BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena dalam berwirausaha kreativitas, inovasi dan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D

BAB 1 PENDAHULUAN. 240,559 juta penduduk Indonesia jumlah daftar angkatan kerja mencapai 116

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN KONSEPSI DASAR KEWIRAUSAHAAN. 02Fakultas FASILKOM. Program Studi SISTEM INFORMASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI ADVERTISING AND MARKETING COMMUNICATIONS FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah Pengangguran di Indonesia masih belum bisa diatasi oleh

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi untuk kehidupan di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Semarang,

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses atau

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak jiwa(badan Pusat

BAB I PENDAHULUAN I.1

bermunculan lah pengusaha-pengusaha risol baru yang menjadi pesaing dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah menyusun

MAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. informal ini menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistemis-empiris antara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan yang ketat antar Negara. Dalam persaingan global yang semakin terbuka saat ini memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi. Pada akhir tahun 2015 Indonesia akan mulai memasuki persaingan bebas antar Negara-negara anggota ASEAN yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi masyarakat Indonesia untuk mampu bersaing dengan menonjolkan sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia yang berkualitas, dan mampu untuk menciptakan keunggulan baik secara komparatif maupun keunggulan kompetitif. Banyaknya pengangguran di Indonesia masih menjadi sorotan permasalahan yang ada. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 6,18% meningkat dibandingkan dengan periode Agustus 2014 sebanyak 5,94%. Pada fenomena krisis ekonomi yang terjadi saat ini, berwirausaha merupakan salah satu peran penting untuk ikut serta dalam pembangunan perekonomian di Indonesia dan wirausaha menjadi pilihan dan solusi yang tepat dalam membuka kesempatan kerja, sehingga hal itu merupakan salah satu upaya dalam menekan tingginya angka pengangguran di Indonesia. 1

2 McClelland (dalam Frinces, 2010, h.36) berpendapat bahwa suatu bangsa akan maju dan sejahtera apabila minimal 2% jumlah penduduknya adalah wirausaha. Jika melihat Indonesia, jumlah penduduk di tahun 2014 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah sebesar 252,20 juta jiwa, maka 2% dari penduduknya berarti dibutuhkan 5 juta wirausaha. Berdasarkan berita harian Primus (Rabu, 30 Maret 2016), jumlah pelaku wirausaha di Indonesia hingga kini masih belum mencapai angka ideal yaitu dua persen dari jumlah penduduk Indonesia. Data dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan bahwa Indonesia baru memiliki 1,65% pelaku wirausaha dari total penduduk 250 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah yang dimiliki Indonesia masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan tiga negara di kawasan Asia Tenggara yaitu Singapura sebesar 7%, Malaysia sebesar 5%, dan Thailand sebesar 3% dari total jumlah penduduk masing-masing, untuk itu Indonesia perlu berusaha ekstra jika ingin sejajar dengan Negara-negara maju lainnya. Secara umum sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki sikap yang takut untuk mengambil risiko menjadi seorang wirausahawan, mereka berpikir bahwa menjadi pegawai lebih menguntungkan karena dianggap tidak berisiko. Berdasarkan berita harian Nasution (Selasa, 8 Maret, 2016) tim Global Entrepreneurship Monitoring (GEM) melakukan penelitian selama enam bulan dengan mengacu pada data perekonomian 2013-2014,

3 diketahui bahwa aspirasi wirausaha (entrepreneurial aspirations) masyarakat Indonesia cukup rendah dengan persentase 21,9% atau di bawah Negara Taiwan, Sigapura, dan China. Rendahnya aspirasi berwirausaha ditandai dengan keengganan melangkah lebih maju dalam menjalankan usaha, misalnya tidak berminat memperluas cakupan usaha, enggan menambah tenaga kerja, serta malas berinovasi. Indonesia memiliki sektor usaha formal dan informal. Sektor formal sebagai pelaku kegiatan ekonomi merupakan sektor pekerjaan yang di dalamnya menuntut tingkat keterampilan yang tinggi, permasalahan yang terjadi saat ini adalah sektor formal tidak mampu menampung tingginya tingkat pengangguran yang ada di Indonesia, sehingga banyak masyarakat yang beralih pada sektor informal yang tidak menuntut banyak keahlian dan pendidikan yang memadai. Berdasarkan berita harian Glienmourinsie (Rabu, 4 Mei 2016) menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa banyak para pekerja formal yang berpindah alih ke sektor informal, hal ini membuat sektor informal meningkat dari 57,94% pada Februari 2015 menjadi 58,28% di Februari 2016. Sektor usaha informal sebagai pelaku ekonomi mempunyai peranan cukup besar terhadap perkembangan kehidupan ekonomi nasional, karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membantu menyediakan lapangan pekerjaan, menambah pendapatan daerah melalui retribusi daerah, dan memudahkan konsumen dalam melakukan pembelian sesuai selera dan daya beli konsumen. Salah

4 satu pelaku usaha dalam bentuk sektor ekonomi informal adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah orang yang melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok dengan perlengkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang, dan menggunakan lahan fasilitas umum seperti pinggir-pinggir jalan umum, trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki (pedestrian) sebagai tempat usaha. Permadi (2007, h.4-5) berpendapat bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pedagang yang berjualan tetapi tidak mempunyai kios atau toko, dan kebanyakan PKL memilih berjualan di tempat keramaian. Setiap tahunnya jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) terus bertambah. Tembalang merupakan salah satu kawasan di Kota Semarang yang mengalami pertumbuhan perdagangan sektor informal yang cenderung pesat, karena letaknya yang strategis dekat dengan kawasan pendidikan. Keberadaan PKL di kawasan pendidikan Tembalang ini memudahkan konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menawarkan harga yang lebih murah, dan keberadaannya tidak jauh dari tempat biasa konsumen beraktivitas. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat akumulasi kunjungan setiap harinya. Tumbuhnya para pelaku usaha ini memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian nasional. Kemampuan para pedagang tersebut untuk bertahan dalam dunia usaha yang begitu kompetitif menimbulkan perilaku kewirausahaan.

5 Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, melainkan akibat dari adanya rangsangan (stimulus), baik dalam dirinya (internal) maupun dari luar individu (eksternal). Pada hakekatnya perilaku individu mencangkup perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior atau covert behavior). Sunaryo (2004, h.3) menjelaskan perilaku sebagai aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Dirlanudin (dalam Fauzah, 2013, h.10) menjelaskan bahwa perilaku menunjukkan pola tindakan yang diperlihatkan seseorang dan merupakan hasil kombinasi dari pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Perubahan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh internal seseorang dan faktor lingkungan. Yuliandini (dalam Fauzah 2013, h.10) menjelaskan bahwa perilaku kewirausahaan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi dan bisnis yang polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu inovasi, kepemimpinan, akumulasi modal, manajerial dan keberanian menanggung risiko. Pendidikan, pengalaman usaha, motivasi, dan lokasi usaha berpengaruh terhadap perilaku wirausaha pedagang. Lebih lanjut Zimmerer (dalam Suryana, 2014, h.5) menjelaskan bahwa kewirausahaan merupakan proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan mencari peluang yang dihadapi setiap orang dalam setiap hari. Dalam buku kewirausahaan kiat dan proses menuju sukses Suryana (2014, h.43) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir yang baru dan

6 berbeda, sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk bertindak yang baru dan berbeda. Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh kepribadian yang dimiliki oleh seseorang, pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Hawkins dan Turla (dalam Suryana, 2014, h.47) yang mengatakan bahwa kepribadian dapat diamati dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan kemauan yang kuat. Kepribadian merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan seseorang menjalankan usahanya, hal ini ditentukan oleh perilaku kewirausahaan. Dalam dunia usaha dibutuhkan karakter dan kepribadian tertentu sebagai prediktor untuk kuat dan dapat bersaing dalam berbagai situasi. Pendapat yang sama disampaikan oleh Setyorini (2013, h.7) yang mengatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam menjalankan usahanya ditentukan oleh faktor dari dalam diri wirausaha tersebut. Kepribadian wirausaha merupakan faktor utama sedangkan faktor-faktor lain merupakan pendukung yang antara lain adalah kemampuan, teknologi, dan faktor lain. McClelland (dalam Waluyo dan Adi, 2013, h.2) menambahkan bahwa kepribadian menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan. Kepribadian proaktif mendukung perilaku wirausaha, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bateman dan Crant (dalam Crant, 1996, h.3) menyatakan bahwa kepribadian proaktif mendukung perilaku wirausaha, karena kepribadian proaktif dimiliki

7 oleh orang-orang yang mampu mempengaruhi lingkungan mereka. Orang dengan kepribadian proaktif cenderung tekun, sehingga mereka berhasil melakukan perubahan yang berarti. Crant (2000, h.437) menjelaskan orang dengan kepribadian proaktif akan aktif mencari informasi untuk meningkatkan suatu hal. Crant (2000, h.436) juga berpendapat bahwa kepribadian proaktif tercermin dari perilakunya dalam mengambil inisiatif atau membuat hal-hal baru untuk meningkatkan keadaannya saat ini. Bateman dan Crant (1999, h.2) menjelaskan bahwa kaitannya dengan wirausaha, untuk menjadi kepribadian proaktif adalah mengambil inisiatif dalam meningkatkan bisnis, terlibat dalam menciptakan perubahan dan kemampuan beradaptasi terhadap masa depan. Sedangkan, orang yang tidak memiliki kepribadian proaktif cenderung pasif, hanya duduk diam membiarkan orang lain menciptakan hal-hal baru. Penelitian yang dilakukan oleh Waluyo dan Adi (2013, h.6) menemukan bahwa kepribadian proaktif sangat mendukung perilaku wirausaha, karena kepribadian proaktif berhubungan positif dengan inovasi dalam pekerjaan, berkonsentrasi pada solusi, bekerja untuk mengembangkan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Selain itu kepribadian proaktif dapat melakukan pendekatan yang aktif terhadap pekerjaan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Pedagang Kaki Lima yang berlokasi di Kelurahan Tembalang Kota Semarang. Peneliti melakukan survei awal pada tanggal 8 Januari 2016 kepada 10

8 pedagang yang ada di sana. Semua pedagang yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka memiliki keyakinan terhadap potensi diri yang dimiliki untuk mempertahankan usaha mereka. Tanggung jawab yang besar dan kemauan untuk belajar dari kegagalan juga mereka yakini sebagai modal untuk terus berjuang di tengah krisis ekonomi yang terjadi saat ini. Semua pedagang mengatakan tidak takut menghadapi pesaing, mereka memiliki keyakinan bahwa rejeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Kemudian, mereka mengatakan hambatan yang dialami adalah ketika petugas Satpol PP datang untuk menertibkan jalan. Selain itu sepinya pembeli ketika hari libur mahasiswa, khususnya Mahasiswa UNDIP. Hal ini mempengaruhi hasil pendapatan mereka yang cenderung meningkat ketika hari biasa mahasiswa aktif kuliah. Dalam kaitannya dengan dunia usaha, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa gejala rendahnya tingkat perilaku kewirausahaan pada enam dari 10 pedagang yang ada di sana. Pedagang mengatakan masih belum mempunyai niat untuk melakukan inovasi terhadap usahanya, karena pedagang masih merasa nyaman dengan apa yang dijalaninya saat ini. Pedagang cenderung merasa santai dalam menjalani hidup dan kurang menyukai tantangan. Padahal, dalam dunia usaha dibutuhkan seseorang yang menyukai tantangan dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit diprediksi.

9 Menjadi seorang wirausaha yang sukses dibutuhkan kerja keras untuk dapat menemukan peluang bisnis dalam mempertahankan usahanya. Tetapi berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pedagang mengaku sulit melihat peluang untuk dapat mengembangkan usahanya. Selain itu mereka juga mengatakan bahwa terkadang masih merasa bingung dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan untuk menghadapi persoalan yang dihadapinya. Kemudian, empat dari 10 pedagang mengatakan bahwa mereka mempunyai visi dan misi kedepan yang harus dilakukan dengan melihat peluang yang ada untuk bertindak dan membawa perubahan di lingkungan sekitarnya. Ketekunan dan kegigihan mereka yakini sebagai kunci untuk menjadi pedagang yang sukses. Hal ini mencerminkan pedagang memiliki kepribadian proaktif yaitu sikap yang suka mencari peluang, tekun, dan aktif dalam menciptakan perubahan positif untuk dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin meneliti perilaku kewirausahaan ditinjau dari kepribadian proaktif pada Pedagang Kaki Lima (PKL). B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara Kepribadian Proaktif dengan Perilaku

10 Kewirausahaan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kelurahan Tembalang, Kota Semarang. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi pengembangan pengetahuan pada bidang ilmu psikologi, khususnya di bidang Psikologi Industri dan Organisasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pengembangan kewirausahaan khususnya dalam hubungan Kepribadian Proaktif.