2. Bangunan Hijau dan Kepentingan Masyarakat Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

RINGKASAN UNTUK MEDIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

STANDAR INDUSTRI HIJAU

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

Sebuah Alur Pemikiran: Implementasi Green Building di Indonesia.

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building).

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN DI INDONESIA

Infografis Kemakmuran Hijau v5.2 PRINT.pdf PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Masalah

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia (2010) menyebutkan

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

GREEN TRANSPORTATION

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

PENGERTIAN GREEN CITY

I. PENDAHULUAN. Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Visi Indonesia Pembangun- an Manusiaa Ekonomi. Infrastruktur. Kelautan. Transportasi dan Konektivitas. Pertanian. Pariwisata. dan.

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.

INDONESIA NEW URBAN ACTION

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan, manusia menjadi salah satu komponen dari lingkungan hidup itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan

Corporate Social Responsibility PPMJ

BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Transkripsi:

Press Release PENANDATANGANAN KERJASAMA KEMITRAAN IKATAN ARSITEK INDONESIA KONSIL BANGUNAN HIJAU INDONESIA Jakarta, 30 September 2010 1. Bangunan Hijau. Bangunan Hijau / Green Building adalah bangunan (baru) yang direncanakan dan dilaksanakan atau bangunan (sudah berdiri) yang dioperasikan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang mempromosikan : 1. penggunaan lahan yang layak dan berkelanjutan 2. efisiensi dalam penggunaan sumber air 3. penghematan energi, penggunaan energi berkelanjutan dan melindungi atmosfir 4. penghematan bahan bangunan, mereduksi limbah dan tidak mengeksploitasi sumber daya alam, 5. Melindungi dan mempertahankan kualitas udara dalam ruang, untuk menunjang kesehatan penghuni. Green Building merupakan salah satu bentuk respon masyarakat dunia akan perubahan iklim. Praktek Bangunan Hijau ini mempromosikan bahwa perbaikan perilaku (dan teknologi) terhadap bangunan tempat aktivitas hidupnya dapat menyumbang banyak untuk mengatasi pemanasan global. Bangunan/gedung adalah penghasil terbesar (lebih dari 30%) emisi global karbon dioksida, salah satu penyebab utama pemanasan global. Saat ini Amerika, Eropa, Kanada dan Jepang mengkontribusi sebagian besar emisi gas rumah kaca, namun situasi akan berubah secara dramatis di masa depan. Pertumbuhan penduduk di Cina, India, Asia Tenggara, Brazil dan Rusia menyebabkan emisi CO 2 bertambah dengan cepat. Pembangunan di Indonesia meningkatkan kontribusi CO 2 secara signifikan. Hal ini akan memperburuk kondisi lingkungan Indonesia pun kondisi lingkungan global. Menerapkan konsep bangunan hijau berarti setiap penghuni bangunan akan didorong untuk mempraktekkan kepedulian lingkungan secara nyata, terus-menerus sebagai cara hidup sehari-hari. Hemat energi, hemat air dan cermat memelihara kesehatan udara dalam ruang adalah cara-cara efektif menyumbang demi kelestarian bumi. 2. Bangunan Hijau dan Kepentingan Masyarakat Indonesia Perkembangan minat masyarakat Indonesia, termasuk kalangan industri, akan Bangunan Hijau / Green Building ( bangunan yang menerapkan kaidah hemat : energi, air, lahan dan material ) telah menjadikan Bangunan Hijau sebagai salah satu kepentingan umum yang perlu mendapat perhatian Pemerintah dan Kalangan Profesional. a. Bangunan Hijau akan turut menyumbang komitmen global dari Pemerintah RI mengenai Pemanasan Global ( penurunan emisi karbon 26% pada tahun 2020 ), karena bangunan mengemisikan CO2 sebesar 30% dari emisi karbondioksida dunia. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan dalam COP 15 di Copenhagen, Denmark, pengurangan emisi sebesar 26% pada tahun 2020. Konsep bangunan ramah lingkungan akan sangat membantu pemerintah dengan peranan 1 P a g e

seluruh industri konstruksi, baik dari sektor swasta maupun pemerintahan. Peran pemerintah dalam mendorong perilaku, baik pelaku industri maupun individu sebagai pemakai bangunan, sangat penting sekali untuk dapat mewujudkan tujuan menyelamatkan umat manusia dari bencana yang disebabkan oleh pembangunan yang boros sumberdaya dan berorientasi sesaat. b. Bangunan Hijau berpotensi membantu mengatasi kelangkaan energi nasional ( baik bahan bakar fossil maupun catudaya listrik ). Perbaikan ketersediaan energi berpengaruh positif terhadap produktivitas nasional, perluasan cakupan pelayanan listrik, mengurangi subsidi BBM untuk listrik yang tidak rasional, termasuk memperbaiki iklim investasi. c. Penerapan Bangunan Hijau memperbaiki praktek pendayagunaan air (untuk bangunan) sehingga dapat mengurangi sampai mencegah pengurasan sumber air tanah ( melalui sumur dangkal dan sumur dalam) yang kita ketahui mulai menuai masalah lingkungan di kota Jakarta ( amblesnya muka air tanah, interusi air laut dll ) d. Bangunan Hijau mendorong perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat untuk lebih bijaksana menghargai sumber-sumber daya alam, nilai-nilai kearifan lokal, tertib membangun / memelihara bangunan dan solidaritas sosial menghadapi tantangan lingkungan dunia seperti pemanasan global. e. Di seluruh dunia, Gerakan Bangunan Hijau juga - menurunkan biaya operasional bangunan, karena tagihan listrik dan air turun. - turut menciptakan lapangan kerja, retrofit/renovasi membutuhkan keahlian dan Tukang, penyesuaian peralatan lama - meningkatkan derajat kesehatan, turunnya keluhan Sindrom Bangunan Sakit - menambah produktivitas, ruang lebih sehat, absensi menurun - membuka bisnis inovatif & kreatif, industri kreatif daur ulang, eco-training dsb - dan mengurangi ketergantungan akan infrastuktur energi, mandiri energi. 3. Bangunan Hijau dan Peradaban kota-kota Asia Pasifik. Peradaban dunia jelas-jelas akan berpusat di kota-kota, dan tidak lagi terbagi antara kota dan desa. Urbanisasi besar-besaran [ hyper urbanization ] telah membawa penduduk di muka bumi ini berduyun-duyun meninggalkan desanya dan rela berdesak-desakan di wilayah perkotaan. Di kawasan Asia-Pasifik berlangsung urbanisasi dengan sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini 1,6 milyar orang atau 40 persen orang Asia tinggal di area perkotaan. Dan sebelum tahun 2030 nanti, perkotaan akan dihuni oleh sekitar 2,7 miliar orang atau lebih dari separo penduduk akan tinggal di kota dan kawasan perkotaan. Ini berarti kota-kota di Asia Pasifik dijejali oleh 1 juta orang baru setiap minggu. Pada tahun 2008, penduduk kawasan perkotaan di dunia sudah mencapai 50%. Pertumbuhan penduduk di kawasan perkotaan menimbulkan tuntutan yang tinggi untuk 2 P a g e

sarana dan prasarana perkotaan, salah satunya adalah bangunan gedung. Penduduk perkotaan menghabiskan sebagian besar aktivitasnya dalam gedung (kantor, industri, pertokoan, sekolah, dll.). Bangunan gedung, baik dalam proses pembangunan dan pengoperasiannya menimbulkan dampak terhadap lingkungan alami. Dampak dari bangunan gedung rata-rata mengeluarkan 30% emisi CO2 (penyebab utama perubahan iklim), 17% air bersih, 25% kayu, 30-40% penggunaan energi, dan 40-50% bahan mentah lainnya. Implementasi kaidah bangunan hijau ( yang menghemat energi, air, lahan, material serta menjaga kesehatan udara dalam ruangan dan mengelola lingkungan secara bijak) diyakini akan memberikan kontribusi nyata pada keberlanjutan kota. Kecuali dampak positif pada fisik dan lingkungan perkotaan, penerapan bangunan hijau juga membumikan prinsip hemat untuk diterapkan oleh para pemilik, penghuni dan pengguna bangunan. 4. Sertifikasi Bangunan Hijau dan GREENSHIP Sertifikat Bangunan Hijau tidak hanya menjadi pengakuan atas kinerja fisik bangunan, namun diyakini dapat memotivasi semua orang yang ada di dalamnya untuk berkebiasaan green sebagaimana diminta oleh persyaratan sertifikasi bangunan menjadi bangunan hijau. Karena tidak ada satupun manusia di kota tidak hidup dalam / tidak bersinggungan dengan bangunan, maka dalam setiap penambahan tingkat partisipasi green dalam bangunan semakin meluaslah kaidah green diterapkan, semakin besar pula sumbangannya pada umur kota. Faktor daya ungkit (leverage) inilah yang menjadikan gerakan bangunan hijau bagian tak terpisahkan dalam blueprint pembangunan kota berkelanjutan. Di Indonesia proses menjadi bangunan hijau dipandu oleh suatu perangkat penilaian (rating tools) yang disebut GREENSHIP yang disusun dan dilaksanakan oleh Konsil Bangunan Hijau Indonesia /. GREENSHIP untuk Bangunan Baru versi 1.0. terdiri dari 6 kategori, 42 kriteria dan 101 poin. Setiap bangunan yang disertifikasi harus memenuhi syarat kelulusan awal / prerequisite pada keenam kategori. Selanjutnya peringkatnya akan ditentukan berdasarkan perolehan poin. Sebagai contoh, untuk memperoleh GREENSHIP Platinum, suatu bangunan harus mencapai 74 poin, GREENSHIP Gold 58 poin, GREENSHIP Silver 48 poin dan GREENSHIP Bronze 35 poin. 5. Perlunya Agen Perubahan. Dengan demikian setiap orang, apapun pekerjaan / status / kepentingannya harus menjadi agen perubahan. Pertama agen perubahan bagi dirinya sendiri, dan kemudian sesuai dengan kapasitasnya menjadi pemimpin-pemimpin transformasi di kalangannya : rumah tangga, komunitas, bisnis, wilayah, dan seterusnya. Pemimpin visioner yang menjalankan prinsip hijau, sehingga menjadi teladan untuk meyakinkan semua pihak, dalam masyarakat yang hanya percaya bukti. Seeing is believing. Tanpa tindakan nyata, masyarakat tidak yakin untuk memulai, transformasi tak akan jalan, budaya baru tidak dapat dibangun. Yang berarti ancaman akan keberlanjutan planet bumi semakin besar kemungkinannya terbukti. 3 P a g e

6. EVOLUSI dalam GERAKAN LINGKUNGAN Sebagaimana diketahui bahwa paham dan gerakan environmentalism telah mengalami evolusi yang cukup mendasar. Pada era pertama environmentalism yaitu pada awal tahun 1900 gerakan dunia ini bertujuan untuk mempertahankan area hutan dunia. Gerakan ini menghasilkan serangkaian pembangunan taman nasional di hampir setiap negara. Selanjutnya era tahun 1950-an isu lingkungan hidup dikaitkan dengan proteksi terhadap polusi hal ini dikaitkan dengan gejala krisis kesehatan publik. Kemudian pada akhir tahun 1990-an gerakan environmentalism mengaitkan antara isu lingkungan hidup dengan kesejahteraan ekonomi dan mutu kehidupan yang dihasilkan (livability). Memasuki millennium 2000 ini para ahli meprediksikan bahwa environmentalism adalah mengenai green building, efisiensi energi dan keberlanjutan (sustainability). Sehingga bisa disimpulkan bahwa environmentalism saat ini bersifat lintas sektor, lintas disiplin dan melibatkan secara aktif langsung pelaku pembangunan itu sendiri. Paham environmentalism berevolusi dari hal yang bersifat kewajiban dan beban menjadi hal yang bersifat voluntary dan peluang untuk menciptakan nilai tambah. 7. BISNIS DAN PELUANG DI BIDANG LINGKUNGAN. The triple bottom line (disingkat sebagai "TBL" atau "3BL", yang meliputi : - people / masyarakat, - planet / lingkungan - dan profit / bisnis," atau "tiga pilar" adalah : Cara mengembangkan nilai dan kriteria (yang diperluas) untuk mengukur organisasi (dan kelompok masyarakat ) yang sukses secara ekonomi, ekologi dan sosial. Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan TBL sebagai standar akuntansi perkotaan dan masyarakat pada awal tahun 2007, ini menjadi pendekatan yang dominan untuk akuntansi sektor biaya publik. Standar PBB serupa yang berlaku untuk modal alam dan pengukuran modal manusia untuk membantu dalam pengukuran yang diperlukan oleh TBL, misalnya standar ecobudget untuk melaporkan jejak ekologi. The triple bottom line ( People Planet and Profit ), telah dan tetap menjadi alat yang berguna untuk mengintegrasikan keberlanjutan / kelestarian dalam agenda bisnis. Menyeimbangkan tujuan ekonomi tradisional dengan masalah sosial dan lingkungan, sehingga dapat menciptakan ukuran baru kinerja perusahaan. TBL yang merupakan sebuah strategi bisnis yang berfokus pada bottom line / sikap dasar, bagaimanapun, dapat 4 P a g e

memperkuat peluang untuk mengejar inovasi dan menciptakan nilai dalam proses desain. TBL menjadi alat baru untuk melakukan desain berkelanjutan sehingga kembali difokuskan pada pengembangan produk dari suatu proses yang bertujuan untuk menentukan hasil akhir, diarahkan untuk menciptakan insentif yang aman dan produk yang berkualitas sejak awal nya. GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA. Lembaga GBC INDONESIA didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh sinergi di antara para pemangku kepentingannya, meliputi : profesional bidang jasa konstruksi, kalangan industri sektor bangunan dan properti, pemerintah, institusi pendidikan dan penelitian, asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan. Diawali oleh 50 orang profesional sebagai pendiri (Core Founder), GBC INDONESIA kemudian didukung pendiriannya oleh 21 perusahaan pendiri (Corporate Founder) GBC INDONESIA adalah anggota dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan lebih dari 60 negara dan mengakui hanya ada satu GBC di setiap negara. GBC INDONESIA melakukan berbagai kegiatan pendidikan masyarakat secara luas serta menyelenggarakan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia, melalui suatu perangkat penilaian yang diberinama GREENSHIP. Dengan hadirnya GBC INDONESIA berikut program Sertifikasinya berdasarkan tata kelola yang berlaku internasional, diharapkan praktek greenwashing membangun citra hijau berdasarkan klaim / pernyataan sendiri dalam bidang industri bangunan akan dapat ditekan. Dan transformasi menuju pasar hijau dapat berjalan sesuai etika dan norma yang berkeadilan. (Konsil Bangunan Hijau Indonesia) adalah lembaga nirlaba yang dibentuk oleh para pelaku industri konstruksi dan para tenaga ahli di bidang industri konstruksi. Organisasi kami merupakan lembaga satu-satunya yang diakui di Indonesia oleh World Green Building Council, yang berpusat di Toronto, Canada. Visi Konsil Bangunan Hijau Indonesia adalah: Melalui Penerapan Bangunan Hijau akan dicapai bangunan di Indonesia yang secara ekologi, secara ekonomi efisien/berdaya saing dan secara sosial bertanggung jawab sebagai bagian dari anggota masyarakat global. Misi Konsil Bangunan Hijau Indonesia adalah: 1. Mempromosikan dan mendorong transformasi pasar, menuju pembangunan yang lebih bertanggung jawab. 2. Mengedukasi industri dan masyarakat (tentang konsep ramah lingkungan) 3. Menjadi Forum untuk dialog antara industri dan membangun komunitas peduli bangunan hijau. 4. Mempromosikan dan mendorong transformasi pasar, menuju pembangunan yang lebih bertanggung jawab. 5. Mengedukasi industri dan masyarakat (tentang konsep ramah lingkungan) 5 P a g e

6. Menjadi Forum untuk dialog antara industri dan membangun komunitas peduli bangunan hijau. Konsil Bangunan Hijau Indonesia diprakarsai oleh 50 profesional dari berbagai disiplin dan 21 perusahaan dari berbagai industri, membentuk badan pendiri. Jumlah anggota sampai saat ini ada 90 perusahaan (swasta dan BUMN). Salah satu Dewan Pembina Konsil Bangunan Hijau Indonesia adalah Bapak Dr. Kuntoro Mangkusubroto, beliau menjadi pembina kami sejak pertama kali didirikannya lembaga ini pada tanggal 11 Februari 2009. Saat ini, Konsil Bangunan Hijau Indonesia, sedang menyusun sistem penilaian (rating system) yang dinamai GREENSHIP, yang akan menjadi tolok ukur suatu bangunan dalam tingkat pengurangan dampak negatifnya terhadap lingkungan alami. Beberapa proyek percontohan yang sedang berjalan antara lain Gedung Kementerian Pekerjaan Umum dan Gedung Blok G Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. GREENSHIP untuk Bangunan Baru versi. 1.0. yang ada saat ini. GREENSHIP untuk Bangunan yang sudah Berdiri ( Existing Building ) Greensihp untuk Commercial Interior - penyewa bangunan yang minta sertifikasi dilakukan hanya untuk ruang yang disewanya. GREENSHIP Home untuk rumah tunggal /kelompok kecil. GREENSHIP Neighbourhood untuk kawasan perumahan. 6 P a g e