal maupun informal mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003). Industri mebel yang dimulai dari proses pemotongan kayu hingga pembuatan berbagai macam hasil produksi memiliki berbagai potensi bahaya bagi pekerja. Potensi bahaya tersebut dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja. Salah satu potensi bahaya dalam industri ini yakni paparan debu kayu. Debu kayu dihasilkan oleh setiap proses pengolahan kayu. Kadar debu yang berlebihan dan terus menerus dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan bagi pekerja (Tarwaka, 2014; Suma mur 2009). Debu kayu dapat dihasilkan dari proses penggergajian, penyerutan dan pengamplasan sehingga dapat meningkatkan risiko terhadap kesehatan para pekerja. Debu kayu yang terhirup dapat menyebabkan kelainan fungsi paru karena terjadi penumpukan debu di paru-paru. Debu ini juga dapat menyebabkan alergi serta gatal-gatal pada kulit. Selain itu, jika debu masuk ke dalam mata dapat mengakibatkan alergi atau iritasi pada mata, seperti konjungtivitis (Ilyas, 2004).

Dampak akibat paparan debu kayu ini telah dibuktikan dari berbagai macam hasil penelitian. Menurut Yusnabeti dan Ruth (2010), ada hubungan antara konsentrasi debu (PM 10 ), suhu ruang kerja (p = 0,027), masa kerja (p = 0,010), pemakaian alat pelindung diri (p = 0,001), kebiasaan merokok (p = 0,039) dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (p = 0,045) di Desa Cilebut Barat dan Cilebut Timur. Menurut Mila (2006), ada hubungan antara masa kerja dan pemakaian masker dengan kapasitas vital paru pekerja. Menurut Raynel dkk (2013), keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja mebel antara lain batuk-batuk, cepat lelah, sesak napas, gatal pada kulit serta mata merah dan perih. Pekerja yang tidak menggunakan APD akan mengalami gangguan kesehatan lebih besar dari pada pekerja yang menggunakan APD. Selain itu, pekerja yang terpapar debu kayu juga dapat mengalami gangguan kulit kering dan pecah, cepat lelah dan batukbatuk. Debu berukuran sangat kecil berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan pekerja (Aji dkk, 2012). Debu umumnya hanya berukuran 0,1 sampai 25 mikron sangat berpotensi mengganggu kesehatan pekerja. Batasan kadar debu di lingkungan dengan pengukuran 8 jam kerja adalah 0,15 mg/m 3 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1045 tahun 2002. Bahaya yang dapat ditimbulkan berupa gangguan pernapasan, iritasi kulit, gangguan sistem pencernaan, serta bisa menimbulkan iritasi pada mata yang dapat mengganggu penglihatan. Gangguan pada mata karena debu sangat sering terjadi sehingga menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan 2

berupa mata merah dan gatal-gatal. Selain itu, debu yang ada di dalam mata bisa mengakibatkan goresan pada kornea mata atau lebih dari itu. Hal ini dapat menimbulkan rasa sakit yang cukup signifikan pada mata. Oleh karena itu, penyebab sakit mata ini sebaiknya harus segera diberikan pertolongan medis supaya tidak berdampak lebih buruk (Kemenkes, 2002; Ilyas, 2004). Sakit mata bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya dari debu kayu. Jika sakit mata yang disebabkan oleh debu tidak segera diberikan pertolongan dapat menyebabkan trauma mata, mata merah atau iritasi, infeksi pada mata, serta dapat juga menimbulkan kebutaan. Selain dapat mengganggu kesehatan mata pekerja, keluhan sakit mata karena debu kayu ini juga dapat menggangu produksi mebel dan menurunnya kualitas barang yang dibuat karena ketajaman penglihatan mata pekerja berkurang. Kesadaran pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri berupa kacamata pelindung sangat dibutuhkan sehingga dapat mengurangi iritasi mata. Akan tetapi, masih banyak pekerja industri mebel yang tidak patuh menggunakan APD tersebut (Depkes RI, 2003 ; Ustiawan, 2005). Penggunaan APD pada pekerja industri mebel akan tercapai jika didukung oleh faktor pengetahuan tentang risiko bahaya debu yang akan diaplikasikan dalam sebuah perilaku pencegahan. Pengetahuan tentang sikap kerja baik yang dimiliki pekerja dapat menghindari bahaya di tempat kerja. Pengetahuan tentang menjaga lingkungan dan alat kerja tetap bersih dapat menghindarkan dari risiko paparan debu sisa-sisa industri mebel. 3

Pengetahuan pekerja sangat berperan penting terhadap kesehatannya (Tarwaka, 2014; Notoatmodjo, 2007). Gangguan kesehatan akibat debu kayu juga dialami oleh para pekerja industri mebel di daerah Ngemplak Boyolali. Hasil survei pendahuluan pada bulan Maret 2016 terhadap 30 pekerja diperoleh informasi tentang gangguan kesehatan berupa, batuk-batuk (66,67%), mengalami mata merah dan perih (93,40%), gatal pada kulit (52,80%), kulit kering dan pecah-pecah (40%), cepat lelah (50%), dan sesak napas (33,33%). Data tersebut memperlihatkan bahwa keluhan pekerja tentang mata merah dan perih merupakan gangguan kesehatan yang sering dirasakan oleh pekerja. Produksi kayu di industri mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali menghasilkan debu kayu yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja. Gangguan kesehatan mata merupakan keluhan paling banyak dialami oleh pekerja. Pengetahuan pekerja sangat diperlukan untuk melakukan upaya pencegahan agar tidak terjadi sakit mata secara berkelanjutan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang risiko paparan debu dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata pada pekerja industri mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali. 4

B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pengetahuan tentang risiko paparan debu dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata pada pekerja industri mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan pengetahuan tentang risiko paparan debu dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata pada pekerja industri rumah tangga mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik pekerja di sentra industri rumah tangga mebel daerah Kecamatan Ngemplak Boyolali. b. Mendeskripsikan pengetahuan tentang risiko paparan debu pekerja di sentra industri rumah tangga mebel daerah Kecamatan Ngemplak Boyolali. c. Mendeskripsikan perilaku pencegahan pekerja di sentra industri rumah tangga mebel daerah Kecamatan Ngemplak Boyolali. d. Mendeskripsikan gejala sakit mata pada pekerja di industri rumah tangga mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali. e. Menganalisis hubungan pengetahuan tentang risiko paparan debu dengan gejala sakit mata pekerja di industri rumah tangga mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali. 5

f. Menganalisis hubungan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata pekerja di industri rumah tangga mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemilik Industri Mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali. Dapat menjadikan bahan pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan yang luas mengenai hubungan pengetahuan tentang risiko paparan debu dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata pekerja industri rumah tangga mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali. 2. Bagi Pekerja Mebel Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pekerja untuk melakukan pekerjaannya dengan aman dan baik. 3. Bagi Peneliti Lain Memberikan gambaran guna melakukan penelitian lanjutan dengan tema hubungan pengetahuan tentang risiko paparan debu dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata. 6

7