BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Frankfurt. Para tokoh Mazhab Frankfurt generasi pertama terjebak dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Jürgen Habermas dalam bukunya Faktizitat und Geltung mengungkapkan

BAB V PENUTUP. d. klaim komprehensibilitas (comprehensibility). Dalam masyarakat tentunya seperti hubungan-hubungan yang telah

BAB II. Tinjauan Pustaka

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB VI PENUTUP. dapat mendorong proses penganggaran khususnya APBD Kota Padang tahun

Bab IV. Kesimpulan dan Saran. 1. Kesimpulan

JURGEN HABERMAS: TEORI KRITIS DENGAN PARADIGMA KOMUNIKASI

MENEMPATKAN SKENARIO MASA DEPAN ANEUK DAN PEMUDA ATJEH TAHUN 2018 DALAM RUANG PUBLIK ACEH

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

CRITICAL THEORIES Bagian III

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

HAK PUBLIK MEMPEROLEH INFORMASI DAN KEBEBASAN PERS Oleh Ashadi Siregar

DINAMIKA KELOMPOK. M. Syahidul Haq,M.Pd

Pengetahuan dan Kebenaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA

"Ojo Dumeh" Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa. Ivanovich Agusta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini,

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

Agama, Modernisasi, dan Teori Kritis: Sebuah Potret Pertautan

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 5 PENUTUP. mendeliberasikan ide-ide mengenai perlindungan terhadap hak publik adalah ruang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

Majalah Ilmiah DIAN ILMU Vol. 13 No. 1 Oktober

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

Asyiknya Belajar Ilmu Politik. oleh: Nurul Arifin, M.Si

DEMOKRASI. Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, Kratos berarti pemerintahan.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan tetapi komunikasi dijadikan instrumen kekuasaan, alat mendominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

AKTUALISASI NILAI PANCASILA

ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

BAB VII PENUTUP. perekonomian yang cukup tinggi serta akan menjadikan Bali sebagai salah satu

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

PARADIGMA PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MENYONGSONG PERUBAHAN KURIKULUM PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Oleh: SAPARUDDIN

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: harga tanah. Lembaga pertanahan berkewajiban untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

UNIVERSALISME DAN RELATIVISME BUDAYA DALAM HAK ASASI MANUSIA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

Penutup BAB Kesimpulan

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

APLIKASI ETIKA DISKURSUS BAGI DIALOG INTERRELIGIUS 1

Denis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

FILSAFAT PENDIDIKAN. Dosen: Rukiyati, M. Hum Jurusan FSP-FIP UNY Telp

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Sebagai Upaya Reduksi Gejala Gangguan Kamtibmas

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR

I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB I PENDAHULUAN. itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal

5 Contoh Sikap dan Perbuatan yang Mencerminkan Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup sebagai Pengamalan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran Capaian Pembelajaran Masing-Masing Mata Kuliah Wajib Umum (Disusun oleh Tim Pengembang Kurikulum MKWU, Kemenristekdikti)

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si

PEMBAHASAN SECARA ILMIAH (PUDJOWIYATNO)

BAB V PENUTUP. yaitu tentang pengaruh prestasi belajar Pendidikan Agama Islam terhadap

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

TEORI EKONOMI POLITIK (2)

Berpikir Kritis (Critical Thinking)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

BAB VI REALISASI PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan paradigma barunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: DEMOKRASI. Syahlan A. Sume. Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN.

Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,

Transkripsi:

BAB V

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Pemikiran-pemikiran Habermas merupakan sebuah ide pembaharuan atas kebuntuan berpikir yang dialami oleh para pendahulunya dalam Mazhab Frankfurt. Para tokoh Mazhab Frankfurt generasi pertama terjebak dalam perangkap filsafat kesadaran yang ditandai dengan klaim monologis terhadap objek kritiknya. Dalam upaya mencari sebuah solusi yang dihadapi oleh para pendahulunya, Habermas menawarkan sebuah paradigma baru dalam memandang epistemologi subjektivitas, yaitu paradigma teori komunikasi. Dalam paradigma teori komunikatif, subjektivitas tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang terisolasi dalam dirinya sendiri melainkan subjektivitas lebih dipahami sebagai hasil dari proses komunikasi intersubjektif. Teori tindakan komunikatif merupakan sebuah teori yang menjadi landasan bagi teori diskursus. Jika dalam tindakan komunikatif para peserta diskursus tidak mempermasalahkan klaim-klaim validitas yang berasal dari duniakehidupan, dalam diskursus klaim-klaim kesahihan dipersoalkan kembali. Teori diskursus merupakan sebuah teori yang dikembangkan dari teori tindakan komunikatif namun dengan menggunakan sarana lain yaitu argumentasi. Menurut Habermas, teori diskursus tidak menawarkan suatu ide substantif apapun namun hanya menekankan sebuah prosedur untuk mencapai kesahihan sebuah norma. Ide 71

dasar dari teori diskursus mengacu pada proses legitimasi penetapan norma-norma melalui sebuah mekanisme/prosedur pengujian secara diskursif yang menekankan prinsip intersubjektivitas. Terdapat tiga unsur penting dalam teori diskursus. Ketiga hal tersebut harus dipenuhi untuk mencapai validitas norma-norma moral. Ketiga unsur tersebut, yaitu: 1) Norma harus disepakati dalam diskursus publik. 2) Diskursus memenuhi syarat-syarat kondisi ideal. 3) Kesepakatan didukung oleh argumentasi rasional yang mengekspresikan kepentingan universal. (Prinsip etika diskursus [ D ] dan prinsip universalisme [ U ]). Konsep ruang publik merupakan sebuah konsep yang dikembangkan oleh Habermas guna mengaplikasikan teori diskursus ke dalam politik praksis. Ruang publik merupakan wadah sosialitas informal yang terletak di antara masyarakat sipil dan negara atau pemerintah. Dalam kaitannya dengan teori diskursus, ruang publik adalah ruang di mana subyek berpartisipasi secara setara dalam diskusi rasional untuk mengejar kebenaran dan kebaikan bersama Permasalahan dalam negara demokrasi modern yang dicermati oleh Habermas adalah penetapan norma-norma yang bernada kontroversial dan kebijakan-kebijakan yang hanya ditujukan untuk kepentingan pihak tertentu. Terlebih lagi dalam penetapan norma dan kebijakan tersebut, pihak-pihak yang terkait tidak diikutsertakan dalam diskursus. Bagi Habermas, norma-norma dan 72

kebijakan-kebijakan yang dihasilkan melalui proses semacam itu tidak dapat dinilai legitim karena terdapat defisit dalam proses legitimasinya. Hal yang ingin ditawarkan Habermas melalui teori diskursus adalah pencapaian sebuah konsensus rasional tentang produk-produk legal formal melalui sebuah proses pengujian intersubjektif. Konsensus yang dihasilkan secara bersama-sama dalam diskursus rasional akan mengikat seluruh peserta. Konsensus tersebut juga memiliki legitimasi yang kuat karena prosesnya melibatkan banyak pihak, didasarkan pada kekuatan argumentasi terbaik, dan dihasilkan melalui proses pengujian diskursif. Dalam konteks demokrasi di Indonesia, diskursus identik dengan kearifan lokal yang telah dimiliki bangsa Indonesia, yaitu musyawarah mufakat. Namun praktek musyawarah mufakat sendiri belum diterapkan dengan baik dalam dinamika kehidupan real politik di Indonesia. Hal itu disebabkan pengambilan kebijakan-kebijakan terkait kehidupan publik tidak dilalui dalam sebuah proses diskursus yang melibatkan pihak-pihak terkait. Terlebih lagi, dinding-dinding parlemen sengaja dibuat kedap suara terhadap kepentingan rakyat. Malah tak jarang, norma-norma dan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan cenderung tendensius bagi golongan-golongan tertentu, terutama golongan pemilik modal. Dalam situasi demokrasi semacam ini, teori diskursus dapat memberikan sebuah solusi melalui mekanisme atau prosedur penetapan norma secara intersubjektif. Dengan demikian, teori diskursus juga dapat digunakan sebagai media kontrol sosial masyarakat terhadap pemerintah. 73

5.2 SARAN Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Habermas secara seksama, penulis hendak mengajukan beberapa hal yang menjadi saran, yaitu: 1. Penetapan produk-produk legal formal dalam negara demokrasi hendaknya dicapai melalui sebuah mekanisme pengujian diskursif yang melibatkan pihak-pihak terkait. Dengan demikian, konsensus yang dihasilkan memiliki unsur legitimasi yang kuat karena konsensus yang dihasilkan bertumpu pada kekuatan argumentasi terbaik dan dilakukan secara intersubjektif. 2. Pendidikan politik bagi warga negara harus lebih ditingkatkan. Secara khusus makna politik harus dijernihkan dari stigma-stigma negatif, contohnya bahwa politik itu kotor, kejam, dll. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang lebih menyadari bahwa arti politik yang sebenarnya merupakan keterlibatan aktif warga masyarakat dalam usaha membangun kesejahteraan bersama. Terlebih lagi, diskursus sebagaimana dimaksudkan Habermas, bertumpu pada kekuatan argumentasi terbaik. Hal itu akan sulit tercapai jika mayoritas masyarakat masih sulit merasakan akses pendidikan. 3. Karya tulis ini dapat dilanjutkan oleh pembaca dengan tema dan cara pandang yang baru, khususnya terkait tema penjajahan sistem atas dunia kehidupan. Tema tersebut sangat cocok untuk menganalisis demokrasi yang terjadi di Indonesia dimana sistem birokrasi dikuasai 74

oleh hubungan-hubungan kapitalistis yang tidak lagi memberi ruang bagi praksis-praksis komunikatif dunia-kehidupan. 4. Karya tulis ini dapat digunakan oleh para akademisi dan ilmuwan sebagai salah satu referensi yang berkaitan dengan tema-tema komunikasi dan untuk mengenal serta mendalami pemikiran-pemikiran Jürgen Habermas. 75