BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau lingkungan kerja. Salah satu faktor-faktor bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB V PEMBAHASAN. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak buah yang dikelilingi oleh garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS.

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, serta pekerja dengan pekerjaannya (International Labour Organization, 1985).

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi. pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

SISTEM KERJA. Nurjannah

BAB I PENDAHULUAN I-1

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya

IV-138 DAFTAR ISTILAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. International Laboir Organization (ILO) tahun 2010, diseluruh dunia terjadi

Kesehatan Lingkungan Kerja

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

REKAP SAMPLING HEAT STRESS Tgl 23 juni 2008 PT. MULTISTRADA ARAH SARANA. 1 Line A Dekat Mesin BOM A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN I-1

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.1 Juni 2017

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas adalah faktor pekerjaan yang dihadapi oleh banyak pekerja hutan di seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di bidang kehutanan (Wasterlund 1998) dan bidang penelitian lainnya seperti industri yang bergerak di bidang perminyakan dan pertambangan (Chen et al., 2003). Tekanan panas adalah bahaya umum dari kesehatan kerja yang terjadi pada pekerja yang bekerja di luar ruangan terutama di iklim panas-lembab. Overheating tubuh dapat menyebabkan sejumlah masalah, termasuk ruam panas, tekanan panas, pusing, kelelahan panas, dan stroke akibat panas (Monazzam et al., 2014). Penelitian yang dilakukan pada 56 unit industri di Yordania didapat bahwa empat puluh delapan persen dari manajer menerima keluhan pekerja sakit punggung, 36% dari kelelahan, 32% dari nyeri tubuh bagian atas, 48% dari stres dan 46% dari ketidakpuasan. Lima puluh tujuh persen dari manajer melaporkan ketidaknyamanan akibat lingkungan yang panas, 36% lingkungan yang bising, dan 41% kurangnya sumber daya dan fasilitas. Enam puluh dua persen tidak memiliki pengetahuan atau akses informasi tentang ergonomi, sementara 64% dari manajer mereka tidak melakukan penilaian ergonomis (Shikdar dan Naseem, 2004). 1

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah mengeluarkan Kepmenaker/Kep-51.Men/1999 tentang Faktor Nilai Ambang Batas (NAB) Fisika di Tempat Kerja yang di dalamnya mengatur tentang NAB untuk iklim kerja panas. Kepmenaker tersebut merupakan adopsi dari ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists) 1996 yang memberlakukan aturan tersebut di negara dengan empat musim. Indonesia merupakan Negara dengan 2 (dua) musim, sehingga dalam hal ini masih belum dibuktikan dengan penelitian terkait aturan tersebut untuk dapat mewakili negara dengan kondisi 2 musim. (Kemenaker, 1999). Sementara itu peraturan lain yang dikeluarkan di tahun 2011, adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Dalam hal ini pada bab 1, ayat 8 dijelaskan bahwa NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Dalam bab yang sama pada ayat 13 dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet, sementara Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari 2

tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya, yang dimaksudkan dalam peraturan ini adalah iklim kerja panas (Per Kemenaker, 2011). Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan para pekerjanya. Iklim kerja panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibandingkan dengan iklim kerja dingin, terlebih bagi negara tropis seperti Indonesia di mana suhu dan kelembaban udara sehari-hari relatif tinggi. Bila di hubungkan dengan metabolism tubuh, iklim kerja panas dapat meningkatkan tekanan panas. Apabila tekanan panas ini dibiarkan, maka akan menyebabkan kelelahan (fatigue) dan sistem thermoregulator di otak (hypothalamus) sebagai mekanisme kontrol suhu tubuh, tidak lagi bekerja yang pada akhirnya dapat menimbukan heat stress (Prasetyo, 2004). Kelelahan merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebelum terjadi kerusakan lebih lanjut. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Penelitian pada pekerja listrik dan industry baja di China menunjukkan bahwa 75% mengalami rasa haus, 40% mengalami ketegangan mata, pundak dan pinggang belakang terasa kaku (Chen et al., 2003). Pelaksanaan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kewajiban bagi perusahaan yang harus diberikan kepada pegawainya dan juga amanat Undang-Undang Ketenagara Kerjaan. Dalam Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003 Pasal 86: (1) menyatakan setiap pekerja atau buruh 3

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesejahteraan kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama; (2) menyatakan untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesejahteraan kerja (Kemenaker, 2013). Berdasarkan data Kemenker ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi yang tidak nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut data International Labor Organitation (ILO), tercatat setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja dan terjadi sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja pertahun di seluruh dunia (Kemenaker, 2013). Penelitian ini mengambil PT. Premier Oil Platform Gajah Baru Kepulauan Natuna sebagai salah satu tempat penelitian. Dimana, PT. Premier Oil merupakan perusahaan yang berasal dari Inggris yang bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia yang mulai melakukan pengeboran minyak dan gas pada tahun 2007 di Natuna Sea Block A. dengan Kontrak kerjasama berlaku 30 tahun. Pada perusahaan ini tuntutan pekerja untuk lebih produktif begitu tinggi, dengan konsekuensi kondisi iklim kerja yang juga tinggi. Oleh karenanya, diperlukan kenyamanan dalam suatu kondisi iklim kerja yang dapat memicu produktivitas para pekerjanya. Saat ini PT. Premier Oil Platform Gajah Baru Kepulauan Natuna memiliki tenaga kerja sebanyak 400 karyawan. Dimana kawasan Natuna 4

memiliki temperatur berkisar antara 21,8 0 C hingga 34,0 0 C dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 86 persen. Suhu udara maksimum terjadi pada siang hari yaitu 34 0 C yang masuk dalam kategori panas. Kondisi panas yang mempengaruhi lingkungan kerja dapat mempengaruhi kelelahan para pekerjanya, sehingga produktivitas kerja menurun. Dari penelitian pendahuluan 10 karyawan yang di wawancara oleh peneliti, 8 diantaranya merasakan keluhan kelelahan dan haus di saat kerja. Kelelahan (fatigue) merupakan salah satu dari lima penyakit yang paling banyak dialami oleh karyawan yang bekerja di PT. Premier Oil Indonesia Platform Gajah Baru di Kepulauan Natuna sebesar 1.098 pertahun berdasarkan data kunjungan pasien klinik di tahun 2014. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan tekanan panas (heat stress) dengan keluhan kelelahan (fatigue) di PT. Premier Oil Platform Gajah Baru Kepulauan Natuna. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi perusahaan Premier Oil Platform Gajah Baru yaitu: 1. Pada perubahan suhu dari sedang menjadi panas di Kepulauan Natuna akan berdampak salah satunya pada kelelahan karyawan PT. Premier Oil Platform Gajah Baru. 2. Sementara tekanan panas yang terjadi merupakan salah satu faktor fisik yang dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan. 5

3. Selain itu penyebab terjadinya kelelahan yang lain yaitu usia, lingkungan kerja, riwayat penyakit, beban kerja, sifat pekerjaan, faktor individu, dan faktor psikologis (Vjestica et al., 2013). 4. Pada Industri pengeboran minyak dan gas biasanya menempatkan para pekerja di tempat kerja yang terbuka dan dengan kondisi cuaca yang tidak menentu pada suhu di atas zona aman yang menanggung panas yang berasal dari hasil aktivitas tubuh juga menerima beban tambahan dari lingkungan kerjanya di ruang terbuka dengan cuaca yang panas berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. 5. Gangguan kesehatan akibat tekanan panas dimulai dari gangguan fisiologis yang sangat sederhana seperti halnya dehidrasi, merasa haus, cepat lelah, pusing, mual, terdapat biang keringat, kulit terasa panas dan kering, timbulnya kejang, sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius (Anies, 2002). 6. Gangguan perilaku dan performansi kerja juga sering ditemukan seperti pekerja melakukan istirahat curian. Peningkatan pada suhu dalam tubuh yang berlebih dapat mengakibatkan penyakit dan kematian (Nugraha, 2010). C. Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan hanya pada batasan untuk mengetahui hubungan tekanan panas dengan keluhan kelelahan pada tenaga kerja di Pemier Oil Indonesia yang berlokasi di Gajah Baru Kepulauan Natuna Indonesia. 6

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah-masalah yang akan diteliti dalam penulisan ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana hubungan tekanan panas (heat stress) dengan keluhan kelelahan (fatigue) pada tenaga kerja di Perusahaan Premier Oil Indonesia? E. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tekanan panas (heat stress) dengan keluhan kelelahan (fatigue) pada tenaga kerja di Perusahaan Premier Oil Indonesia. 2. Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi karakteristik responden berupa umur, tingkat pendidikan, riwayat penyakit, dan lokasi pekerjaan. b) Mengidentifikasi tekanan panas (heat stress) pada tenaga kerja di Perusahaan Premier Oil Indonesia. c) Mengidentifikasi keluhan kelelahan (fatigue) pada tenaga kerja di Perusahaan Premier Oil Indonesia. d) Menganalisis hubungan tekanan panas (heat stress) dengan keluhan kelelahan (fatigue) pada tenaga kerja di Perusahaan Premier Oil Indonesia. 7

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Insitusi (Perusahaan) Diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan perusahaan dalam upaya peningkatan fasilitas dan sarana sistem produksi dan distribusi. 2. Bagi Pendidikan (Perguruan Tinggi) Dapat memberikan sumbangan hasil penelitian kepada perguruan tinggi dalam mengembangkan ilmu dan teknologi khususnya dibidang kesehatan masyarakat K3 (Kesehatan, Keselamatan Kerja). 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang kesehatan kerja pada khususnya dan sebagai referensi atau titik tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi pihak lain yang ingin mempelajari mengenai hubungan tekanan panas terhadap kesehatan kerja. 8