PEMETAAN POTENSI ENERGI SURYA PADA LAHAN POTENSIL AGROPOLITAN DI PROPINSI GORONTALO. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK POTENSI ENERGI ANGIN DI PROPINSI GORONTALO. Abstrak

LAPORAN AKHIR PENELITIAN KERJASAMA ANTAR PERGURUAN TINGGI (PEKERTI)

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya akan potensi sumber daya alam yang melimpah, baik matahari,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Potensi Hybrid Energy di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi. Sebagai contoh adalah sering nya terjadi pemadaman pada listrik secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Boalemo (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan. dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satunya upaya untuk mempertahankan kenyaman kondisi lingkungan, yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih

PROGRAM KERJA TAHUN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH JARAK LENSA KONVEKS TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL TENAGA SURYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

oleh Igib Prasetyaningsari, S.T.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENAMBAHAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA MATAHARI

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi listrik hal ini juga terjadi di Bali. Data dari Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Banyak masyarakat yang sangat bergantung akan keberadaan energi listrik.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

Bab I. Pendahuluan. Energi listrik adalah energi yang tersimpan dalam arus listrik, dimana

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kebutuhan akan energi listrik yang terus meningkat dan semakin

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

ANALISIS KINERJA PHOTOVOLTAIC BERKEMAMPUAN 50 WATT DALAM BERBAGAI SUDUT PENEMPATAN

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. kerajinan tangan baik yang dikerjakan secara manual maupun modern dengan

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.1

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI PERBANDINGAN PERFORMANSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN TERPUSAT DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya yang berpotensi sebagai sumber energi. Potensi sumber daya energi

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 319 desa di Sumatera Utara belum menikmati listrik. Menurut

ANALISIS PENYEDIAAN DAN KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR RUMAH TANGGA DI PROVINSI GORONTALO

Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Bumi Indonesia Tahun dan Prediksi Untuk Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya seperti bidang industri, perkantoran dan rumah tangga. Peralatan

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. ENERGI DAN JENISNYA LATIHAN SOAL BAB 11

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. manusia.dari kebutuhan yang sifatnya mendasar seperti untuk kebutuhan rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014 Rancang Bangun Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

BAB I PENDAHULUAN [REALISASI SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK] BAB I PENDAHULUAN

Potensi Energi Matahari di Wilayah Sulawesi Selatan Berbasis Perhitungan RETScreen International

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik, dan

PENCAPAIAN PESERTA KB BARU TERHADAP PPM MIKS KONTRASEPSI SELANG JANUARI s/d JULI TAHUN 2008

Transkripsi:

PEMETAAN POTENSI ENERGI SURYA PADA LAHAN POTENSIL AGROPOLITAN DI PROPINSI GORONTALO Yasin Mohamad 1) Jurusan Teknik Elekro Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Meningkatnya permintaan energi listrik di propinsi gorontalo saat ini tidak sebanding dengan ketersediaan suplay energi listrik yang ada. Pemadaman listrik masih sering terjadi merupakan pertanda bahwa pasokan listrik yang ada baik yang interkoneksi dari sistem minahasa maupun yang ada disistem gorontalo sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan listrik masyarakat dan industri yang terus meningkat saat ini. Propinsi Gorontalo dengan program unggulannya salah satunya adalah Program Agropolitan yang berbasis jagung dimana dari hasil survey bahwa pelaksanaan kegiatan petani pascapanen dilakukan di lokasi yang jauh dari lahan pertanian. Hal ini disebabkan karena daerah disekitar lahan pertanian tidak terjangkau listrik, sehingga menyebabkan semakin tingginya biaya produksi yang dikeluarkan petani. Oleh karena itu untuk memenuhi keterbatasan ketersediaan energi listrik maka dapat ditempuh yaitu melalui pemanfaatan energi terbarukan salah satunya adalah pemanfaatan potensi energi surya. Penelitian ini dilakukan untuk memetakan potensi energi surya pada lokasi-lokasi lahan potensil agropolitan di wilayah propinsi gorontalo dengan menggunakan data hasil pengukuran lapangan menggunakan actinograph untuk pengukuran intensitas radiasi matahari. Pengukuran dilakukan di 5 kabupaten yang ada di propinsi Gorontalo. diperoleh potensi energi surya masingmasing lokasi sebagai berikut desa Pontolo Atas 440,72 W/m 2, desa Tutuwoto sebesar 425,96 W/m 2, desa Tupa sebesar 342,416 W/m 2, desa Meranti sebesar 364,544 W/m 2, desa Bongohulawa sebesar 415,32 W/m 2, desa Polohungo sebesar 353,384 W/m 2, desa Tapadaa sebesar 296,288 W/m 2, desa Polohungo sebesar 348,056 W/m 2, desa Maleo sebesar 377,896 W/m 2, desa Molamahu sebesar 363,792 W/m 2. Kata Kunci : energi surya, actinograph, agropolitan PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya permintaan energi listrik di propinsi gorontalo saat ini tidak sebanding dengan ketersediaan suplay energi listrik yang ada. Pemadaman listrik masih sering terjadi merupakan pertanda bahwa pasokan listrik yang ada baik yang interkoneksi dari sistem minahasa maupun yang ada di sistem gorontalo sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan listrik masyarakat dan industri yang terus meningkat saat ini. Kondisi ini semakin diperparah lagi dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan pembangkit konvensional yang ada semakin mengalami pembengkakan biaya operasional. Propinsi Gorontalo dengan program unggulannya salah satunya adalah Program Agropolitan yang berbasis jagung dimana dari hasil survey bahwa pelaksanaan kegiatan petani pascapanen dilakukan di lokasi yang jauh dari lahan pertanian. Hal ini disebabkan karena daerah disekitar lahan pertanian tidak terjangkau listrik, sehingga menyebabkan semakin tingginya biaya produksi yang dikeluarkan petani. [1] Mencermati kondisi ini setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu mengevaluasi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga dissel diganti dengan pembangkit-pembangkit yang menggunakan tenaga uap. Kedua dengan memanfaatkan potensi-potensi energi alternatif yang ada diwilayah gorontalo salah satunya melalui pemanfaatan potensi energi surya. 1

1.2 Energi Surya Matahari merupakan sumber energi terbesar. Radiasi matahari yang sampai permukaan bumi ada yang diserap dan ada yang dipantulkan. Perubahan letak matahari terhadap bumi akan menyebabkan intensitas radiasi surya yang tiba di permukaan bumi juga berubah-ubah. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, radiasi surya yang tiba pada suatu tempat di permukaan bumi dapat kita bedakan menjadi 3 jenis. Ketiga jenis radiasi tersebut adalah : Radiasi Langsung (direct radiation), Radiasi Sebaran ( diffuse radiation), Radiasi Pantulan. Pada penelitian ini radiasi yang akan diukur adalah radiasi langsung (direct radiation). Intensitas radiasi ini akan diukur menggunakan alat ukur actinograph. [2,3,4] II. METODE PENELITIAN 2.1 Data Data intensitas radiasi matahari diperoleh dengan menggunakan alat ukur actinograph untuk pengukuran intensitas radiasi matahari. Pengukuran dilakukan secara langsung dilokasi penelitian yang tersebar di 5 kabupaten propinsi Gorontalo yaitu Kabupaten Gorontalo Utara, kabupaten Bone Bolango, kabupaten Gorontalo, kabupaten Boalemo dan kabupaten Pohuwato. 2.2 Metodologi Perhitungan potensi energy surya diperoleh dari pembacaan alat ukur actinograph pada kertas pias harian yang diukur dari jam 06.00 sampai dengan 18.00 WITA secara langsung dilapangan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan di 5 kabupaten yang ada di propinsi Gorontalo, dimana untuk setiap kabupaten yang disurvei 2 lokasi penelitian. Adapun Karakteristik potensi energy surya adalah sebagai berikut : 1. Kabupaten Gorontalo Utara Untuk daerah Kabupaten Gorontalo Utara, penelitian dilakukan di 2 Lokasi yaitu desa Pontolo Atas dan desa Tutuwoto. Pengukuran intensitas radiasi matahari dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing desa yaitu pada tanggal 1 s/d 5 Mei 2013 untuk desa Pontolo Atas dan tanggal 25 s/d 29 April 2013 untuk desa Tutuwoto. a. Desa Pontolo Atas Berdasarkan hasil pengukuran di desa pontolo atas, diperoleh potensi ratarata energy surya selama lima hari sebesar 440,72 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1. berikut ini. 2

Gambar 1. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa pontolo atas b. Desa Tutuwoto Berdasarkan hasil pengukuran di desa Tutuwoto, diperoleh potensi rata-rata energy surya selama lima hari sebesar 425,96 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini : Gambar 2. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa tutuwoto 2. Kabupaten Bone Bolango Untuk daerah Kabupaten Bone Bolango, penelitian dilakukan di 2 Lokasi yaitu Desa Meranti dan Desa Tupa. Pengukuran intensitas radiasi matahari dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing desa yaitu pada tanggal 13 s/d 17 April 2013 untuk desa Meranti dan tanggal 19 s/d 23 April 2013 untuk desa Tupa. 3

a. Desa Meranti Berdasarkan hasil pengukuran di desa Meranti, diperoleh potensi rata-rata energy surya selama lima hari sebesar 364,544 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3. berikut ini : Gambar 3. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa Meranti b. Desa Tupa Berdasarkan hasil pengukuran di desa Tupa, diperoleh potensi rata-rata energy surya selama lima hari sebesar 342,416 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4. berikut ini : Gambar 4. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa Tupa 3. Kabupaten Gorontalo Untuk daerah Kabupaten Gorontalo, penelitian dilakukan di 2 Lokasi yaitu Desa Polohungo dan Desa Bongohulawa. Pengukuran intensitas radiasi matahari dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing desa yaitu pada tanggal 6 s/d 10 April 2013 untuk desa Polohungo dan tanggal 31 Maret s/d 4 April 2013 untuk desa Bongohulawa. a. Desa Polohungo 4

Berdasarkan hasil pengukuran di desa Meranti, diperoleh potensi rata-rata energy surya selama lima hari sebesar 353,384 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 5 berikut ini : Gambar 5. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa polohungo b. Desa Bongohulawa Berdasarkan hasil pengukuran di desa Bongohulawa, diperoleh potensi ratarata energy surya selama lima hari sebesar 415,32 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6. berikut ini : Gambar 6. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa bongohulawa 4. Kabupaten Boalemo Untuk daerah Kabupaten Boalemo, penelitian dilakukan di 2 Lokasi yaitu Desa Tapadaa dan Desa Polohungo. Pengukuran intensitas radiasi matahari dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing desa yaitu pada tanggal 7 s/d 11 Mei 2013 untuk desa Tapadaa dan tanggal 13 s/d 17 Mei 2013 untuk desa Polohungo. a. Desa Tapadaa 5

Berdasarkan hasil pengukuran di desa Tapadaa, diperoleh potensi rata-rata energy surya selama lima hari sebesar 296,288 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 7. berikut ini : Gambar 7. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa tapadaa b. Desa Polohungo Berdasarkan hasil pengukuran di desa Polohungo, diperoleh potensi ratarata energy surya selama lima hari sebesar 348,056 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 8. berikut ini : Gambar 8. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa polohungo 5. Kabupaten Pohuwato Untuk daerah Kabupaten Pohuwato, penelitian dilakukan di 2 Lokasi yaitu Desa Maleo dan Desa Molamahu. Pengukuran intensitas radiasi matahari dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing desa yaitu pada tanggal 19 s/d 23 Mei 2013 untuk desa Maleo dan tanggal 25 s/d 29 Mei 2013 untuk desa Molamahu. a. Desa Maleo 6

Berdasarkan hasil pengukuran di desa Maleo, diperoleh potensi rata-rata energy surya selama lima hari sebesar 377,896 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 9. berikut ini : Gambar 9. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa maleo b. Desa Molamahu Berdasarkan hasil pengukuran di desa Molamahu, diperoleh potensi ratarata energy surya selama lima hari sebesar 363,792 W/m 2, dengan karateristik potensi energi surya harian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 10. berikut ini : Gambar 10. Karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari desa Molamahu IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari pembahasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Potensi energy surya yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato adalah sebagai berikut : 7

a) Kabupaten Gorontalo Utara, potensi energy surya untuk desa Pontolo atas adalah 440,72 W/m 2 dan desa Tutuwoto adalah 425,96 W/m 2. b) Kabupaten Bone Bolango, potensi energy surya untuk desa Meranti adalah 364,544 W/m 2 dan desa Tupa adalah 342,416 W/m 2. c) Kabupaten Gorontalo, potensi energy surya untuk desa Polohungo adalah 353,384 W/m 2 dan desa Bongohulawa adalah 415,32 W/m 2. d) Kabupaten Boalemo, potensi energy surya untuk desa Tapadaa adalah 296,288 W/m 2 dan desa Polohungo adalah 348,056 W/m 2. e) Kabupaten Pohuwato, potensi energy surya untuk desa Maleo adalah 377,896 W/m 2 dan desa Molamahu adalah 363,792 W/m 2. Saran 1. Untuk perencanaan pembangunan PLT SURYA perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang potensi energi surya yang di sesuaikan dengan lahan-lahan potensil agropolitan. 2. Perlu dilakukan penelitian pengukuran intensitas radiasi matahari pada berbagai lokasi misalnya daerah pantai. Daftar Pustaka 1. Mohamad,Fadel. 1997., Mewujudkan revitalisasi pertanian melalui pembangunan 9 (sembilan) pilar agropolitan menuju pertanian modern di Gorontalo. Gorontalo 2. Manjang, Salama.2010. Pemanfaatan Energi Matahari dan Angin Untuk Pembangkit Energi Listrik Skala Kecil (Pembangkit Hibrid di SulSel). Laporan Penelitian Hibah DP2M lemlit Unhas. Makassar. 3. Manan Saiful.2010., Energi Matahari sumber energi alternatif yang efisien, handal, dan ramah lingkungan di indonesia., Laporan Penelitian Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.Semarang. 4. Santhiarsa Nitya N Gusti I, Kusuma W B Gusti I. 2005., Kajian energi surya untuk pembangkit tenaga listrik. Jurnal Teknik Elektro Vol 4 No.1. Universitas Udayana, Denpasar. 8