DESKRIPSI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL NELAYAN DI WLAYAH PESISIR KELURAHAN KANGKUNG (JURNAL) Oleh : PRABAWATI NINGTYAS

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

KONDISI SANITASI LINGKUNGAN DI KENAGARIAN BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini di laksanakan pada 28 April sampai 5 Mei 2013 di Desa

STUDY ABOUT CONDITIONS OF ENVIRONMENT SANITATION IN KENAGARIAN AIR HAJI DISCRICT OF LINGGO SARI BAGANTI SOUTH OF PESISIR.

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

STUDI SANITASI LINGKUNGAN NELAYAN TRADISIONAL DI KENAGARIAN PUNGGASAN UTARA KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

STUDY OF PUBLIC AWARENESS IN KEEPING OF ENVIRONMENTAL HEALTH IN SUB DISTRICT OF TABIANG BANDA GADANG DISTRICT OF NANGGALO PADANG CITY

HAMBATAN DALAM UPAYA MENGELOLA SANITASI LINGKUNGAN PEMUKIMAN NELAYAN DI NAGARI PULAU RAJO INDERAPURA KECAMATAN AIR PURA KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi. kesehatan lingkungan. (Munif Arifin, 2009)

GAMBARAN SANITASI JAMBAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH KECAMATAN KIKIM TIMUR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI PANTAI BEROK KELURAHAN TELUK KABUNG TENGAH KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG ABSTRACT

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

Sanitasi Penyedia Makanan

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

1. No. Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Lama tinggal dikost :

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

PERSYARATAN LINGKUNGAN HUNIAN SEHAT

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

KONDISI FISIK DAN KUALITAS PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR KECAMATAN BAOLAN KABUPATEN TOLITOLI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

Lampiran 1. I. Identitas Kepala Keluarga 1. Nomor : 2. Nama : 3. Umur : Tahun 4. Alamat :

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar

BAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

Keywords: source of clean water, household waste management, public toilets, Drainage

M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG

Departemen Kesehatan Lingkungan 2 Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

Transkripsi:

DESKRIPSI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL NELAYAN DI WLAYAH PESISIR KELURAHAN KANGKUNG (JURNAL) Oleh : PRABAWATI NINGTYAS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015

ABSTRACT DESKRIPSI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL NELAYAN DI WLAYAH PESISIR KELURAHAN KANGKUNG Prabawati Ningtyas 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This study aimed to describe the living conditions of fishermen in coastal areas seen on the physical condition of the house, water sources, latrines/toilets, garbage disposal, waste water disposal, and the level of knowledge about the environmental health of fishermen families. The method used in this research was descriptive. Population of this research were as many as 908 fishermen. The sample size in this study was 90 households. The results in this study was the physical conditions of the fishermen house is not healthy, sources of water used comes from the taps (PDAM), sewage/latrine is in the form of pit type, disposal of garbage is by throwing directly into the sea, the disposal of waste water is by flowing it directly into the sea, and the level knowledge of fishermen about the health of the environment is high. Keywords: coastal areas, fisherman, neighborhood. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi tempat tinggal nelayan di wilayah pesisir dilihat dari kondisi fisik rumah, sumber air, tempat pembuangan kotoran/jamban, cara pembuangan sampah, tempat pembuangan air limbah, dan tingkat pengetahuan kepala keluarga (KK) nelayan tentang kesehatan lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dari penelitian ini sebanyak 908 KK nelayan. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 90 KK. Hasil penelitian ini adalah kondisi fisik rumah KK nelayan tidak sehat, sumber air yang digunakan berasal dari PDAM, tempat pembuangan kotoran/jamban bertipe cemplung, cara pembuangan sampah dengan membuang langsung ke laut, tempat pembuangan air limbah dengan mengalirkan langsung ke laut, dan tingkat pengetahuan KK nelayan tentang kesehatan lingkungan tergolong tinggi. Kata kunci: lingkungan tempat tinggal, nelayan, wilayah pesisir. Keterangan: 1) Mahasiswa Pendidikan Geografi 2) Dosen Pembimbing 1 3) Dosen Pembimbing 2

1 PENDAHULUAN Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Bandar Lampung dalam Evi Rahmalia (2003:1) menyatakan bahwa Kota Bandar Lampung memiliki garis pantai kurang lebih 27,01 km dan luas desa pesisir 56,67 km 2. Secara administratif jumlah kelurahan yang berada di daerah pantai Kota Bandar Lampung adalah sebanyak 15 kelurahan (BPS, 2014:1). Kawasan pesisir ini banyak dihuni oleh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan yang memanfaatkan sumber daya laut sebagai mata pencaharian pokok mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kelurahan di Kota Bandar Lampung yang terletak di wilayah pesisir. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan salah satu pekerjaan yang banyak terdapat di Kelurahan Kangkung karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan Teluk Lampung Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Manik, 2007:16). Menurut Raharjo dalam Efrida (2012:8) kebersihan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antara debu, sampah, bau. Kebersihan merupakan salah satu tanda dari keadaan yang baik, manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran ataupun menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan prasurvei yang telah dilakukan pada bulan Febuari tahun 2014 dilihat dari kondisi lingkungan tempat tinggal di sekitar masyarakat Kelurahan Kangkung terdapat banyak sampah yang berserakan di jalan-jalan dan di sekitar pemukiman masyarakat, keberadaan sampah di bawah rumah masyarakat dan di laut turut memperburuk kondisi lingkungan karena menyebabkan air laut menjadi kotor dan menyebarkan aroma yang tidak sedap sehingga menjadi polusi udara bagi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Kondisi bangunan pemukiman di Kelurahan Kangkung saling berhimpit antara satu rumah dengan rumah yang lain sehingga menyebabkan tidak adanya batas jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya. Selain itu ditemukan pula beberapa saluran pembuangan air limbah yang tersumbat sehingga pada beberapa saluran pembuangan air limbah tidak mengalir dengan lancar dan banyak ditemukan genangan-genangan air serta ketersediaan air bersih di lingkungan tempat tinggal nelayan yang masih minim. Tidak sehatnya lingkungan tempat tinggal ini berdampak pada tingkat kesehatan masyarakat yang berada di Kelurahan Kangkung. Berdasarkan data Puskesmas Pembantu Pasar Ikan yang menangani masalah kesehatan masyarakat Kelurahan Kangkung jumlah kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

2 yang tercatat pada puskesmas ini merupakan kasus penyakit tertinggi yang ada selain penyakit yang berbasis lingkungan lainya seperti yang terlihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Jumlah Kasus Penyakit di Puskesmas Pembantu Pasar Ikan Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung Tahun 2013 No Nama Jumlah Persentase Penyakit Kasus (%) 1 ISPA 826 32,00 2 Sistem Otot dan Tulang 237 9,00 3 Lambung 223 9,00 4 Sistem Sirkulasi 218 9,00 5 Lain-lain 197 8,00 6 Telinga 157 6,00 7 Cedera/ Keracunan 139 5,00 8 Kulit dan Jaringan 138 5,00 9 Infeksi lain 127 5,00 10 Gigi dan Mulut 114 4,00 11 Diare 102 4,00 12 Infeksi Virus Kulit 55 2,00 13 Mata 34 1,00 Jumlah 2.567 100,00 Sumber: Puskesmas Pasar Ikan Tahun 2013. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dalam penelitian ini mengkaji mengenai kondisi fisik rumah, sumber air yang digunakan, tempat pembuangan kotoran manusia (jamban), cara pembuangan sampah, tempat pembuangan air limbah, dan pengetahuan kepala keluarga nelayan tentang kesehatan lingkungan di Wilayah Pesisir Kelurahan Kangkung. METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif dengan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai lingkungan tempat tinggal nelayan di wilayah pesisir Kelurahan Kangkung. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lainlain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010:3). Populasi dalam penelitian ini seluruh kepala keluarga nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung Tahun 2015 yang berada di 3 lingkungan yaitu sebanyak 908 kepala keluarga. Pengambilan sampel dilakukan dengan sampel wilayah atau Area Probability Sample. Pemilihan sampel jenis ini dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Penarikan kepala keluarga sebagai sampel ditiap wilayah menggunakan teknik proporsi, Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 10% dari jumlah populasi yaitu 90 KK nelayan. Teknik pengumpulan data antara lain dokumentasi untuk mendapatkan data sekunder yang mendukung berupa peta kelurahan, jumlah mata pencaharian pokok masyarakat terutama yang bekerja sebagai nelayan yang tercatat dalam monografi kelurahan. Teknik observasi untuk memperoleh

3 informasi dari tempat penelitian melalui pengamatan dan pencatatan, dan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 67 pertanyaan. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan persentase sederhana. Selanjutnya data akan disajikan ke dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung Tahun 2015. Secara astronomis terletak antara 5 o 26 39,5 LS hingga 5 o 26 55,7 LS dan 105 o 15 53,8 BT hingga 105 o 16 12,5 BT 1. Kondisi fisik rumah kepala keluarga nelayan (KK) di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung umumnya termasuk dalam kategori semi permanen karena lantai dan dinding rumah terbuat dari papan dan atap terbuat dari asbes/seng. Pemilihan papan dan asbes merupakan bahan yang mudah didapat dan juga harganya yang terjangkau sehingga banyak KK nelayan yang menggunakan bahan tersebut. Bahan bangunan yang baik digunakan untuk membangun lantai, dinding, dan atap sebaiknya bahan yang kedap air, tidak mudah terbakar, mudah dibersihkan, dan tidak menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen (Permenkes No 829/1999). Berdasarkan kriteria tersebut bahan bangunan yang digunakan KK nelayan di Kelurahan Kangkung untuk membangun rumah belum baik. Luas lantai rumah yang dimiliki KK nelayan di Kelurahan Kangkung umumnya tidak memenuhi syarat kesehatan karena luas lantai rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni yang mendiami rumah tersebut. Banyaknya luas lantai rumah KK nelayan yang tidak sehat karena luas rumah KK nelayan berukuran kecil dengan jumlah penghuni yang banyak. Hal ini sesuai pendapat dari Lubis (1985:20) bahwa kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 10 m 2 /orang dan kepadatan penghuni tidak memenuhi syarat kesehatan bila hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni < 10 m 2 /orang Seluruh KK nelayan memiliki ventilasi udara pada rumah mereka, namun hanya 30,0% atau 27 KK nelayan yang memasangkan kasa nyamuk dan hanya 24,4% atau 22 KK nelayan yang memiliki jarak ideal antara ventilasi udara dengan langit-langit rumah Kondisi ventilasi yang tidak ideal ini menyebabkan mudahnya gangguan binatang dan serangga masuk ke dalam rumah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukini (1989:26) bahwa lubang ventilasi sebaiknya tidak terlalu rendah, maksimal 80 cm dari langit-langit, dan untuk mencegah gangguan binatang sebaiknya dipasang kasa nyamuk (insect proof). Seluruh KK nelayan di Kelurahan Kangkung juga memiliki jendela pada rumah mereka, namun sebagian

4 besar KK nelayan tidak memiliki jarak ideal antara jendela dengan lantai rumah yaitu kurang dari 80 cm, hanya 40,0% atau 36 KK nelayan yang memiliki jarak ideal antara jendela dengan lantai rumah. Hal ini menggambarkan bahwa secara umum kondisi jarak jendela dengan lantai rumah KK nelayan di Kelurahan Kangkung tidak sehat dan tidak sesuai dengan pendapat Sukini (1989:26) bahwa tinggi jendela yang dapat dibuka (ditutup) dari lantai minimal 80 cm. Seluruh KK nelayan telah memiliki penerangan buatan pada rumah mereka penerangan yang mereka gunakan bersumber dari listrik, kondisi ini menggambarkan bahwa KK nelayan telah memiliki kesadaran akan pentingnya penerangan bagi rumah mereka, hal ini mendukung pendapat dari Mubarak (2009:287) bahwa sebuah rumah dapat dikatakan sebagai rumah yang sehat apabila memiliki pencahayaan yang cukup. 2. Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan mandi cuci kakus (MCK) yang digunakan KK nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung bersumber dari PDAM dan air yang dibeli secara pikulan seperti yang terlihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Nelayan Menurut Asal Sumber Air yang Tabel 3. Digunakan untuk MCK di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Tabel 1. Kota Bandar Lampung Lingkungan Asal Sumber Total No 1 2 3 Air f (%) f (%) f (%) f (%) 1 2 Air Pikulan Air PDAM 15 7 68,2 31,8 9 22 29,0 71,0 4 33 10,8 89,2 28 62 31,1 68,9 Jumlah 22 100,0 31 100,0 37 100,0 90 100,0 Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, Februari 2015. Sumber air ini dinilai baik untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan MCK dibandingkan dengan air sumur yang ada yang memiliki rasa payau karena air PDAM dan pikulan yang KK nelayan gunakan memenuhi syarat fisik air yang sehat yaitu tidak memiliki rasa, warna, dan bau Status kepemilikkan sumber air yang digunakan KK nelayan ini beragam. Kepala keluarga nelayan yang sumber airnya berstatus milik sendiri hanya 11,1% atau 10 KK nelayan, 33,3% atau 30 KK nelayan milik orang lain, dan 55,6% atau 50 KK nelayan status kepemilikkan sumber airnya adalah milik bersama (hidran umum). 3. Tempat pembuangan kotoran manusia/jamban yang digunakan KK nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung bertipe cemplung dengan persentase 72,2% atau 65 KK nelayan seperti yang terlihat pada Tabel 3 berikut:

5 Tabel 3. Jumlah Kepala Keluarga Nelayan Menurut Tipe Jamban yang Digunakan Tabel 5. di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung Tabel 5. Tahun 2015. Lingkungan No Tipe Jamban 1 2 3 Total f (%) f (%) f (%) f (%) 1 2 Cemplung Leher Angsa 7 15 31,8 68,2 23 8 74,2 25,8 35 2 94,6 5,4 65 25 72,2 27,8 Jumlah 22 100,0 31 100,0 37 100,0 90 100,0 Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, Februari 2015. Seluruh KK nelayan yang bertipe jamban cemplung tidak memiliki tempat penampungan tinja dan membuang tinja langsung di bawah rumah. Hal ini menggambarkan kondisi tempat penampungan kotoran manusia (tinja) di Kelurahan Kangkung termasuk ke dalam kategori jamban yang tidak sehat Penelitian ini mendukung yang dilakukan oleh Nurmaida Amri dengan judul Karakteristik Lingkungan Pemukiman Kumuh Tepian Sungai Kecamatan Kolaka Sulawesi Tenggara dengan hasil sebanyak 72,7% penduduk membuang kotoran (tinja) di sungai dan hanya 27,3% yang memiliki jamban/wc di rumah sehingga kondisi tersebut termasuk kategori lingkungan sangat kumuh. Dari total 5 syarat yang digunakan sebagai ukuran jamban sehat dalam penelitian ini, yaitu jamban tertutup, letak jamban di dalam rumah, memiliki penutup pada lubang jamban, terlindung dari pandangan orang, panas dan hujan,serta terdapat alat pembersih pada jamban. Jamban yang digunakan KK nelayan hanya memenuhi 3 hingga 4 syarat bahkan beberapa jamban yang digunakan tidak memenuhi seluruh syarat jamban sehat. 4. Cara pembuangan sampah yang digunakan kepala keluarga nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung adalah dengan langsung membuangnya ke laut, hal seperti yang terlihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Jumlah Kepala Keluarga Nelayan Menurut Cara Pembuangan Sampah Tabel 4. Rumah Tangga di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Tabel 4. Bandar lampung Tahun 2015. No Cara Pembuangan Sampah Lingkungan Total 1 2 3 f (%) f (%) f (%) f (%) 1 Diletakkan di tempat sampah sementara 22 100,0 2 6,5 1 2,7 25 27,8 2 Dibuang ke laut - - 29 93,5 36 97,3 65 72,2 Jumlah 22 100,0 31 100,0 37 100,0 90 100,0 Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, Februari 2015.

6 Pembuangan sampah dengan cara membuanganya langsung ke laut dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan mencemari air di lingkungan tersebut sehingga lingkungan menjadi tidak sehat. Hal ini seperti pendapat dari Mubarak (2009:280) mengenai metode pembuangan sampah ke dalam air (dumping in water) yang menyatakan bahwa pembuangan sampah ke dalam air akan dapat mengganggu ekosistem air, air akan menjadi kotor, warnanya berubah, dan menimbulkan sumber penyakit yang dapat ditularkan melalui air. 5. Tempat pembuangan air limbah yang digunakan kepala keluarga nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung adalah dengan cara membuangnya langsung ke laut hanya 24,4% atau 20 KK nelayan yang membuang air limbah dengan cara mengalirkannya ke parit-parit seperti yang terlihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Jumlah Kepala Keluarga Nelayan Menurut Cara Pembuangan Air Tabel 8. Limbah di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Tabel 8. Bandar Lampung Tahun 2015. No Cara Pembuangan Air Limbah Lingkungan 1 2 3 Total f (%) f (%) f (%) f (%) 22 100,0 - - - - 22 24,4 - - 31 100,0 37 100,0 68 75,6 1 2 Dialirkan ke parit Langsung ke laut Jumlah 22 100,0 31 100,0 37 100,0 90 100,0 Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, Februari 2015. Kondisi tempat pembuangan air limbah KK nelayan yang menggunakan parit tidak mengalirkan air dengan lancar, sehingga banyak air yang menggenang pada parit tersebut bahkan pada beberapa parit terdapat tumpukan sampah dan tidak memiliki penutup pada parit. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarana (2004) dengan judul Kondisi Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di Unit Pemukiman Transmigrasi di Desa Teluk Panji IV Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2004 dengan hasil 77% masyarakat tidak memiliki sarana pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini mengindikasikan bahwa sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang berkembang biaknya nyamuk, lalat, dan tikus. 6. Pengetahuan kepala keluarga nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung tentang kesehatan lingkungan umumnya termasuk ke dalam kategori tinggi karena dari 90 KK nelayan, 48,9% atau 44 KK nelayan memiliki tingkat

7 pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan lingkungan seperti yang terlihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Jumlah Kepala Keluarga Nelayan Menurut Tingkat Pengetahuan Tentang Tabel 0. Kesehatan Lingkungan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Tabel 0. Kota Bandar Lampung Tahun 2015. No 1 2 3 Nilai yang Diperoleh 43 50 36 42 29 35 Kategori Tingkat Pengetahuan Tinggi Sedang Lingkungan Total 1 2 3 f (%) f (%) f (%) f (%) 50,0 15 48,4 18 48,6 44 48,9 27,3 9 29,0 7 19,0 22 24,4 22,7 7 22,6 12 32,4 24 26,7 11 6 5 Rendah Jumlah 22 100,0 31 100,0 37 100,0 90 100,0 Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, Februari 2015. Pengetahuan ini KK nelayan dapatkan dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas. Namun walaupun petugas puskesmas selalu mengadakan sosialisasi tentang kesehatan lingkungan kondisi di tempat tinggal nelayan ini masih memprihatinkan, masih banyak KK nelayan yang tidak menerapkan pengetahuan mereka tentang kesehatan lingkungan dalam kehidupan mereka. Tidak diterapkannya pengetahuan yang dimiliki ini karena perilaku dan sikap KK nelayan yang cenderung tidak peduli terjadap kesehatan lingkungan Perilaku KK nelayan ini tidak sesuai dengan pendapat dari Roger dalam Notoatmodjo (2011:147) yang menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 7. Kondisi kesehatan lingkungan tempat tinggal nelayan di wilayah pesisir Kelurahan Kangkung secara umum tergolong ke dalam kategori tidak sehat, karena dari syarat-syarat rumah sehat yang digunakan dalam penelitian ini hanya jenis sumber air yang digunakan untuk kebutuhan MCK yang memenuhi syarat kesehatan sementara syarat lainnya tidak terpenuhi dengan baik. SIMPULAN DAN SARAN 1. Kondisi fisik bangunan rumah kepala keluarga nelayan tidak sehat karena terbuat dari bahan semi permanen dan tidak memenuhi syarat kesehatan bagi luas rumah, ventilasi udara dan jendela. 2. Sumber air yang digunakan kepala keluarga nelayan untuk kebutuhan mandi cuci kakus (MCK) berasal dari PDAM. Kondisi fisik air yang digunakan memenuhi syarat fisik pengolahan air yaitu tidak berwarna, berasa, dan berbau. Sumber air yang mereka gunakan adalah milik bersama (hidran umum) 3. Tempat pembuangan kotoran manusia/jamban kepala keluarga nelayan bertipe cemplung yang terbuat dari papan dan tidak memiliki tempat penampungan

8 bagi kotoran (septic tank). Beberapa jamban hanya memenuhi 3 hingga 4 syarat jamban sehat, bahkan beberapa jamban tidak memenuhi syarat jamban sehat apapun 4. Cara kepala keluarga nelayan membuang sampah sisa hasil kegiatan rumah tangga adalah dengan langsung dibuang ke laut, hal ini menyebabkan air laut menjadi kotor dan berbau tidak sedap 5. Kepala keluarga nelayan tidak memiliki tempat pembuangan air limbah pada rumah mereka, mereka membuang air limbah sisa kegiatan rumah tangga dengan mengalirkannya langsung ke laut, cara ini membuat air laut berubah warna menjadi lebih gelap 6. Kepala keluarga nelayan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan lingkungan, namun tidak menerapkannya pada kegiatan sehari-hari sehingga kesehatan lingkungan tempat tinggal mereka rendah. 7. Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung termasuk dalam kategori pemukiman kumuh karena sebagian besar cakupan kesehatan lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan seperti tempat pembuangan kotoran manusia/jamban, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan air limbah, dan kondisi bangunan rumah yang tidak sehat bagi lingkungan Saran 1. Bagi pemerintah dalam hal ini petugas kelurahan dan puskesmas pembantu di Kelurahan Kangkung agar dapat memberdayakan masyarakat dan menjaring aspirasi masyarakat Kelurahan Kangkung tentang bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal yang diinginkan sehingga timbul rasa memiliki dan menjaga lingkungan tempat tinggal. 2. Bagi kepala keluarga nelayan untuk merubah bahan bangunan rumah menjadi permanen serta memenuhi syarat fisik kondisi bangunan rumah seperti menyesuaikan luas rumah bagi penghuni, dan memenuhi jarak ideal ventilasi dan jendela sehingga kesehatan lingkungan tempat tinggal meningkat. 3. Bagi kepala keluarga nelayan yang menggunakan hidran umum agar menjaga kebersihan hidran umum terutama dari sampah yang ada agar air yang digunakan tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. 4. Bagi kepala keluarga nelayan agar beralih menggunakan jamban berseptic tank dan melengkapi syarat yang harus dipenuhi pada suatu jamban sehingga jamban tersebut dapat dikatakan jamban yang sehat. 5. Bagi kepala keluarga nelayan agar beralih untuk membuang sampah ke tempat penampungan sampah sementara yang sudah disediakan pemerintah. 6. Bagi kepala keluarga nelayan agar dapat membuat tempat pembuangan air limbah yang berbentuk kolam oksidasi yang dialirkan melalui pipa paralon sehingga air laut tidak menjadi tercemar.

9 7. Bagi masyarakat agar menerapkan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang telah disosialisasikan oleh petugas puskesmas. Daftar Rujukan Amri, Nurmaida. 2013. Karakteristik Lingkungan Pemukiman Kumuh Tepian Sungai Kecamatan Kolaka Sulawesi Tenggara. (Jurnal Vol XII No 1 Maret 2013). Makassar: Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 413 hlm. BPS. 2014. Statistik daerah Kota Bandar Lampung 2014. Bandar Lampung: BPS Kota Bandar Lampung. 23 hlm. Efrida, Ade. 2012. Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Pasar di Kenagarian Aua Kuniang Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. (Skripsi). Padang: STKIP PGRI Lubis. 1985. Perumahan Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 73 hlm. Manik. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. 393 hlm. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 413 hlm. Menteri Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 Menkes SK/VII/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. (Online) (https://aristasefree.wordpress.com/tag/keputusan-menteri- kesehatan-ri-nomor- 829menkesskvii1999/, diakses pada 05 Maret 2015 pukul 22.00 WIB). Rahmalia, Evi. 2003. Analisi Tipologi dan Pengembangan Desa-Desa Pesisir Kota Bandar Lampung. Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan. (Tesis). Bogor: Program Pascasarjana Institute Pertanian Bogor. Sarana. 2004. Kondisi Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di Unit Pemukiman Transmigrasi di Desa Teluk Panji IV Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu. (Skripsi). Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sukini, Elisabeth. 1989. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 208 hlm.

10