BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang berada dibidang keuangan. terutama dalam memberikan biaya investasi pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah merupakan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Antonio, 2001). Khairunisa, 2001 ). (Karim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Financing to

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun, tapi jika dilihat dari total asset mengalami kenaikan yaitu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berbasis syariah, perkembangan ini juga mendorong bank syariah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. didirikan pada tahun 1963 di Mesir, dengan namamitghamr Bank. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun 1963 yang dalam kegiatan operasinya tidak menerapkan sistem bunga yaitu The Mit Ghamr Bank. Selanjutnya pada tahun 1973, Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang beranggotakan berbagai pemerintah berpenduduk muslim mendirikan Islamic Development Bank (IDB) dan mulai beroperasi tahun 1975 dengan kantor pusat di Jeddah. Setelah IDB beroperasi, berbagai bank syariah mulai tumbuh dan berkembang di berbagai negara termasuk di Indonesia dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Sistem perbankan syariah dikenal sejak tahun 1992, dengan digulirkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 yang memungkinkan bank menjalankan operasional bisnisnya dengan berdasarkan prinsip syariah (bagi hasil). Pada tahun yang sama, lahir bank syariah pertama yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai pelopor bank Umum Syariah pertama di Indonesia. Namun pemerintah merevisi UU No. 7 Tahun 1992 menjadi UU No. 10 Tahun 1998. Dalam UU tersebut tertulis bahwa bank konvensional diperbolehkan membuka cabang yang berbasis syariah (Dual Banking System). Eksistensi bank syariah di Indonesia semakin kokoh keberadaannya dengan keluarnya Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan yang menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, 1

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perkembangan perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun terakhir tergolong pesat, khususnya pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang mendominasi aset perbankan syariah. Dari data Bank Indonesia (BI), tercatat aset perbankan syariah per Oktober 2013 meningkat menjadi Rp229,5 triliun (yoy). Bila ditotal dengan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah, maka aset perbankan syariah mencapai Rp235,1 triliun. Upaya pengembangan pasar perbankan syariah yang telah dilakukan BI dan pelaku industri yang tergabung dalam ib Campaign mampu memperbesar market share perbankan syariah dalam peta perbankan sehingga mencapai ± 4,8 persen per Oktober 2013, dengan jumlah rekening di perbankan syariah mencapai ± 12 juta rekening atau 9,2 persen dari total rekening perbankan nasional serta jumlah jaringan kantor mencapai 2.925 kantor. (http://www.kemenkeu.go.id/berita/biperbankan-syariah-berkembang-pesat, diunduh pada tanggal 25 februari 2015.) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga perantara (intermediary). Dana yang terhimpun dari masyarakat pada umumnya disebut Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana Pihak Ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber ini. Apabila semakin tinggi simpanan DPK maka penyaluran pembiayaan pun akan semakin meningkat. 2

Pada bank konvensional penghimpunan Dana Pihak Ketiga biasanya dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito. Sementara dalam bank syariah penghimpunan Dana Pihak Ketiga dilakukan berdasarkan prinsip syariah seperti prinsip wadiah dan mudharabah. Wadiah merupakan titipan murni dari dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila pihak yang menyimpan menghendaki. Bank syariah dalam melakukan aktivitasnya dengan prinsip wadiah ini, sebagai penerima titipan dari nasabah yang harus dijaga oleh pihak bank, dan bank wajib mengembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki. Beberapa jenis penghimpunan dana yang dilakukan perbankan syariah yang menggunakan prinsip wadiah seperti Giro Wadiah dan Tabungan Wadiah. Mudharabah adalah bentuk perjanjian atas suatu jenis perkongsian dalam pengelolaan suatu usaha. Di dalam praktik perbankan syariah, perjanjian mudharabah melibatkan pihak pertama (shahibul maal) sebagai penyedia dana dan pihak kedua (mudharib) sebagai pengelola usaha atas dana yang diberikan. Mudharabah sendiri dalam aktivitas perbankan ada dua macam, yakni Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah. Dalam mudharabah muthlaqah, pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam mengelola investasinya. Dalam pengelolaannya bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana kepada bisnis manapun yang menguntungkan. Sedangkan dalam mudharabah muqayyadah, pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dan antara lain mengenai tempat, cara, atau objek investasi. Pemilik dana dapat menetapkan syarat- syarat yang harus dipatuhi 3

oleh bank dalam mencari bisnis. Pada umumnya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan syariah terdiri dari Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, dan ataupun pinjaman dana dari pihak lain. Menurut Yaya Dkk (2014:55) Dalam aktivitas penyaluran dana atau pembiayaan oleh perbankan syariah, umumnya ada beberapa pola dalam praktiknya, mencakup Prinsip Bagi Hasil, Prinsip Sewa, dan Akad jual-beli. Pada prinsip jual-beli (Al-Bai ), beberapa jenis produk-produk perbankan syariah, seperti akad Murabahah; akad Salam; dan akad Istishna. Akad Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Akad Salam adalah akad jual beli yang pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima. Sedangkan, Akad Istishna adalah akad jual beli yang didasarkan pada penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau suatu produk dengan spesifikasi yang diisyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Pada pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu: mudharabah, musyarakah, muzara ah, dan musaqah. Namun, akad yang paling banyak digunakan adalah akad mudharabah dan musyarakah. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pemilik dana (shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila 4

mengalami kerugian maka ditanggung oleh pemilik modal (shahibul maal) selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pihak pengelola dana (mudharib). Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kelalaian atau kecurangan pihak pengelola dana (mudharib), maka pengelola dana (mudharib) harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Sedangkan Musyarakah adalah perjanjian pembiayaan/penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan/atau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing. Produk pembiayaan lainnya yang ditawarkan dan dikelola oleh perbankan syariah adalah seperti sewa (Ijarah), dan pinjam-meminjam (Al-Qardh). Pembiayaan yang dilakukan dengan prinsip ijarah dilakukan dengan bentuk Perjanjian pembiayaan berupa transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik obyek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakan. Sedangkan produk Al-Qardh (pinjam-meminjam) dilakukan dalam bentuk perjanjian pembiayaan berupa transaksi pinjam-meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu, Perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Musyarakah pada perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada data yang diambil dari Statistik Perbankan Syariah yang dirilis Bank Indonesia sebagai berikut : 5

Tabel 1.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Musyarakah Bank Syariah Di Indonesia Tahun Dana Pihak Ketiga (DPK) (dalam miliar rupiah) Pembiayaan Musyarakah (dalam miliar rupiah) 2009 52.271 10.412 2010 76.036 14.624 2011 115.415 18.960 2012 147.512 27.667 2013 183.534 39.874 Sumber : Statistik Perbankan Syariah, 2014 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Musyarakah dari tahun 2009 sampai 2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Risma Martini (2010) yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Musyarakah menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan musyarakah. Dengan demikian peningkatan DPK berpengaruh terhadap besarnya penyaluran pembiayaan. http://digilib.uinsuka.ac.id/5264/1/bab%20i,v,%20daftar%20pustaka.pdf Menurut Agung Faizal dan Sri Adji Prabawa (2010) dalam penelitian mereka yang berjudul Analisis Pengaruh Total Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan Bagi Hasil menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan dan 6

memiliki arah yang positif terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Artinya ketika simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat maka akan meningkatkan volume pembiayaan bagi hasil yang disalurkan oleh bank tersebut. http://repository.unib.ac.id/7114/1/vol%208%20gb.pdf Menurut Wurry Harianti dan Harjum Muharam (2012) dalam penelitian mereka yang berjudul Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Captal Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), dan Return On Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap pembiayaan. Sebagian besar penelitian yang ada menunjukkan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap pembiayaan. Semakin besar sumber dana yang terkumpul maka bank akan menyalurkan pembiayaan semakin besar. Hal tersebut dikarenakan salah satu tujuan bank adalah mendapatkan profit, sehingga bank tidak akan menganggurkan dananya begitu saja. Bank cenderung untuk menyalurkan dananya semaksimal mungkin guna memperoleh keuntungan yang maksimal pula. http://eprints.undip.ac.id/32445/1/jurnal_wuri.pdf Salah satu Bank Umum Syariah Indonesia yaitu PT. Bank Mega Syariah, dilihat dari laporan keuangan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan periode tahun 2009-2013. Adapun data tersebut tersaji dalam Tabel 1.2 berikut: 7

Tabel 1.2 Data Perkembangan DPK dan Pembiayaan Musyarakah Pada PT. Bank Mega Syariah Tahun Dana Pihak Ketiga (DPK) (Dalam ribuan rupiah) Pembiayaan Musyarakah (dalam ribuan rupiah) 2009 3.947.371.660 190.449.726 2010 4.040.980.030 145.882.007 2011 4.933.556.161 71.384.175 2012 7.108.753.763 36.343.249 2013 7.736.247.839 43.592.812 Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank Mega Syariah Periode 2009-2013 Berdasarkan data pada Tabel 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan total penghimpunan dana pihak ketiga dari tahun 2009 sampai 2013 mengalami peningkatan namun pada pembiayaan musyarakah mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai 2012 dan pada tahun 2013 pembiayaan musyarakah mengalami peningkatan. Dilihat dari data yang ada, Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan tiap tahunnya namun berbanding terbalik dengan pembiayaan musyarakah yang mengalami penurunan. Semestinya apabila Dana Pihak Ketiga meningkat maka pembiayaan pun akan mengalami peningkatan dan berbeda dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan fenomena dan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Pengaruh Dana 8

Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan Musyarakah Pada PT. Bank Mega Syariah Periode 2009-2013 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang penelitian, maka masalah yang dapat diidentifikasikan dalam menyusun penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perkembangan DPK pada PT. Bank Mega Syariah. 2. Bagaimana perkembangan pembiayaan musyarakah pada PT. Bank Mega Syariah. 3. Sejauhmana pengaruh perkembangan DPK terhadap perkembangan pembiayaan musyarakah pada PT. Bank Mega Syariah. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud diadakan penelitian adalah untuk memperoleh data-data dan informasi yang diperlukan dalam membahas masalah yang tengah penulis teliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan Dana Pihak Ketiga pada PT. Bank Mega Syariah. 2. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan musyarakah pada PT. Bank Mega Syariah. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perkembangan DPK terhadap perkembangan pembiayaan musyarakah pada PT. Bank Mega Syariah. 9

1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi dua aspek yaitu aspek teoritis dan aspek praktis: 1.4.1 Kegunaan Pengembangan Ilmu Bagi aspek teoritis penelitian ini untuk peningkatan keilmuan dan wawasan pengetahuan di bidang manajemen perbankan khususnya perbankan syariah yang berhubungan dengan perkembangan DPK terhadap perkembangan pembiayaan musyarakah. 1.4.2 Kegunaan Operasional 1. Untuk penulis diharapkan menambah pengetahuan dibidang perbankan syariah khususnya mengenai DPK dan Pembiayaan musyarakah. 2. Untuk objek yang diteliti diharapkan menjadi masukan bagi kemajuan operasional bank. 3. Untuk akademis diharapkan menjadi bahan referensi bagi para akademis lainnya. 4. Untuk masyarakat umum diharapkan lebih menambah wawasan mengenai perbankan syariah. 1.5 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Bank Mega Syariah, dengan mengunduh data sekunder di internet yaitu laporan keuangan selama periode 2009-2013. 10