BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROSEDUR PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERAN BADAN PENASEHATAN, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KUA KECAMATAN CERME DALAM MEMBERIKAN BIMBINGAN PERNIKAHAN CALON MEMPELAI

BAB III TINJAUAN UMUM KUA KEC. LEMBANG KAB. BANDUNG BARAT. Bandung Barat sebelah utara kota Bandung di bawah kaki gunung Tangkuban

Pola tipologi di wilayah penelitian ini didasarkan pasa nilai kriteria terbesar, yakni kriteria yang termasuk variabel Penggunaan Lahan dan Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB III PROFIL DAN PEMBAHASAN. Kantor Urusan Agama (KUA) yang bertempat di Jl. Putting Marga

BAB III PENENTUAN WALI HAKIM DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI. 21 KUA Kecamatan yang ada di Kabupaten Pati, yang

BAB III DESKRIPSI PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN KUA KECAMATAN GRESIK. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Gresik awalnya berdiri di

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB III PERKAWINAN DI BAWAH ANCAMAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS

BAB III AKTA NIKAH DALAM LINTAS HUKUM. A. Akta Nikah dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KEC. SAWAHAN KOTA SURABAYA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Lembaran Informasi untuk Pernikahan di Indonesia/Pernikahan di Jerman

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

SIMULASI PELAKSANAAN AKAD NIKAH

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 477 TAHUN 2004 TENTANG PENCATATAN NIKAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

...Humas Kanwil Kemenag Prov. Jabar

BAB III PENETAPAN DISPENSASI USIA NIKAH MENURUT PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN

BAB III PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 5. Ibid, Pasal 2 ayat (1) 3

BAB III PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM DI KUA KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG. A. Sekilas tentang KUA Kec. Parakan Kab.

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

P E N E T A P A N NOMOR : 0018/Pdt.P/ 2013/PA.Kbm BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM. sah menimbulkan akibat berupa hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PERKAWINAN DAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ADOPSI DI KUA KEC. PRAJURIT KULON KOTA MOJOKERTO

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB III IMPLIKASI HUKUM PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DALAM PERKAWINAN DI KUA KECAMATAN SUKODONO SIDOARJO

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian, mengetahui kondisi yang akan diteliti

BAB III PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN DALAM MASA IDDAH. A. Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Karangpilang Kota Surabaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

SALINAN P U T U S A N Nomor 144/Pdt.G/2011/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB IV ANALISIS PENETAPAN PA SIDOARJO NOMOR. 94/PDT.P/2008/PA.SDA TENTANG PERUBAHAN NAMA SUAMI DALAM PERKAWINAN

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

Pengelolaan Sampah Perumahan di Kawasan Pedesaan Berdasarkan Karakteristik Tipe Perumahan dan Karakteristik Timbulan Sampah di Kabupaten Gresik

BAB IV. (BP4) KUA Kecamatan Cerme Gresik dalam Membimbing Pernikahan. Kementrian Agama yang ditempatkan pada tingkat pemerintah bawah yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB III ALASAN-ALASAN POLIGAMI DI PENGADILAN AGAMA PASURUAN TAHUN 2007

2018, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ten

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013

KABUPATEN BLORA NOMOR : 800/30/2015 TANGGAL : 15 JUNI 2015

PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB IV PENERAPAN SIMKAH ONLINE DI KUA KOTA SURABAYA DALAM PERSPEKTIF PMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH

BAB III GAMBARAN UMUM KUA NGETOS DAN PENOLAKAN PERMOHONAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA NGETOS

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN PENGAJUAN ITSBAT/PENGESAHAN NIKAH

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB III PERKARA WEWENANG MODIN DESA DALAM PROSEDUR PENCATATAN PERKAWINAN DI DESA KEBALANDONO KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II G R E S I K PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 30 TAHUN 1997 TENTANG

BAB III PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN DI KUA KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK

BAB IV PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PONDOK SUGUH KABAPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN AGAMA. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan.

PEDOMAN PRAKTIS BERPERKARA

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian kepustakaan seperti buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, dan lainlain

BAB III KUA KECAMATAN SUKODONO

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012

PROFIL KUA KECAMATAN LEMBURSITU KOTA SUKABUMI 2010

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

PEMERINTAH DAERAH NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB IV. Agama yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Berdasarkan hasil. 1. Menurut Hukum Islam, Pengertian Itsbat Nikah ini berasal dari bahasa

P U T U S A N Nomor : 24/Pdt.G/2009/PA.Gst.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA

BAB III PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN BIAYA NIKAH DI KUA WILYAH GRESIK UTARA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KELAS IA CIMAHI NOMOR 4543/PDT.G/2016/PA.CMI TENTANG PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

INSTRUKSI MENTERI AGAMA R.I. NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENINGKATAN PELAYANAN PERNIKAHAN PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

P U T U S A N. NOMOR XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROSEDUR PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik 1. Sejarah Berdirinya KUA Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik Kantor Urusan Agama Kecamatan Cerme berfungsi untuk membantu pernikahan bagi mereka yang beragama Islam, yang pada saat itu sangat amat sederhana sekali tata laksana perkantoran, karena pada tahun tersebut Indonesia masih zaman penjajahan yang pada saat itu tempatnya berpindahpindah antara lain : a. Bertempat di depan Masjid Jami Darussalam Ds. Cerme Kidul b. Bertempat di rumah BKM di Ds. Cerme Lor dari tahun 1979 sampai tahun 1987. c. Bertempat di Desa Cerme Kidul Jl. Raya Cerme Kidul No. 189 sejak tahun 1987 sampai sekarang (sebagai tanah negara). 2. Keadaan Lingkungan a. Letak Geografis Balai nikah atau Kantor Urusan Agama Kecamatan Cerme menempati tanah negara dan dibangun dengan biaya APBN dengan luas tanah 350 m 2 dengan luas bangunan 135 m 2 yang lokasinya terletak di : 38

39 1) Alamat : Jl. Cerme Kidul No. 189 2) Desa : Cerme Kidul 3) Kecamatan : Cerme 4) Kabupaten : Gresik 5) Propinsi : Jawa Timur 6) Telephon : 0311990129 7) Kode Pos : 61171 Jaraknya ke Kantor Kecamatan Cerme 1 Km, ke Kabupaten Gresik 11 Km, ibu kota Propinsi 20 Km. Batasbatas wilayah kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan Cerme adalah sebagai berikut : 1) Sebelah Utara : Kecamatan Duduk Sampeyan dan Kebomas Kabupaten Gresik 2) Sebelah Timur : Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya 3) Sebelah Selatan : Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik 4) Sebelah Barat : Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik

40 b. Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Pendidikan di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik 1) Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik Tabel 1 Jumlah Pemeluk Agama Tahun 2007 Kode Desa Desa/Kelurahan Islam Katolik Protestan Hindu Budha (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 001 002 003 004 005 006 007 Dadapkuning Ngembung Sukoanyar Morowudi Guranganyar Dampaan Dooro 1.669 2.166 3.454 3.689 2.325 1.330 936 2 8 11 6 5 4 2 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 Lengkong Kandangan Dungus Ngabetan Bettiting Ikeriker Geger Cerme Kidul Pandu Jono Tambakberas Cerme Lor Cagakagung Semampir Kambingan Wedani Gedangkulut Padeg Banjarsari 1.017 4.008 2.709 2.392 3.048 2.149 5.637 1.977 1.760 1.954 3.848 1.815 2.447 2.278 3.769 4.816 2.411 5.831 3 2 16 2 4 4 5 69 1 42 24 25 21 14 7 32 8 3 Jumlah 69.435 33 276 11 Sumber : Mantri Statistik

41 2) Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik Tabel 2 Data Pendidikan Pendudukan Kecamatan Cerme Tahun 2008 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan No Desa/Kelurahan Belum Sekolah TK SD SLP SLA Akademi S1 Pasca Sarjana Tidak Sekolah Jumlah 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Dadapkuning Ngembung Sukoanyar Morowudi Guranganyar Dampaan Dooro Lengkong Kandangan Dungus Ngabetan Bettiting Ikeriker Geger Cerme Kidul Pandu Jono Tambakberas Cerme Lor Cagakagung Semampir Kambingan Wedani Gedangkulut Padeg Banjarsari 55 45 70 89 50 16 41 27 80 89 87 122 56 200 55 40 37 118 61 60 58 88 101 46 195 40 44 58 74 52 35 26 21 66 66 90 124 50 161 37 44 44 98 49 62 56 77 79 42 173 640 1.075 1.841 1.605 1.106 835 484 517 2.106 1.536 1.051 1.005 1.091 1.898 899 730 826 1.376 760 1.173 1.072 2.200 2.562 1.150 2.344 341 397 615 613 480 206 200 200 719 368 428 436 398 906 392 297 253 663 309 379 387 666 833 381 959 282 266 408 656 237 95 109 118 433 288 430 907 291 1.463 294 363 418 943 344 426 307 355 322 383 1.246 16 8 11 26 14 1 0 11 4 6 10 40 5 95 5 6 8 30 2 13 6 13 4 8 38 27 39 63 159 47 10 3 22 57 25 90 127 23 309 10 24 98 197 49 69 45 29 15 53 176 2 2 8 7 3 3 0 1 12 5 9 48 2 77 5 4 7 34 2 6 10 3 7 1\6 53 244 400 533 569 409 152 112 117 664 348 344 493 293 734 338 302 289 518 275 362 390 587 1.076 364 928 1.757 2.271 3.607 3.798 2.398 1.353 985 1.034 4.141 2.831 2.539 3.302 2.211 5.833 2.044 1.810 1.979 3.977 1.901 2.550 2.321 4.018 4.999 2.447 6.112

42 Jumlah 1.886 1.658 21982 11976 11384 370 1785 326 10851 72.218 Sumber : Dinas P dan K c. Jumlah Penduduk Menurut Status Pernikahan No Desa/Kelurahan Tabel 3 Data Penduduk Menurut Status Pernikahan April 2009 Jumlah Penduduk Cerai Belum Kawin Kawin Cerai Mati Jumlah Hidup L P L P L P L P L + P Dadapkuning 391 291 433 450 0 1 7 85 1.658 Lengkong 247 219 244 261 1 0 3 38 1.013 Kandangan 934 724 1.003 1.031 0 3 32 207 3.934 Dooro 229 165 237 251 0 0 8 51 941 Dampaan 292 255 361 366 0 0 8 49 1.331 Ngembung 505 424 537 567 1 2 14 86 2.136 Sukoanyar 827 646 884 907 1 3 26 177 3.471 Gedangkulut 1.122 868 1.230 1.255 0 5 19 294 4.793 Wedani 997 698 974 986 2 3 20 179 3.859 Dungus 620 496 698 737 1 2 26 148 2.728 Guranganyar 500 398 599 624 0 0 13 133 2.267 Kambingan 550 419 541 576 0 1 18 93 2.198 Morowudi 933 669 878 899 0 3 20 153 3.555 Betiting 831 678 811 838 1 0 13 102 3.274 Ngabetan 632 498 609 622 1 2 11 120 2.495 Padeg 539 37 600 642 0 1 15 15 2.319 Ikeriker Geger 538 417 495 508 0 0 15 102 2.075 Semampir 559 470 621 638 0 2 23 94 2.407 Cagakagung 428 359 448 470 2 1 11 85 1.804 Cerme Kidul 1.367 1.212 1.312 1.341 1 0 44 281 5.558 Cerme Lor 940 789 845 873 0 1 26 216 3.690 Pandu 424 393 490 508 1 0 11 95 1.922 Banjarsari 1.456 1.174 1.493 1.516 2 5 37 232 5.915 Tambak beras 439 344 480 486 0 0 11 86 1.846 Ket

43 Jono 383 265 434 439 0 0 12 99 1.632 Jumlah 16.683 13.242 17.257 17.791 14 35 443 5.356 68.821 Sumber : Laporan Bulan April 2009 KUA Cerme d. Daftar Rincian Nikah Tahun 2008 Tabel 4 Daftar Rincian Nikah Tahun 2008 No Desa Nikah 1 Cerme Kidul 3 2 Cerme Lor 59 3 Pandu 48 4 Jono 14 5 Tambak Beras 14 6 Banjarsari 20 7 Padeg 48 8 Gedangkulut 24 9 Semampir 51 10 Wedani 20 11 Kambingan 47 12 Kandangan 31 13 Ngabetan 35 14 Cagakagung 27 15 Ikeriker geger 20 16 Betiting 27 17 Dungus 26 18 Dampaan 10 19 Dooro 9 20 Lengkong 12 21 Dadapkuning 17 22 Guranganyar 21 23 Morowudi 33 24 Ngembung 26 25 Sukoanyar 28 Jumlah 687

44 Sumber : Laporan Bulan April 2009 KUA Cerme 3. Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai a. Struktur Organisasi Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 42 Tahun 2004 pada tanggal 18 Februari 2004, untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Kantor Urusan Agama Kecamatan Cerme memiliki struktur organisasi sebagai berikut : Kepala Drs. Hamdun Nip. 150260582 Petugas Tata Usaha Khusaini HSY Nip. 150198242 Jabatan Fungsional 1. Drs. Hamdun / Nip. 150260582 2. Agus Khayatuddin, S.Ag./Nip. 150281712 b. Jumlah Pegawai Pegawai Kantor Urusan Agama Kecamatan Cerme seluruhnya berjumlah 4 orang, terdiri dari : 1) 1 Orang Kepala 2) 2 Orang Staf

45 3) 1 Orang Sukwan 4. Tugas dan Wewenang KUA Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik Secara umum tugas pokok KUA adalah melaksanakan sebagian tugas Kepala Kantor Urusan Agama kota Semarang dalam bidang agama di tingkat Kecamatan. Sedangkan fungsi KUA adalah melaksanakan secara teknis dari tugas pokoknya yang dideskripsikan dalam rencana program kerja tahunan dan dipertanggungjawabkan kepada atasan dengan memberi petunjuk yang diberikan. 1 Adapun Wewenang KUA secara garis besar adalah: a. Menangani bidang nikah dan rujuk. b. Menangani bidang kemasjidan dan Zakat, Waris, Infak Badan Sosial (zawaibsos). c. Menangani bidang lintas sektoral. d. Menangani bidang pembinaan semi resmi. e. Menangani bidang administrasi umum bidang teknis dan kerja KUA. Dalam bidang sektoral KUA Kecamatan Cerme menangani : a. Administrasi Umum 1) Menerima dan mencatat surat masuk dan keluar. 2) Mendistribusikan surat dengan jelas sesuai dengan disposisi atasan. 3) Menata Arsip KUA. 1 Lihat laporan Tahunan KUA Kecamatan Cerme Tahun 2004 yang disusun dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan program kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan Cerme 2004, h. 4

46 4) Mengetik surat atau naskah. 5) Menata bukubuku perpustakaan kerja. 6) Menyusun file pegawai. 7) Mencatat kegiatan jadwal kepala KUA. 8) Mengatur dan menyalurkan tamutamu KUA. 9) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala KUA b. Zawaibsos 1) Menyiapkan bahan bimbingan zakat, wakaf dan Ibsos. 2) Menginvetarisasikan tanah wakaf, wakif dan nadzir. 3) Menginvetarisasikan data kegiatan ibadah sosial. 4) Memberikan bimbingan dan penyuluhan pelaksanaan zawaibsos. 5) Mengikuti perkembangan zawaibsos (statistik) termasuk membentuk bazis di tingkat kecamatan dan sosialisasinya. 6) Meneliti berkas fisik usul persertifikatan tanah wakaf. 7) Membukukan pencatatan tanah wakaf yang sudah selesai disertifikatkan. 8) Melaporkan pelaksanaan tugas KUA atasan c. Kemasjidan 1) Menyiapkan bahan bimbingan kemasjidan. 2) Menginvertarisasi jumlah dan perkembangan masjid dan langgar serta (surau) musholla.

47 3) Mempelajari dan meneliti berkas permohonan bantuan kepada masjid musholla serta langgar. 4) Mengikuti perkembangan pelaksanaan pembangunan tempat ibadah serta penyiaran agama. 5) Menerima, membukukan dan mengeluarkan serta mempertanggung jawabkan keuangan kepada kepala KUA. 6) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala KUA Sedangkan Bidang Lintas Sektoral Fisik KUA Cerme adalah: a. Bekerjasama dengan instansi lain dalam pelaksanaan tugas KUA. b. Membantu perolehan data yang dibutuhkan instansi lain. c. Memenuhi permintaan dalam pelaksanaan program instansi lain yang erat dengan bidang tugas KUA. d. Ikut berpartisipasi dalam koordinasi dinasdinas di tingkat kecamatan. Bidang pembinaan bidang semi resmi KUA Kecamatan Cerme : a. Badan penasehat, pembinaan pelestarian pernikahan: 1) Menyelenggarakan penasehat dan konsultasi pernikahan. 2) Pembinaan Organisasi dan administrasi BP4. 3) Menyiapkan badan bimbingan pelaksanaan pernikahan dan bimbingan calon pengantin b. Pembinaan dan Pengamalan Agama : 1) Menyelenggarakan penataran penyuluhan Agama Islam. 2) Pembinaan organisasi dan administrasi P2A.

48 3) Bantuan kepada lembaga swadaya masyarakat keagamaan Islam B. Prosedur Pencatatan Nikah di KUA Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik Menurut Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Bab II Pasal 2 dijelaskan bahwa pencatat pernikahan dari yang beragama Islam dilakukan oleh pegawai pencatat yang ada di KUA, sedangkan pencatatan pernikahan selain agama Islam dilakukan oleh pegawai pencatat pernikahan pada kantor catatan sipil. Ketentuanketentuan hukum yang mengatur tentang pencatatan nikah hanyalah syarat administratif saja. Artinya, pernikahan tetap sah, karena standar sah atau tidaknya pernikahan ditentukan oleh normanorma agama dari pihakpihak yang melangsungkan pernikahan. Pencatatan pernikahan diatur karena tanpa pencatatan, suatu pernikahan tidak mempunyai kekuatan hukum. 2 Selain itu, pencatatan pernikahan juga memiliki cakupan manfaat yang sangat besar, yaitu menanggulangi agar tidak terjadi kekurangan atau penyimpangan rukun dan syaratsyarat pernikahan, baik menurut hukum agama dan kepercayaannya, maupun menurut perundangundangan. 2 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, h. 110

49 Tentang cara melakukan pencatatan diatur dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 9, dan juga Pasal 11 Peraturan Pelaksanaan, yang meliputi tahaptahap pemberitahuan, penelitian, pengumuman, dan pencatatan. 3 1. Pemberitahuan nikah Yang dimaksud dengan pemberitahuan adalah pemberitahuan seseorang yang akan melangsungkan pernikahan pada pegawai pencatat pernikahan, baik itu secara lisan oleh calon mempelai, wali, atau orang tua, sedangkan jika secara tertulis harus dengan suatu kuasa khusus. Pemberitahuan ini harus sudah disampaikan selambatlambatnya 10 hari kerja sebelum pernikahan itu akan dilangsungkan. Dalam memberitahukan tentang maksud untuk melangsungkan pernikahan itu, harus dinyatakan pula tentang nama, umur, agama atau kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman kedua calon mempelai. Dalam hal salah seorang atau kedua calon mempelai pernah kawin, harus disebutkan juga nama suami atau istri terdahulu. Khusus bagi yang beragama Islam harus diberitahukan tentang wali nikah. 2. Penelitian Setelah pegawai pencatat nikah menerima pemberitahuan seperti uraian di atas, ia harus mengadakan penelitian, terutama tentang syaratsyarat dan halanganhalangan untuk melangsungkan pernikahan seperti yang diatur 3 K. Wantjik Saleh, Hukum Pernikahan Indonesia, h. 18

50 oleh undangundang pernikahan. Apabila ditemukan suatu halangan atau belum dipenuhinya suatu syarat untuk melangsungkan pernikahan, pegawai pencatat nikah harus segera memberitahukan hal itu kepada yang bersangkutan. 3. Pengumuman Apabila semua ketentuan tentang pemberitahuan dan telah dilakukan penelitian, ternyata tidak ada suatu halangan serta syaratsyarat untuk melangsungkan pernikahan cukup meyakinkan, maka pegawai pencatat nikah mengadakan pengumuman tentang pemberitahuan untuk melangsungkan pernikahan yang berisi tentang kapan, siapa, dan dimana pernikahan itu akan dilangsungkan. Pengumuman ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada umum untuk mengetahui dan mengajukan keberatankeberatan bagi dilangsungkannya suatu pernikahan bila ternyata terdapat pertentangan dengan hukum agamanya dan kepercayaanya atau bertentangan dengan peraturan perundangundangan lainnya. 4. Pencatatan Pernikahan dianggap telah tercatat secara resmi apabila akta pernikahan telah ditanda tangani oleh kedua mempelai, dua orang saksi, pegawai pencatat, dan khusus untuk yang beragama Islam, juga wali nikah atau yang mewakilinya. Penanda tanganan ini dilakukan sesaat sesudah

51 dilangsungkan upacara pernikahan, yaitu sesudah pengucapan akad nikah bagi yang beragama Islam. Untuk prosedur pencatatan nikah yang dilakukan oleh KUA Cerme, PPN KUA mengacu pada prosedur pencatatan nikah menurut KMA No. 477 Tahun 2004 yang memuat tiga poin, yaitu: 1. Pemberitahuan nikah 2. Pemeriksaan nikah 3. Akad nikah Meskipun prosedur pencatatan nikah yang terdapat pada peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1975 Bab II berlainan dengan prosedur pencatatan nikah menurut KMA No. 477 Tahun 2004 yang dijadikan pedoman oleh PPN KUA Cerme, namun kedua prosedur itu memuat alur pencatatan nikah yang sama baik mulai dari pemberitahuan, pemeriksaan, dan pelaksanaan akad nikah. Akan tetapi ada satu kelebihan khusus yang dimiliki oleh prosedur pencatatan nikah yang dianut KUA Cerme, yaitu adanya kewajiban bagi calon mempelai (dalam point pemeriksaan nikah) untuk men gikuti kursus calon pengantin yang diadakan oleh BP4 setempat. Selain itu, apabila calon pengantin meminta akad nikah dilangsungkan KUA, maka dengan persetujuan penghulu, permintaan itu dapat dipenuhi. Gambaran lebih jelas tentang pencatatan nikah di KUA Cerme dapat dilihat pada skema prosedur pencatatan nikah berikut ini.

52 SKEMA PROSEDUR PENCATATAN NIKAH BP4 7 6 5 Kandepag Kabupaten 4 Pos/Bank 3 Calon Pengantin Keterangan : 1 KUA 2 8 Rumah Kades 1. Pemberitahuan kehendak nikah 2. Calon pengantin mengisi formulir dan ditanda tangani Kepala Desa (Kades) 3. Calon pengantin membayar biaya pencatatan nikah ke Kantor Pos/Bank 4. Calon pengantin ke Kandepag Kabupaten untuk menyetor lembar 5 Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) 5. Calon pengantin ke KUA untuk rafak dan menyerahkan lembar 6 (SSBP) 6. Calon pengantin ke BP4 untuk Succatin (kursus calon pengantin) 7. Calon pengantin akad nikah di KUA 8. Mempelai pulang ke rumah dengan akta nikah

53 C. Proses Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di KUA Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik Berdasarkan hasil penelitian yang ada di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, bahwa proses pernikahan wanita hamil di luar nikah sebagaimana yang menjadi pokok dari pembahasan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut. Sebagaimana layaknya atau pada umumnya seseorang yang akan melangsungkan sebuah pernikahan, mereka diharuskan untuk memberitahukan kepada Petugas Pencatat Nikah (PPN) setempat seperti yang tercantumkan p ada prosedur pencatatan nikah dengan model N7 menurut KMA No. 477 Tahun 2004 tentang pemberitahuan nikah point pertama yaitu : Orang yang hendak menikah memberitahukan kehendaknya kepada penghulu yang mewilayai tempat pelaksanaan akad nikah. Dimana pemberitahuan kehendak untuk melangsungkan pernikahan itu dilakukan secara tertulis yang diketahui oleh wali atau wakilnya. Pemberitahuan yang disampaikan kepada penghulu atau pejabat PPA ini selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan terhadap calon suami, calon istri dan wali nikah tentang halangan pernikahan. Dalam pernikahan ini juga akan meneliti tentang kelengkapan syarat pernikahan diantaranya kutipan akte kelahiran, surat keterangan untuk menikah, surat keterangan orang tua atau wali dan yang

54 terpenting adalah persetujuan kedua calon mempelai (model N1, N2, N4, dan N5 bagi calon pengantin yang kurang dari 21 tahun). Pada proses pemeriksaan nikah inilah kadang penghulu mengetahui bahwa pihak calon mempelai istri yang akan melangsungkan pernikahan sedang dalam keadaan hamil di luar nikah. Meskipun pihak kedua mempelai memilih untuk menyembunyikan aib ini (hamil sebelum menikah), pihak penghulu yang diberikan wewenang untuk melangsungkan pernikahan berhak untuk menanyakan kebenaran adanya berita tentang hamil di luar nikah. Menurut Kepala KUA, Drs. Hamdun, apabila diketahui bahwa calon mempelai yang akan melangsungkan pernikahan itu dalam keadaan hamil di luar nikah, maka pemeriksaan nikah akan dilakukan secara tertutup, yaitu antara calon mempelai suami, calon mempelai istri dan kepala KUA. Dalam pemeriksaan ini, menurut beliau kedua calon mempelai akan diminta pengakuan bahwa anak yang sedang dikandung oleh pihak calon mempelai istri adalah benar anak hasil hubungan dia dengan calon mempelai suami dan bukan anak hasil hubungan dengan pria lain. Pengakuan ini kemudian dituangkan dalam sebuah pernyataan bermaterai 6.000 atas nama kedua calon mempelai. 4 Drs. Hamdun mengatakan bahwa : Pada dasarnya proses pernikahan yang dilakukan oleh calon mempelai yang hamil di luar nikah atau tidak itu melalui prosedur yang sama, tidak ada perbedaan. Hanya saja, sebagai ikhtiya>t} 4 Wawancara dengan Kepala KUA pada tanggal 20 Mei 2009

55 (kehatihatian) saya, maka saya mengambil jalan dengan membuat surat pernyataan yang berisi tentang pengakuan kedua calon mempelai. Hal ini saya jadikan pegangan apabila suatu saat nanti terjadi pengingkaran dari salah satu pihak tentang kehamilannya, karena pada prinsipnya KHI membolehkan wanita hamil di luar nikah menikah dengan lakilaki yang menyebabkan kehamilannya. Meskipun demikian, ada atau tidak adanya surat pernyataan itu tidak menghalangi petugas KUA untuk melaksanakan pencatatan pernikahan. Menurut Kepala KUA, meskipun sekarang sudah ada teknologi canggih untuk mengetahui identitas janin seperti tes DNA, namun cara ini dinilai terlalu mahal dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, dikhawatirkan jabang bayi yang ada dalam rahim semakin membesar. Hal ini dalam rangka menjamin kepastian hukum atas anak yang dilahirkan dari hubungan di luar nikah. 5 Pada saat dikonfirmasi mengenai tanggapan beliau terhadap pernikahan wanita hamil di luar nikah, beliau secara pribadi menyatakan sangat kecewa dan menyesal. Namun di sisi lain sebagai kepala KUA beliau harus mengambil suatu tindakan atau jalan keluar untuk mengatasi suatu masalah, dan jalan keluar yang akan ditempuh oleh KUA yang satu dengan yang lain pasti berbedabeda. Dalam hal ini (surat pernyataan pengaku an calon mempelai) adalah cara efektif yang harus dilakukan oleh PPN, dengan dasar apa yang ditempuh itu tidak bertentangan dengan aturan yang ada, baik aturan agama maupun aturan negara. 5 Wawancara dengan Kepala KUA pada tanggal 20 Mei 2009

56 Berdasarkan keterangan Kepala KUA, maka dapat diketahui bahwa proses pelaksanaan pernikahan wanita hamil di luar nikah adalah sebagai berikut: 1. Adanya pemberitahuan nikah dari calon mempelai/walinya/orang yang mewakili. 2. Dalam pemeriksaan nikah, kedua calon mempelai mengakui bahwa calon pihak mempelai istri dalam keadaan hamil. 3. Calon mempelai membuat pernyataan di hadapan Kepala KUA bermateraikan 6.000 (enam ribu rupiah), Bahwa benar si A sudah hamil dan yang menyebabkan kehamilannya adalah si B.