UJI AKURASI KEBUNTINGAN PADA KAMBING MENGGUNAKAN ULTRASONOGRAPHY

dokumen-dokumen yang mirip
JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :

Analisis litter size, bobot lahir dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE)

DIAGNOSIS KEBUNTINGAN DINI MENGGUNAKAN KIT PROGESTERON AIR SUSU PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWAH (Capra hircus)

AKURASI METODE OBSERVASI TIDAK KEMBALI BERAHI (NON- RETURN TO ESTRUS) DAN ULTRASONOGRAPHY (USG) UNTUK DIAGNOSIS KEBUNTINGAN KAMBING PERANAKAN ETTAWAH

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

Early Pregnancy Diagnosis Using Progesterone Kits in Local Goat (Capra hircus)

PENCITRAAN BRIGHTNESS MODE (B-MODE) ULTRASONOGRAFI UNTUK DETEKSI KEBUNTINGAN DAN PENGAMATAN PERKEMBANGAN FETUS KUCING (Felis catus) KLACIPTA DAMELKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Minggu Topik Sub Topik Metode Pembelajaran

Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan II Membangun Kewirausahaan Dalam Pengelolaan Kawasan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

PENGGUNAAN PROGESTERON SINTETIK PADA SAPI PERAH FRIES HOLLAND (FH) PENERIMA INSEMINASI BUATAN DAN DI EMBRIO SAPI MADURA

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

LAMA BUNTING, BOBOT LAHIR DAN DAYA HIDUP PRASAPIH KAMBING BOERKA-1 (50B;50K) BERDASARKAN: JENIS KELAMIN, TIPE LAHIR DAN PARITAS

SINKRONISASI ESTRUS DAN PENGAMATAN ULTRASONOGRAFI PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN DINI PADA DOMBA GARUT

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

DAFTAR PUSTAKA. Blakely, J dan D. H. Bade Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sonogram Pemeriksaan Kebuntingan Dini pada Kambing Kacang (Capra hircus)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

MANAGEMENT BREEDING TERNAK POTONG RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

LAPORAN AKHIR TAHUN I PROGRAM VUCER MULTITAHUN

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya

PENCITRAAN MOTION-MODE DAN COLOR FLOW DOPPLER ULTRASONOGRAFI DALAM PENGAMATAN PERKEMBANGAN ORGAN KARDIOVASKULAR FETUS KUCING (Felis catus)

MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 1999 sampai dengan

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

BAB IV DIAGNOSA KEBUNTINGAN

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

PEMACUAN KEAKTIFAN BERAHI MENGGUNAKAN HORMON OKSITOSIN PADA KAMBING DARA ESTRUS ACTIVITY INDUCTION OF YOUNG GOAT BY OXYTOCIN

Siklus Estrus Induk Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada Masa Post Partum

PENYERENTAKAN BERAHI DENGAN PROGESTERON DALAM SPONS PADA TERNAK DOMBA DI KABUPATEN CIANJUR

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

BAB V INDUKSI KELAHIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

RIWAYAT HIDUP. Penulis mulai menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) TK Aisyiyah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

Kata Kunci : Kerbau Betina, Karakteristik Reproduksi, Tingkat Kesuburan. Keyword: Female Buffalo, Reproductive Characteristics, Fertility Rate

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

Bachtar Bakrie, Neng Risris Sudolar, Heni Wijayanti

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DENGAN INDUK LOKAL (PE) PERIODE PRASAPIH

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

KAJIAN PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING PADA SISTEM PEMELIHARAAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN ANDOOLO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

PENERAPAN SINKRONISASI BIRAHI KAMBING BOERKA DENGAN LOKAL DI AREAL PERKEBUNAN BERBASIS TANAMAN JERUK PADA LAHAN KERING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Analisis pola kemitraan usaha peternakan ayam pedaging sistem closed house di Plandaan Kabupaten Jombang

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Gambar 1

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN KONDISI GIGI SERI PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI UNIT PELAKSANA TEKNIS TERNAK SINGOSARI, MALANG, JAWA TIMUR

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENGARUH FAKTOR NON GENETIK TERHADAP BOBOT LAHIR KAMBING BOER PADA STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

PENAMPILAN REPRODUKSI KUDA BETINA PASCA PACU DI DESA PINABETENGAN RAYA KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

EFISIENSI REPRODUKSI KAMBING PERANKAN ETAWA DI LEMBAH GOGONITI FARM DI DESA KEMIRIGEDE KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

PERTEMUAN KE 1 (50 MENIT)

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

ABSTRAK. Oleh: *Ramli Idris Mantongi, **Suparmin Fathan, ***Fahrul Ilham

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN

ONSET DAN LAMA ESTRUS KAMBING KACANG YANG DIINJEKSIPROSTAGLANDINF2α PADA SUBMUKOSA VULVA

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur pada sapi PO cross

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Transkripsi:

UJI AKURASI KEBUNTINGAN PADA KAMBING MENGGUNAKAN ULTRASONOGRAPHY MEILINDA WARDANI *, SUYADI **, NURYADI ** * Mahasiswa Strata Satu Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ** DosenFakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang Corespondence address: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 1, Malang, Indonesia 65145. Telepon: +62341553513, Fax: +6234 1584727. Email: fapetub@ub.ac.id ABSTRAK Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas USG dalam mendeteksi kebuntingan, sehingga dapat menekan biaya produksi. Penelitian menggunakan kambing betina jenis PE yang dikawinkan secara alami sebanyak 44 ekor dan IB sebanyak 36 ekor dengan menggunakan pejantan dan semen jenis Boer. Alat yang digunakan berupa alat USG untuk ternak, yaitu Draminsky Ultrasound Scaner dengan probe transducer 5 MHz, image mode berupa B-mode yang akan di-display pada LCD dengan ukuran 6,4 inch.hasil pemeriksaan pada 44 ekor ternak yang dikawinkan secara alami, sebanyak 25 ekor didiagnosa positif bunting dan sisanya (19 ekor) dinyatakan negatif. Tetapi dari 25 ekor yang positif, hanya 19 ekor yang beranak dan 6 ekor lainnya tidak beranak. Kesalahan diagnosis juga terjadi pada ternak yang didiagnosis negatif. Dari 19 ekor yang dinyatakan negatif bunting, 5 diantaranya ternyata beranak.hasil pemeriksaan pada 36 ekor kambing betina yang di- IB menunjukkan bahwa terdapat 9 ekor yang positif dan seluruhnya beranak. Sedangkan dari 27 ekor yang didiagnosis negatif, terdapat 7 ekor yang beranak. Pada pemeriksaan hasil IB, tidak ada ternak yang didiagnosis positif tetapi tidak beranak, ternak yang didiagnosis positif, seluruhnya beranak. Akurasi, sensitivitas dan spesifisitas untuk kambing yang dikawinkan secara alami berturut turut adalah 0.56, 0.76, 0.73 sedangkan yang dikawinkan secara IB berturut-turut adalah 0.44, 0.56, 1. Tingkat akurasi dan sensitivitas pada ternak yang dikawinkan secara alami lebih besar daripada IB, sedangkan sebaliknya spesifisitas pada ternak yang dikawinkan secara alami lebih rendah dari hasil IB. Penggunaan USG sebagai alat diagnosis kebuntingan secara dini dinilai sangat efisien untuk peternakan skala besar yang membutuhkan hasil diagnosa yang cepat dan akurat. ABSTRACT The aim of this research was to determine the effectiveness of ultrasound in detecting pregnancy, so as to reduce the cost of production using ultrasound. Forty-four PE does were naturally mated and thirty-three were mated in AI with Boer buck. The Draminsky Ultrasound Scaner with 5 MHz probe transducer, and B- mode image mode was used to scan the animals. Twenty-five natural-mating goats were diagnosed positive pregnant, but only nineteen birth and six goats didn t and the others (nineteen goats) were negative. All of nine AI mating goats that diagnosed positive pregnant were birth, and seven of twenty-seven that diagnosed negative were birth. Accuracy, sensitivity and specificity of natural mating goats respctively are 0.56, 0.76, 0.73 and for AI mating goats are 0.44, 0.56, 1.

The summary of research are the accuracy and sensitivity of the naturally mated does bigger than AI, while the opposite specificity in does naturally mated lower than the AI. The use of ultrasound as a diagnostic tool in early pregnancy is considered very efficient for large-scale farms that need results fast and accurate diagnosis. PENDAHULUAN Deteksi kebuntingan merupakan satu hal penting yang harus dilakukan peternak setelah ternak dikawinkan. Deteksi kebuntingan dini bertujuan agar peternak tahu apa yang harus dilakukan, jika ternak tersebut bunting maka ternak tersebut tidak dikawinkan, akan tetapi apabila ternak tersebut tidak bunting maka harus dikawinkan kembali. Hal tersebut dimaksudkan agar biaya untuk breeding dapat ditekan sehingga dapat membantu manajemen ternak secara ekonomis. Deteksi kebuntingan yang biasa dilakukan antara lain adalah dengan cara melihat ternak secara langsung. Metode ini dianggap kurang efisien karena hanya bisa dilakukan setelah kebuntingan mencapai usia tertentu. Selain itu, pemeriksaan hormon juga merupakan cara lain untuk mendeteksi kebuntingan pada ternak. Tetapi metode ini memelukan waktu yang lebih lama. Metode pemeriksaan dengan Ultrasonography (USG) dapat mendeteksi secara dini kebuntingan pada ternak serta hanya membutuhkan waktu singkat untuk mengetahui hasilnya. Penelitian yang dilakukan oleh Barr (1990) pada kucing dan anjing, kebuntingan pada hewan kecil dapat didiagnosa menggunakan USG pada umur kebuntingan 32-35 hari. Tetapi, penelitian pada babi dapat dilakukan pada usia kebuntingan mulai 18 hari. Pada penelitian yang menggunakan usia 18, 19, 20, 21 dan 24 tersebut menunjukkan bahwa semakin tua usia kebuntingan maka tingkat akurasi, sensitivitas dan spesifisitas juga semakin tinggi (Flower, 1999). Real-time usg merupakan alat yang efisien, dapat dipercaya dan tidak memakan banyak waktu dalam mendiagnosis kebuntingan (Abdelghafar et al., 2010). Akurasi dari pemeriksaan kebuntingan menggunakan usg adalah 100% dalam kasus positif dan negatif. Selain itu, USG juga dapat digunakan untuk menentuka jumlah fetus. Akurasi USG dalam menentukan fetus single, kembar dua dan kembar tiga adalah 88,2; 77,7; dan 50% (Abdelghafar, R. M, et al., 2007). Presentase dan akurasi penggunaan USG dalam pemeriksaan kebuntingan pada domba adalah masing-masing 95,5% dan 100% pada kasus positif (Amer,2008). Dari kajian diatas, maka peneliti mengasumsikan bahwa pengguaan USG dalam mendeteksi kebuntingan dini pada ternak yang telah dikawinkan lebih efektif dan akurat, sehingga dapat menekan biaya produksi. MATERI DAN METODE Lokasi dan Pemeliharaan Ternak Kambing Penelitian menggunakan kambing betina jenis PE yang dikawinkan secara alami sebanyak 44 ekor dan IB sebanyak 36 ekor dengan menggunakan pejantan dan semen jenis Boer yang beranak pada bulan Februari hingga Juni tahun 2012. Kambing dipelihara di kandang panggung dan diberikan pakan berupa rumput gajah yang dicacah. Lokasi pemeliharaan berada 700 850 m dpl. Dengan suhu rata-rata 26-27 C dan kelembaban udara berkisar 74 82%.

Materi dan Metode Penelitian Alat yang digunakan berupa alat USG untuk ternak, yaitu Draminsky Ultrasound Scaner (Polandia) dengan probe transducer 5 MHz, image mode berupa B-mode yang akan di-display pada LCD dengan ukuran 6,4 inch. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik study kasus. Survey dilakukan dengan cara mengamati penggunaan USG pada kambing di lokasi penelitian serta melihat penampilan kambing yang bunting pada USG. Pengambilan Data Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan atau recording yang berkaitan dari parameter yang diamati yang sudah resmi disimpan oleh CV. Agriranch. Pengambilan data sekunder dilakukan pada kambing yang telah dikawinkan dengan perhitungan 30 hari hingga 60 hari setelah dilakukan perkawinan. Hasil pemeriksaan nantinya adalah sebagai berikut : 1. Diagnosa true positive, yaitu diagnosa positif dan ternak melahirkan. 2. Diagnosa false positive, yaitu diagnosa positif tetapi ternak tidak melahirkan. 3. Diagnosa true negative, yaitu diagnosa awal negatif dan ternak tidak melahirkan. 4. Diagnosa false negative, yaitu diagnosa negatif tetapi ternak tersebut melahirkan. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-30 dan 45 setelah perkawinan. Ternak yang positif pada pemeriksaan 30 hari, tidak menjalani pemeriksaan kembali pada hari ke-45. Sedangkan jika ternak tersebut dinyatakan negatif, maka dilakukan pemeriksaan kembali pada hari ke-45. Ternak yang dinyatakan negatif akan dikawinkan kembali setelah hari ke-60 pasca perkawinan pertama. Pelaksanaan USG Pemeriksaan dimulai dengan mendata ternak yang akan diperiksa, baik yang berusia 30 atau 45 hari, baik yang dikawinkan secara alami atau IB. Setelah ternak yang diperiksa diketahui, dilakukan persiapan alat untuk mendeteksi kebuntingan ternak tersebut. Persiapan alat dimulai dengan pemasangan baterai NiMH 12V, 3.8Ah di bagian belakang layar display. Setelah baterai terpasang, barulah dipasang kabel yang menghubungkan layar dan baterai. Alat di-setting dengan pengaturan B-mode dan frekuensi 5.0 MHz. Kemudian dilakukan pemasangan kabel probe pada layar. Pemeriksaan dilakukan pada ternak yang sudah didata sebagai ternak yang berstatus bunting. Pemeriksaan dilakukan pada daerah abdominal, diantara kaki belakang, di depan ambing. Sebelum probe ditempelkan pada tubuh ternak, kepala probe diberi gel terlebih dahulu agar daerah uterus dapat terlihat. Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati untuk meminimalisasi kesalahan diagnosis. Waktu yang digunakan untuk memeriksa satu ekor ternak adalah sekitar 5-10 menit tergantung penampakan yang terlihat di layar, apabila penampakan meragukan akan dilakukan pemeriksaan kembali hingga hasil yang didapat meyakinkan. Penampakan pada layar ditampilkan dalam sudut 90 0. Analisis dan Interpretasi Data Diagnosis negatif pada gambar yang kurang jelas dilakukan untuk mengantisispasi terjadinya kesalahan diagnosis false positive, karena peternak menganggap kerugian false negative lebih kecil dari false positive. Jika ternak yang didiagnosis positif ternyata tidak bunting, kemungkinan yang

terjadi adalah efisiensi reproduksi kurang optimal. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pemeriksaan pada 44 ekor ternak yang dikawinkan secara alami, sebanyak 25 ekor didiagnosa positif bunting dan sisanya (19 ekor) dinyatakan negatif. Tetapi dari 25 ekor yang positif, hanya 19 ekor yang beranak dan 6 ekor lainnya tidak beranak. Kesalahan diagnosis juga terjadi pada ternak yang didiagnosis negatif. Dari 19 ekor yang dinyatakan negatif bunting, 5 diantaranya ternyata beranak. Hasil pemeriksaan pada 36 ekor kambing betina yang di-ib menunjukkan bahwa terdapat 9 ekor yang positif dan seluruhnya beranak. Sedangkan dari 27 ekor yang didiagnosis negatif, terdapat 7 ekor yang beranak. Pada pemeriksaan hasil IB, tidak ada ternak yang didiagnosis positif tetapi tidak beranak, ternak yang didiagnosis positif, seluruhnya beranak. Tabel 1. menunjukkan hasil pemeriksaan pada 80 ekor kambing di lokasi penelitian. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Pada 80 Ekor Kambing di Lokasi Penelitian. Perkawinan True positive False positive True negative False negetive Total ekor % ekor % ekor % ekor % ekor % Alami 19 23,7 6 7,5 14 17,5 5 6,2 44 55 IB 9 11,2 0 0 20 25 7 8,7 36 45 Jumlah 28 34,9 6 7,5 34 42,5 12 14,9 80 100 Selain itu, dari tabel juga dapat dilihat persentase kebuntingan antara perkawinan alami dan IB. Persentase true positive pada perkawinan alami lebih besar daripada perkawinan secara IB, begitu pula pada false positive. Tetapi, pada true negative dan false negative, persentase pada perkawinan secara IB lebih tinggi daripada perkawinan secara alami. Kesalahan diagnosis pada kebuntingan ternak bisa terjadi karena beberapa hal. Menurut Youngquist(2003) dalam Lestari(2006), diperlukan operator yang terlatih untuk dapat menginterpretasikan gambar yang muncul pada monitor. Selain itu, sebuah diagnosis kehamilan false positive selama periode ini dapat disebabkan oleh Hydrometra (Dawson, 1999). Berikut ini adalah gambar hasil pemeriksaan USG pada kambing : Gambar 1. Hasil pemeriksaan true positive (a) Fetus, (b) Amnion, (c) Uterus Pada Gambar 1. merupakan hasil pemeriksaan positif. Fetus terlihat jelas pada gambar hasil pemeriksaan (a). Warna hitam pada gambar (b) merupakan anechoic atau menunjukkan adanya cairan. Cairan tersebut dapat diartikan sebagai cairan amnion yang terdapat di dalam uterus (c).

Gambar 2. Hasil pemeriksaan false positive (a) Hydrometra, (b) Uterus Hasil pemeriksaan diduga sebagai positif, tetapi sebenarnya negatif. Kesalahan diagnosis dapat diakibatkan terlihatnya warna putih pada Gambar 2. Tetapi tidak terdapat warna hitam yang menunjukkan adanya cairan amnion. Warna hitam (a) kemungkinan adalah hydrometra (Dawson, 1999), sedangkan garis putih (b) merupakan uterus. Gambar 3. Hasil pemeriksaan true negative (a) Hydrometra, (b) Uterus Hasil diagnosis pada Gambar 3. negatif karena tidak warna putih yang artinya berupa hyperecoic atau yang menunjukkan tulang/otot padat di dalam uterus. Sedangkan warna hitam (a) merupakan hydrometra di dalam uterus (b). Gambar 4. Hasil pemeriksaan false negative (a) Hyperecoic, (b) Hydrometra, (c) Uterus Pada Gambar 4. terdapat hyperecoic yang kurang jelas bentuknya (a) di dalam rongga uterus yang dikelilingi cairan (b). Hasil pemeriksaan tersebut dikatakan negatif bunting karena gambar kurang jelas, tetapi ternak yang diperiksa ternyata bunting. Diagnosis negatif pada gambar yang kurang jelas dilakukan untuk mengantisispasi terjadinya kesalahan diagnosis false positive, karena peternak menganggap kerugian false negative lebih kecil dari false positive. Jika ternak yang didiagnosis positif ternyata tidak bunting, kemungkinan yang terjadi adalah efisiensi reproduksi kurang optimal. Menurut Hafez (1993) efisiensi reproduksi adalah penggunaan secara maksimum kapasitas reproduksi. Jika efisiensi kurang optimal, maka nilai ekonomis ternak tersebut juga menurun, karena produksinya rendah. Akurasi, sensitivitas serta spesifisitas pada diagnosis kebuntingan yang dilakukan pada 80 ekor kambing diperoleh nilai yang disajikan pada tabel. 2 berikut :

Tabel 2. Akurasi, Sensitivitas dan Spesifisitas Hasil Kawin Alam dan IB. Perkawinan Akurasi Sensitivitas Spesifisitas Alami 0,56 0,76 0,73 IB 0,44 0,56 1 Tingkat akurasi pada hasil pemeriksaan hasil kawin alam lebih besar dari pada hasil IB. Pada dasarnya akurasi sendiri merupakan ketepatan dan ketelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat ketelitian pada pemeriksaan hasil kawin alam lebih tinggi daripada hasil IB Sedangkan pada tingkat sensitivitas, hasil dari pemeriksaan ternak yang dikawinkan secara alami juga lebih besar diri pada hasil IB. Sensitivitas itu sendiri, merupakan seberapa besar kemungkinan tes untuk mendeteksi positif pada ternak yang diperiksa. Hasil pehitungan menunjukkan bahwa hasil dari kawin alam dapat dikatakan memiliki kemungkinan positif lebih besar. Spesifisitas merupakan pemeriksaan yang kontras dengan sensitivitas. Spesifisitas merupakan ukuran untuk mengidentifikasi hasil negatif pemeriksaan. Pada pemeriksaan USG yang dilakukan pada kambing hasil kawin alam dan IB, hasil perkawinan secara IB memiliki spesifisitas lebih besar. KESIMPULAN 1. Tingkat akurasi dan sensitivitas pada ternak yang dikawinkan secara alami lebih besar daripada IB, sedangkan sebaliknya spesifisitas pada ternak yang dikawinkan secara alami lebih rendah dari hasil IB. 2. Penggunaan USG sebagai alat diagnosis kebuntingan secara dini dinilai sangat efisien untuk peternakan skala besar yang membutuhkan hasil diagnosa yang cepat dan akurat. DAFTAR PUSTAKA Abdelghafar, R. M., Ibrahim, M. T., Abdelrahim, S. M. dan Ahmed, B. H. 2010. Sensitivity and Specificity of Real-Time Ultrasonography for Pregnancy Diagnosis and Litter Size Determination in Saanen Goats (Capra hircus). College of Veterinary Medicine, Sudan University of Science and Technology. http://sustech.edu/staff_publicatio ns /2012012509070852.pdf. Abdelghafar, R. M., Bakhied, A. O. dan Ahmed, B. H. 2007. B-Mode Real-Time Ultrasonography for Pregnancy Diagnosis and Fetal Number in Saanen Goats. Journal of Animal and Veterinary Advances 6 (5) 702-705. http://docsdrive.com/ pdfs/medwelljournals/javaa/2007/ 702-705.pdf Amer, A. 2008. Determination of First Pregnancy and FoetalMeasuremants in Egyptian Baladi Goats (Capra hircus). VeterineriaItaliana, 44(2), 429-437. http://www.izs.it/vet_italiana/ 2008/44_2/429.pdf.

Barr, F. 1990. Diagnostic Ultrasound in the Dog and Cat. Blackwell Scientific Publications. Oxford. Dawson, L. J. 1999. Pregnancy Diagnosis in Goats. Pages 97-103 in Proc. 14th Ann. Goat Field Day, Langston University, Langston, OK. Flower, W. L. 1999. Real-time Ultrasonography and Pregnancy Diagnosis in Swine. http://jas.fass.org/content/77/e- Suppl/1.38.full.pdf+html?sid=9b6 1df 10-7475-46f5-95b6- aedc76a97fde. Hafez, E.S.E., 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th ed. Lea and Febiger, Philadelphia. Lestari, D. T. 2006. MetodeDeteksiKebuntinganPada TernakSapi. FakultasPeternakanUniversitasPa djadjaran.