PROTO-INDUSTRIALISASI : PROSPEK INDUSTRI PERDESAAN

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PENGEMBANGAN INDUSTRI PERDESAAN GEP OLEH. DRS. AGUS SUTANTO. M.SC

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Sumawinata, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan salah satu pemikir besar ekonomi kerakyatan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga barang kebutuhan sehari-hari dan tidak menutup kemunginan harga bahanbahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Industri dapat

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB VII PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

ANALISIS KINERJA INDUSTRI KETAK, TENUN, DAN GERABAH DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, EFISIENSI DAN KEUNTUNGAN PADA INDUSTRI TEMPE DAN KRIPEK TEMPE KEDELE

PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT IPTEK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian utama masyarakatnya di bidang pertanian. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang. dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2015

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU LOKASI INDUSTRI DI KOTA SEMARANG DAN DAERAH YANG BERBATASAN TUGAS AKHIR. Oleh: FAHRIAL FARID L2D

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur*) Triwulan IV Tahun 2014

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2015

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri mikro, industri kecil, home industry, home production, dan lain

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDUSTRI.

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

11 dengan adannya penyerapan tenaga kerja baik tinngakat nasional maupun daerah. Industri manufaktur dalam menjalankan kegiatan usahanya juga memerluk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Produk Unggulan dan Kriteria Produk Unggulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2016

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur No.14/02/64 Th.XIX 1 Februari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

PENDEKATAN PENGEMBANGAN DAN KEMITRAAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Triwulan III Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Selain itu sektor industri juga merupakan salah satu sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

KAJIAN FENOMENA URBANISME PADA MASYARAKAT KOTA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. diperoleh beberapa kesimpulan penelitian. Kesimpulan berikut ini berusaha

Transkripsi:

BAB III PROTO-INDUSTRIALISASI : PROSPEK INDUSTRI PERDESAAN 3.1 Pendahuluan Industri kecil sangat beragam dan generalisasi untuk menyatakan industri perdesaan ber prospek atau tidak mempunyai prospek perkembangan adalah tidak mungkin. Sejumlah industri mempunyai karakteristik tertentu sehingga dipandang mempunyai prospek untuk menjadi industri kecil yang progresif, sejumlah lainnya berprospek mengalami transformasi struktur usaha menjadi industri yang lebih formal dengan skala yang lebih besar, industri yang lainnya bersifat lambat perkembangannya, dan sejumlah lainnya mengalami stagnasi atau kemunduran. Dengan ilustrasi ini dimaksudkan sebagai jalan masuk untuk mengenali dan membuat tipologi industri yang mempermudah arahan pengembangannya. Untuk memenuhi tujuan tersebut, perlu menurut latar belakang sejarah negara-negara yang sekarang dikategorikan sebagai industri maju dan membandingkan karkateristik industri perdesaan dengan phase perkembangan industri di negara maju tersebut. 3.2 Konsep Proto Industrialisasi Ashwani Saith (1986) dalam bukunya Rural Industrialization : Are The East Asian Successes Transferable. Menegaskan bahwa indusrti kecil dan industrialisasi perdesaan yang sekarang berlangsung di negara berkembang mempunyai kesamaan dengan tahap transisi antara pertanian 'peasant' dengan industri modern yang disebut proto-industrialisasi (lihat juga Saith. 1992). Proto industrialisasi merupakan phase awal industrialisasi di Eropa tengah awal abad 19 yaitu Pre-factory manufacturing. Proto industrialisasi mempunyai ciri yairu adanya ekspansi yang cepat industri yang diorganisasi secara tradisional tetapi berorientasi pasar/ komersial Jenis-jenis industri proto terutama adalah industri kerajinan / handicraft dan pertukangan / artisan sebagai usaha RT yang dikombinasi dengan kegiatan pertanian: Potensi industri ini belum mendorong munculnya sektor perdagangan yang akan menangani aspek pemasaran produk industri. Pada industri ini pemasaran produk juga dilakukan oleh pengrajin. Dengan kata lain perbedaan pengrajin-pedagang tidak muncul pada phase ini. Ciri Lain dari proto industri adalah proses produksi menggunakan

teknologi tradisional, karena itu modal kerja lebih penting. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan modal tetap untuk teknologi tradisional relatif kecil. Untuk mengetahui karakteristik industri perdesaan perlu mengetahui karakteristik pertanian peasant dan indsutri modern. Hal ini penting sebab industri perdesaan disebut sebagai suatu benruk transisi dari pertanian 'peasant' ke industri modern. Dalam pengertian ini industry proto sedang berproses menuju modernisasi usaha. Ada empat elemen utama yang dapat digiinakan untuk membedakan karakteristik pertanian peasant dengan industri modern, yaitu orientasi produksi, organisasi produksi, moda produksi, dan teknologi produksi. Karakteristik petani peasant dan industri modern disajikan dalam tabel berikut. Pada tabel nampak adanya perbedaan nyata antara karakteristik pertanian peasant dengan industri modern. Industri perdesaan berada pada dua karakteristik ini dan diasumsikan sedang berproses menuju industri yang lebih modern. Tabel. 7. Karakteristik Pertanian Pesant Dan Indsutri Modern Unsur Pertanian peasant Industri modern Orientasi Produksi / Production orientation Orientasi ganda : subsisten dan komersial/ Dual orientation Berorientasi komersial Organisasi produksi/ prodution organization Moda produksi / Mode of production Teknologi produfcsi / technology of production Organisasi tradisional berbasis keluarga keluarga, minim spesialisasi kerja Pekerja keluarga dominan, belum terjangkau upah minimu Teknologi tradisional Organisasi formal, terstruktur dengan pembagian dan spesialisasi kerja yang jelas Sepenuhnya pekerja bayaran dengan standard upah minimal Teknologi berbasis otomasi 3.3. Perkembangan dan Kecenderungan Spesialisasi dan organisasi Dalam perkembangannya terjadi peningkatan pembagian (spesialisasi) tenaga kerja. Peningkatan pembagian kerja menunjukkan bahwa dalam aspek organisasi unit usaha terjadi peningkatan menuju ciri industri yang lebih formal.

Spesialisasi dalam tugas ini dipandang akan mendorong efisiensi kerja. Industri manufaktur menurut organisasi internal perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga kategori sebagai berikut : a. sektor usaha perorangan (the individual enterprise sector): dioperasikan sendiri, sehingga sering disebut juga one man management, umumnya skala usahanya kecil, volume penjualan terbatas, investasi kecil, sering berciri musiman, pada umumnya masih merupakan pekerjaan sampingan b. sektor usaha keluarga (the family enterprise sector): perusahaanperusahaan kecil seperti kelompok usaha perorangan, sudah mempekerjakan tenaga kerja tetapi didominasi tenaga kerja keluarga tidak dibayar (tin-paidfamily worker), spesialisasi kerja belum tegas, pekerjaan lebih bersifat reguler, merupakan sumber mata pencaharian utama c. sector usaha korporasi/ berbadan hukum (the corporate enterprise sector) tenaga kerja upahan, gaji dikontrol pemerintah/ serikat kerja, spesifikasi kerjanya jelas, curahan dan waktu jerja terjadwal, produksi masal, dsb Spesialisasi dan klusterisasi Perkembangan lebih jauh lagi terjadi spesialisasi regional. Organisasi spasial ini sejalan dengan pinsip "comparative advantage yaitu dukungan faktorfaktor produksi pada suatu lokasi yang memberikan keuntimgan dan keunggulan industri tersebut dibandingkan dengan industri lain yang tidak memiliki kelebihan faktor produksi tersebut. Pada umumnya prinsip keunggulan komparatif ini terkait dengan ketersediaan sumberdaya, letak lokasi dan dukungan infrastruktur, atau tenaga kerja dan keahlian yang dimiliki. Dengan prinsip ini dapat ditemukan distribusi jenis-jenis industri perdesaan mengalami konsentrasi dan klusterisasi pada lokasi-lokasi tertentu. Proses sentralisasi industri juga berlangsung seiring dengan perkembangan industri. (Hospers dan Muizer.1998). Kondisi yang sama sedang berlangsung pada industri perdesaan di negara berkembang. Di Indonesia terdapat kluster-kluster industri perdesaan sejenis yang menjadi andalan dan identitas daerah. Kluster ini disebut sebagai sentra industri kecil. Sentra industri kecil (SIK) adalah suatu konsep yang merujuk pada kluster industri sejenis yang lokasinya berdekatan satu sama lain dalam suatu lingkup administrasi tertentu sebagai sarana untuk intervensi

pengembangan. Dengan konsep sentra ini dikenal misalnya sentra industri kerajinan kulit, sentra industri tekstil dan tenun, sentra industri kerajinan gerabah, senra industri genting, dan sentra industri pengecoran logam dan seterusnya. Sentra Industri Kecil merupakan salah satu pendekatan pengembangan industri perdesaan berbasis lokasi. Intervensi pengembangan seperti bimbingan, penyuluhan dan training, bantuan modal dan perkreditan, bantuan alat dan unitunit pelayanan teknis, peningkatan manajemen dan mutu usaha, dan lain-lain, dilakukan berdasarkan SIK. Perubahan teknologi Perkembangan dalam spesialisai kerja dan organisasi berlangsung sejalan dengan perubahan teknologi. Jika dalam tahap awal perkembangannya industri perdesaan lebih mengandalkan pada teknologi yang berciri tradisional,.pada perkembangan selanjutnya teknologi lebih meningkat menjadi teknologi madya atau teknologi terapan (apropriate technology). Dalam teknologi terapan telah terjadi penggunaan sistem yang mengarah pada penggunaan amesin dan alat produksi lain yang berciri otomasi. Dalam otomasi ini sumber gerak utama alat atau mesin bukan tenaga manusia atau hewan. Sumber gerak alat dan mesin ini bisa bersal dan listrik atau minyak bumi seperti bensin atau solar. 3.4. Kategorisasi Perkembangan Dalam proses transisional antara karakteristik 'peasant' dengan industri modern tersebut, perkembangan industri kemudian dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu industri yang rnempunyai ciri ;Proto, Inferior, atau Survivor. Pertama, industri yang mempunyai ciri "proto' Adalah kelompok industri yang berkembang dan mengalami perubahan struktur usaha menjadi modern dengan transformasi teknologi, organisasi, dan tenaga kerja Kedua, industri mempunyai ciri "inferior" : Adalah kelompok jenis-jenis industri tertentu yang tersisih dengan adanya ekspansi dan kompetisi dengan industri modern, yang kehilangan permintaan (demand): karena urbanisasi dan perubahan preferensi konsumen terhadap

jenis-jenis produk yang dikonsumsinya Ketiga, industri mempunyai ciri "survivor" : Merupakan kelompok jenis-jenis industri tertentu yang mampu bertahan dengan adopsi alat-alat baru, perubahan dalam sumberdaya dan sumber tenaga, bahan baku, dan melakukan reorientasi kualitas produk.