Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, Agustus 2013, Universitas Islam 45, Bekasi (54)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB II PEMBAHASAN MATERI

Jurnal Teknika Atw 1

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker.

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS

PERANCANGAN SEMI GANTRY CRANE KAPASITAS 10 TON DENGAN BANTUAN SOFTWARE

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN SHOCK ABSORBER RODA BELAKANG SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH

ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

ANALISA RANCANGAN DESAIN SHOCK ABSORBER BELAKANG PADA MOTOR YAMAHA JUPITER. Paridawati 1)

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA

ANALISIS TEORITIS KORELASI KAPASITAS ANGKAT TERHADAP BERBAGAI KOMBINASI SUDUT DAN PANJANG LENGAN ANGKAT PERALATAN PENGANGKAT REACHSTACKER

Analisis Kekuatan Struktur Konstruksi Tower untuk Catwalk dan Chain Conveyor pada Silo (Studi Kasus di PT. Srikaya Putra Mas)

M SIN PENGANGKAT PENGANGKA ( o h ist s ing n machi h ne n )

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

PERANCANGAN PORTABLE CRANE KAPASITAS ANGKAT MAKSIMAL 500 KG

Analisis Tegangan Plat Penghubung Bucket Elevator Menggunakan Metode Elemen Hingga. Ully Muzakir 1 ABSTRAK

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA

ANALISIS KEGAGALAN DAN OPTIMASI RANCANGAN PRODUK ROLLER BLIND UNTUK CV. SAMA JAYA

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kajian Awal Kekuatan Rangka Sepeda Motor Hibrid

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN:

STUDI PERBANDINGAN ANALISA DESAIN FOURANGLE TOWER CRANE DENGAN ANALISA DESAIN TRIANGLE TOWER CRANE MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 12.0

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

TANGKI (FUEL TANK) BAHAN BAKAR GAS UNTUK SEPEDA MOTOR: SEBUAH STUDI NUMERIK

TINJAUAN PUSTAKA. lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, bongkaran muatan dan

ANALISIS KEKUATAN STRUKTUR RANGKA TURBIN HELIKS TIPE L C500 DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI COSMOSWORKS 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL ALUMINIUM DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2015), ( Print)

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

ANALISIS TEORITIS DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BOOM REACHSTACKER DENGAN KAPASITAS ANGKAT MAKSIMUM 40 TON

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DONGKRAK DAN JACK STAND 2IN1

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

Bab II STUDI PUSTAKA

ANALISA KEKUATAN MATERIAL PADA APLIKASI DOWEL JALAN BETON

Program Studi Teknik Mesin S1

BAB II PEMBAHASAN MATERI

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJI NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL LENDUTAN BALOK BAJA KARBON ST 60 DENGAN TUMPUAN ENGSEL - ROL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBEBANAN PADA BAUT SAMBUNGAN MENARA PEMANCAR TELEKOMUNIKASI DI PASIR JAYA- BOGOR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 STUDI LAPANGAN. Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan. pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

1.1 Latar Belakang. 1. Kapal tongkang jenis Floating Crane.

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT

Transkripsi:

ANALISIS DISAIN OPTIMUM PENYERAPAN ENERGI MATERIAL TWISTLOCK PADA HARBOUR MOBILE GANTRY CRANE TIPE EH 12 R. Hengki Rahmanto 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam 45, Bekasi Abstrak 1.Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Fasilitas penunjang dan segi teknik yang sangat berpengaruh dalam kegiatan bongkar muat adalah alat pemindah peti kemas dan juga pengangkut peti kemas lainya. Alat pengangkut petikemas sangat bervariasi antara lain Gantry, Harbour Mobile Crane, Reach Stacker dan sebagainya. Dan semua alat tersebut terdapat Spreader sebagai bagian alat pengangkut peti kemas yang tidak dapat di pisahkan. Fungsi Spreader adalah mengambil dan mengunci peti kemas agar peti kemas dapat diangkat dengan Gantry, Harbour Mobile Crane dapat mengangkat peti kemas dengan ukuran balk 20 40, hal itu dapat terjadi karena Spreder memiliki Telescopic dimana sistem ini merupakan gelagar atau balok besi yang dapat keluar dan rangka utama Spreader sehingga membuat Spreader berdiri pada 20 40 tergantung kebutuhan operasi. Spreader memiliki 4 buah Twistlock pada tiap ujungnya dan Tlescopic, Twistlock inilah yang berfungsi sebagai alat pengunci Spreader. Ketika Twistlock masuk pada lubang palka maka Twistlock akan berputar 90 o akibat dari kerja Cilinderears. Perputaran Twistlock inilah yang mengakibatkan petikemas terkunci, sehingga petikemas dapat di angkat dengan alat pengangkat petikemas. Karena kerja Twistlock yang harus mengangkat peti kemas dengan beban yang sangat berat, juga benturan yang di alami Twistlock ketika akan meletakan petikemas, membuat Twistlock seringkali mengalami perubahan bentuk. 1.2. Batasan Masalah Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah pada : 1. Analisis Disain Penyerapan Energi Material Twistlock, sehingga diperlukan material pengganti yang mungkin lebih baik dari material yang ada melalui metode disain optimum dengan menganalisis disain penyerapan energi secara optimum terhadap material atau benda tersebut. 2. Material yang digunakan Twistlock adalah; Baja Karbon AISI 1020, Baja Karbon AISI 1095, Baja Karbon AISI 2340, Stainless Steel 416, AM 655 Mg Alloy dan Hevimet. 3. Pembebanan yang digunakan adalah pembebanan dua sisi permukaaan twistlock dan pembebanan satu sisi twistlock. 1.3. Tujuan Masalah Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan pengetahuan tentang kepelabuhan dan sistem perpetikemasan. 2. Untuk mengetahui pengaruh pembebanan satu sisi permukaan dan pembebanan dua sisi permukaan terhadap tegangan yang terjadi pada twistlock. 3. Untuk mengetahui pengaruh material terhadap tegangan yang terjadi diakibatkan pembebanan satu sisi dan dua sisi permukaan twistlock. 4. Untuk mengetahui penyerapan energi dan kekuatan bahan pada Twistlock spreader HarbourMobileGantryCraneTipeEH2 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, konstruksi, tempat penyimpanan, dan pembongkaran muatan. Pemilihan mesin pemindah bahan hams sesuai dimana alat tersebut akan bekerja dan jenis muatan yang akan diangkut. Mesin pemindah bahan dalam pengoperasiannya dapat diklasifikasikan atas : 1) Mesin Pengangkat Mesin pengangkat dimaksudkan untuk keperluan mengangkat dan memindahkan barang/bahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan jarak yang relatif terbatas. Contoh : Crane, elevator, lift, escalator. 2) Mesin pengangkut Mesin pengangkut dapat memindahkan muatan secara berkesinambungan tanpa henti dengan jarak yang relatif panjang. Contoh dari mesin pengangkut adalah Conveyor. 2.2. Mesin Pengangkat Banyaknya jenis perlengkapan pengangkat yang tersedia di pasaran membuat sulit untuk digolongkan secara tepat. Mesin pengangkat adalah kelompok mesin yang bekerja secara periodik yang didesain sebagai alat Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, Agustus 2013, Universitas Islam 45, Bekasi (54)

swa angkat, atau untuk mengangkat dan memindahkan muatan atau sebagai mekanisme tersendiri bagi crane atau elevator (rudenko). Menurut dasar rancangannya, pesawat pengangkat dikelompokkan atas tiga jenis yaitu : 1) Mesin Pengangkat (Hoisting Machine), yaitu mesin yang bekerja secara periodik yang digunakan untuk mengangkat dan memindahkan beban. 2) Crane, yaitu kombinasi dari mesin pengangkat dan rangka yang bekerja secara bersama-sama untuk mengangkat dan memindahkan beban. 3) Elevator, yaitu kelompok mesin yang bekerja secara periodik untuk mengangkat beban pada jalur padu tertentu. 2.3.Dasar-dasar Pemilihan Pesawat Pengangkat Dalam pemilihan pesawat pengangkat perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain : 1. Jenis dan ukuran dari beban yang akan diangkat, misalnya untuk beban terpadu: bentuk, berat, volume, sifat rapuh dan liat, suhu dan sebagainya. Untuk beban tumpahan; ukuran gumpalan, kemungkinan lengket, sifat-sifat kimia, sifat mudah remuk. 2. Kapasitas perjam. Crane jembatan dan truk dapat beroperasi secara efektif bila mempunyai kapasitas angkat dan kecepatan yang cukup tinggi dalam kondisi kerja yang berat. 3. Arah dan panjang lintasan. Berbagai jenis alat dapat mengangkat beban dalam arah vertikal dan arah horizontal. Panjang jarak lintasan, lokasi dari tempat pengambilan muatan juga sangat penting dalam menentukan pemilihan pesawat pengangkat yang tepat. 4. Metode penumpukan muatan. Beberapa jenis peralatan dapat memuat atau membongkar muatan secara mekanis sedangkan yang lainnya membutuhkan alat tambahan khusus atau bantuan operator. 5. Kondisi lokal yang spesifik termasuk luas dan bentuk lokasi, jenis dan rancangan gedung, susunan yang mungkin untuk unit pemerosesan, debu, keadaan lingkungan sekitarnya dsb. Penelitian ini akan menganalisa salah satu komponen yang terdapat pada spreader yang bernama Twistlock. Sebuah spreader memiliki empat buah twistlock. Twistlock merupakan alat pengait yang terdapat didalam spreader. Berfungsi untuk mengunci peti kemas pada mat peti kemas akan diangkat/dipindahkan atau ditumpuk. Gambar 2.1. Komponen Twistlock pada Spreader Gambar 2.1 merupakan gambar sebuah twistlock dalam keadaan terlepas dari spreader. Twistlock menerima beban tarik yang sangat besar pada mat melakukan pengangkatan peti kemas. Pada penelitian ini diasumsikan bobot maksimum sebuah peti kemas 40 ft adalah sebesar 40 ton, dan terdistribusi secara merata. Jika sebuah spreader memiliki empat buah twistlock, maka masing-masing twistlock menahan beban tarik sebesar 10 ton. Analisa dilakukan untuk mengetahui besarnya gaya dan distribusi tegangan yang terjadi pada saat twistlock mengangkat peti kemas, melakukan simulasi, dan menyesuaikan dengan sifat mekanis dari material yang digunakan. Selain itu juga untuk menganalisa kegagalan kerja pada twistlock. Pada penggunaan dilapangan, kegagalan yang terjadi pada twistlock diduga adalah bending (melengkung). 2.4.Mekanisme Kerja Twist Locks Twistlock pada gantry crane bekerja secara hidrolik yang didukung dengan elektrik. Proses membuka dan mengunci twistlock dilakukan dengan menggunakan sebuah sakelar yang terdapat dikabin operator dimana ketika twist lock sudah tepat masuk kedalam lubang pengangkat, maka twistlock dapat dikunci. Twistlock memiliki sensor tekan disetiap sudut spreader. Sensor ini berguna untuk mengetahui twistlock sudah tepat masuk sempurna kedalam lubang peti kemas dan siap untuk dikunci. Jika twistlock belum tepat Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, Agustus 2013, Universitas Islam 45, Bekasi (55)

masuk ke dalam lubang peti kemas, maka sensor tidak akan tertekan, dan operator tidak dapat memerintahkan twistlock untuk mengunci. 2.5. Mengunci dan Membuka Twist Lock Pada saat operator menurunkan spreader menuju peti kemas, operator menyesuaikan panjang spreader sesuai dengan panjang peti kemas. Terdapat dua ukuran peti kemas secara umum, yaitu peti kemas dengan panjang 20 ft dan 40 ft. Operator akan menyesuaikan panjang spreader sesuai dengan peti kemas yang akan diangkat. Setelah panjang spreader sesuai dengan peti kemas, operator akan menurunkan spreader secara perlahan ke atas peti kemas yang akan diangkat. Operator haruslah menempatkan spreader tepat pada lubang twistlock yang terdapat pada peti kemas. Pada mat twistlock tepat masuk kedalam lubang peti kemas, maka switch akan tertekan dan lampu di kabin operator menyala, yang menyatakan twistlock sudah dapat di kunci. Twistlock akan mengunci. Kemudian operator dapat mengangkat peti kemas. Gambar 2.2. Twistlock pada posisi belum terkunci (Potongan samping petikemas) Gambar 2.3. Twistlock Pada Posisi Mengunci (potongan depan peti kemas) 3. Metode Penelitian 3.1. Metode Disain Optimum Metode disain optimum adalah metode untuk merancang suatu komponen sesuai dengan fungsi dari komponen tersebut dan menggunakan material yang tepat, dan juga dapat di pergunakan untuk menganalisa komponen tersebut apakah optimum dengan material yang dipergunakan. Untuk di ketahui pada bab ini tidak dihitung gaya apa saja yang terjadi pada spreader, karena pembahasan masalahnya yang akan di bahas ialah pada Twistlock dimana Twistlock ini seringkali mengalami bending (melengkung) akibat beban peti kemas yang terlampau berat seringkali beban peti kemas melampaui beban yang telah ditentukan atau mungkin juga karena keterbatasn atas pengetahuan yang dimiliki penulis dan juga ketersingkatan waktu. Parameter disain antara komponen, gaya yang dialami, fungsi komponen yang akan di analisis. Semua parameter disain dari komponen akan mempengaruhi dalam pembuatanya atau analisis dengan metode disain optimum 3.2. Analisa Tegangan Tarik Pada Twistlock Gambar 3.1.Twist Lock dengan Beban Tarik Sebesar 10 Ton Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, Agustus 2013, Universitas Islam 45, Bekasi (56)

Pada sebuah spreader terdapat empat buah twistlock. Kapasitas peti kemas maksimum adalah 40 ton. Diasumsikan bahwa kapasitas peti kemas terdistribusi secara merata, maka masing-masing twistlock menerima beban untuk diangkat sebesar 10 ton (Gambar 3.1). Maka tegangan tarik yang terjadi pada twistlock adalah : Pada perhitungan tegangan tarik ini, luas permukaan A diambil diameter terkecil dari twistlock ( bagian paling atas). Karena diameter terkecil tersebut mewakili permukaan yang mengalami gaya tarik yang paling kritis. Diameter permukaan terkecil adalah 38 mm. Dari rumus: 10000 4 10000 4 0,038 10000 0.00113354 8821920,709 Tegangan tarik yang terjadi pada Twistlock adalah 8821920, 709 kg/m 2 3.3. Analisa Tegangan Geser Dan Bending Pada Twistlock Analisa tegangan geser pada twistlock dilakukan untuk mengetahui gaya yang menyebabkan terjadinya kegagalan kerja pada twistlock yang diduga berupa bending (melengkung). Pada saat twistlock melakukan pengangkatan peti kemas dan beban tidak terdistribusi sempurna, maka dugaan melengkung dapat terjadi pada twistlock. Twistlock yang sudah melengkung tidak dapat digunakan lagi dan harus diganti dengan yang baru. Gambar 3.2. Twistlock yang Mengalami Pembebanan Terdistribusi Keterangan : Fr = Untuk permukaan sisi kanan Fl = Untuk permukaan sisi kiri Pada kondisi ideal twistlock mengalami pembebanan yang terdistribusi merata pada kedua permukaannya seperti ditunjukkan oleh gambar 3.2 Jika masing-masing. Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, Agustus 2013, Universitas Islam 45, Bekasi (57)

Gambar 3.3. Diagram Alir Permodelan dan Simulasi Tabel 3.1. Material Twistlock NO Material Kekuatan Luluh (S) (N/m 2 ) Berat Jenis (ω) (kg/m 3 ) Modulus Elastisitas (E) (N/mm 2) 1 2 3 Baja karbon AISI 1020 Baja karbon AISI 1095 Baja karbon AISI 2340 4,13.10 8 76770 199810 6,88.10 8 76770 199810 1,199.10 9 76770 199810 4 Hevimet 5,17.10 8 165470,44 344500 5 416 Stainless Steel 2,756.10 8 212.10 3 199810 6 AM 655 Mg Alloy 1,93.10 8 18174,62 44785 4. Hasil dan pembahasan 4.1. Hasil Simulasi Twistlock Hasil dari simulasi twistlock terbagi 2 bagian terpisah, yaitu: (1) Pembebanan pada kedua sisi twistlock dan (2) Pembebanan pada satu sisi twistlock. 4.2. Pembebanan Pada Kedua Sisi Twistlock Twistlock mengalami pembebanan pada kedua sisinya sehingga beban tarik terdistribusi secara merata di kedua sisinya. Ini akan menghindarkan terjadinya lengkungan (bending) pada twistlock. Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, Agustus 2013, Universitas Islam 45, Bekasi (58)

Gambar 4.1. Permukaan Pembebanan Dua Sisi Twistlock Jenis mesh yang digunakan adalah curvature based mesh, memiliki 4 titik Jacobian, total nodal yang dimiliki 12.150 titik nodal dan total elemen yang digunakan adalah 7656 elemen. Semua variasi yang digunakan untuk simulasi menggunakan jenis mesh yang sama dan untuk variasi pembebanan juga digunakan memiliki mesh yang sama, fungsinya adalah supaya hasil simulasi yang didapatkan tidak berbeda-beda atau tidak menyimpang antara satu simulasi dengan simulasi yang lain. Gambar 4.2. Pembebanan Kedua SisiTwistlockAM 655 Mg Alloy Nilai pembebanan yang diberikan adalah sebesar 49050 N di kedua sisi twistlock hasil simulasi dengan menggunakan software SolidWorks 2010. Hasil simulasi dengan pembebanan terdistribusi di kedua sisi twistlock Tegangan minimum : 4645,32 N/m 2 (nodal 9376) Tegangan maksimum :1,88283e+008 N/m 2 (nodal 10008) Dari hasil simulasi dengan menggunakan software Solid Works 2010, didapat tegangan Von Mises maksimumadalah sebesar 1,88283e+008 N/m 2.Semua simulasi menunjukkan tegangan Von Mises yang sama dikarenakan pembebanan yang dilakukan memiliki nilai yang sama sehingga tidak merubah tegangan Von Mises yang terjadi. Perubahan material tidak mempengaruhi tegangan Von Mises yang terjadi pada desain twistlock.namun perubahan material mempengaruhi nilai Factor of Safety (FOS) dari komponen twistlock tersebut. Dari beban maksimum yang diterima oleh twistlock tersebut kita dapat menentukan bahan yang aman digunakan untuk komponen twistlock dengan cara mengetahui nilai yield strength dari suatu material. FOS 7 6 5 4 3 2 1 0 2,19 Baja Karbon AISI 1020 Baja Karbon AISI 1095 3,65 5,94 Baja Karbon AISI 2340 Factor Of Safety 2,74 1,46 1,02 Hevimet 416 AM 655 Stainless Mg Alloy Steel 1 2 3 4 5 6 Pembebanan Dua Sisi Grafik 4.1.PerbandinganFactor of SafetyPembebananDuaSisi Dan SatuSisi Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, Agustus 2013, Universitas Islam 45, Bekasi (59)

5.KESIMPULAN 1) Metodedisain optimum merupakanmetodeuntukmencaridanmenghasilkan material yang lebihbaikdan material yang tepatuntukdigunakansebagaibendakerjayang sesungguhnya. 2) Material yang memilikitegangangeser yang paling kuatdanpadapembebananterdistribusi, tegangan yang bekerja (hasilsimulasi) denganmasing-masingsisi 49050 N daritegangan yang bekerja, AdalahbajaKarbon AISI 2340 dengan factor of safety ialah : 5.9 Sehinggatwistlockmasihamandanlebihkuatuntukmengangkatpetikemas. 3) Material yang memiliki tegangan geser dengan nilai terendah adalah AM 655 Mg Alloy. Kegagalankerja yang terjadipadatwistlock AM 655 Mg Alloy adalahberupa bending (melengkung). Disebabkan factor of safety yang diperoleh (hasilsimulasi) ialah : 1 4) Kapasitas peti kemas yang melebihi aturan juga dapat memperpendek usia pemakaian twistlock. 5) Material yang kuat (AISI 2340) dapat di rekomendasikan untuk di produksi secara masal, tentunya dengan mempertimbangkan harga yang di kehendaki. 6. DAFTAR PUSTAKA 1) Mobile Harbour Crane HMK 170 E. Maintenance Manual.Modul Operator II.Bina Prima : Jakarta 2) Meriam, J.L. and Kraige. 2003. Engineering Mechanics Statistics. John Wiley & sons 3) Surbakti.BM 1984 Spreader Mutiara Solo : Surakarta 4) Fadly Ahmad Nasution, Edward Helvin. 2009. Perencanaan Simulasi gantry Crane Untuk Pengangkatan Peti Kemas Berkapasitas 40 Ton pada Pelabuhan Laut. USU 5) S.P, Timoshenko and Gere. 2000. Mekanika Bahan Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga 6) Human Resource Departement 1998.Pelabuhan indonesia Operating System PT. PELABUHAN INDONESIA II CABANG TANJUNG PRIOK. 7) William C. Reynolds and Herry C. Perkins. 1996 Termodinamika Teknik : Penerbit erlangga Jakarta 8) www.matbase.com 9) www.nelcon.com 10) www.wikipedia.com Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, Agustus 2013, Universitas Islam 45, Bekasi (60)