MODEL LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3. Dosen PGSD FKIP UNS

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

PENGGUNAAN METODE MIND MAP DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN PATEMON GOMBONG TAHUN AJARAN 2013/2014

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SOKAWERA TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY KINESTETIC (VAK) DENGAN MULTIMEDIA

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

PENGGUNAAN TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN 1 MULYOSRI

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR

Keywords: Scientific, Concrete Media, Mathematics

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

PENERAPAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PERSUASI

Keywords: Scientific, concrete object media, Mathematics

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu. Perkembangan ini menyebabkan

PENGGUNAAN MODEL CYCLE LEARNING DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 2 KLOPOSAWIT TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

IMPLEMENTASI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

PENERAPAN MODEL ARIAS

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN METODE STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD

PENGGUNAAN METODE TALKING STICK DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN PETARANGAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh: Rahmat Yulianto, Fakultas Ilmu Pendidikan, Abstrak

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Irmasuryani Abstract

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract

Widhati 1), Chumdari 2), Siti Kamsiyati 3) PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

PENERAPAN METODE KUMON DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUTOSARI TAHUN AJARAN

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR KELAS IV

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PLC MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMKN2 WONOSARI

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS PEMBELAJARAN IPA TENTANG CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA REALIA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG GAYA PADA SISWA KELAS V SDN 2 BANJURPASAR TAHUN AJARAN

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MULTIMEDIA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 5 BUMIREJO TAHUN AJARAN 2015/2016

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL WORD SQUARE DI SDN 26 PELANGAI KECIL KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG DAUR AIR PADA SISWA KELAS V SDN 1 PEJAGOAN TAHUN AJARAN

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang

PENGGUNAAN MIND MIND DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KEDUNGWINANGUN

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN

NIA AMELIA NPM

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol. 1, No. 2, September 2013 ISSN:

Oleh : Fadhilaturrahmi Dosen SI PGSD STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai Riau ABSTRACT

Kata kunci: Index Card Match, kartu gambar, Bahasa Inggris

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA KELAS IV DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN

Keywords: Open Ended Learning, multimedia, mathematic

PENERAPAN MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS IPA SISWA KELAS V SD

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG

PENERAPAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIS SISWA. Yeni Dwi Kurino Universitas Majalengka

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP CAHAYA

Kata kunci: Model, Pembelajaran Tematik, Pengalaman

PENERAPAN METODE KUMON DENGAN MEDIA GRAFIS

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SD

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI QUANTUM TEACHING DI SDSN 06 KAMPUNG LAPAI PADANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL)

PENERAPAN TEKNIK MNEMONIC DENGAN BAHAN AJAR BROSUR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SDN 1 POHKUMBANG TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN 1 PURWOGONDO TAHUN AJARAN 2013/2014

Mebtan Dwi Permana, Imam Muchtar, Chumi Zahroul Fitriah 1)

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENERAPANMODEL KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK

PENERAPAN MODEL COMPLETE SENTENCE DENGAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS III SD

PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANFERRING (REACT)

Key Word: creative-productive, buzz group, increasing, mathematic

278 Penerapan Metode Sosiodrama...

Transkripsi:

1 Antologi UPI Vol.Edisi No Agustus 2016 MODEL LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Qurrotul A yun 1, Tuti Istianti 2, Dudung Priatna 3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru Qurro.ayun@yahoo.com ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping dilatarbelakangi oleh permasalahan pada proses pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV sekolah dasar. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan proses peningkatan belajar siswa dalam kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping pada materi perkembangan teknologi pada mata pelajaran IPS SD. Model Learning Cycle 7E memiliki tujuh tahapan pembelajaran yang harus ada pada tiap pembelajaran. Mind Mapping digunakan sebagai teknik dalam pembelajaran dengan tujuan membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa yang di tingkatkan dalam penelitian ini menggunakan 3 indikator yaitu: mengidentifikasi informasi, memberikan alternatif dan memberikan argumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan desain yang dikembangkan oleh Jhon Elliot yang terdiri dari tiga siklus dan sembilan tindakan.partisipan penelitian ini yaitu siswa SD kelas IV di kecamatan Cileunyi.Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ( Kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan signifikan pada tiap siklusnya. ( Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan pada tiap siklusnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 62,7 pada siklus I, 70,2 pada siklus II dan meningkat menjadi 80,3 pada siklus III. Kesimpulannya pada penelitian ini adalah model Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas IV Sekolah Dasar. Kata kunci :Learning Cycle 7E, Mind Mapping, berpikir kritis

Qurrotul A yun 1, Tuti Istianti 2, Dudung Priatna 3 2 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan 7E LEARNING CYCLE MODEL WITH MIND MAPPING TO IMPROVE STUDENT CRITICAL THINKING SKILL Qurrotul A yun 1, Tuti Istianti 2, Dudung Priatna 3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru Qurro.ayun@yahoo.com ABSTRACT This research is motivated by problem in learning process and critical thinking skill on the fourth grade student elementary school. This research aims to determine the improvement of student learning outcomes with regard to the students ability in critical thinking skill using 7E Learning Cycle with mind mapping. 7E Learning Cycle has seven steps of learning that have to complete in every learning. Mind Mapping is used as technique in learning with purpose to regard to the students ability in critical thinking skill. Critical thinking skill that has to improve in this research is using three indicators, : identifying information, giving an alternative, and giving an argumentation. This research uses Classroom Action Research (CAR) with John Elliot research design. The research was conducted on the fourth grade studentsof Cileunyi 04 Elementary School in Bandung regency. The findings show that ( in learning process to improve students ability in critical thinking skill in the aspect of : identifying information, giving an alternative, and giving an argumentation increased significantly. ( This result is proved by the improvement of learning outcomes average value in each cycle.. The average value of students learning outcomes in cycle 1 was 62.7, which increased in cycle 2 to 70.2, and increased in cycle 3 to 80.3. Based on these results, it can be concluded that the use of7e learning cycle model with mind mapping can improve critical thinking skillon fourth grade elementary school. Key words : 7E Learning Cycle, Mind Mapping, critical thinking

3 Antologi UPI Vol.Edisi No Agustus 2016 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin pesat.perkembangan tersebut disebabkan karena berkembangnya pemikiran manusia sebagai bagian dari kebutuhan dan tuntutan zaman. Binkley, et al (dalam Abidin, 2014, hlm. menyatakan bahwa ada sepuluh keterampilan yang harus dimiliki pada abad ke-21 yang meliputi keterampilan berpikir kreatif, berpikir kritis, berpikir metakognisi, komunikasi, kolaborasi, literasi informasi, literasi TIK, berkewarganegaraan, bekerja dan berkarier serta keterampilan responsibilitas individu dan sosial. Menyambut era globalisasi yang sarat akan persaingan, baik dalam segi intelektual dan tenologi perlu adanya usaha dalam menjawab tantangan yang menyertainya. Upaya menjawab tantangan tersebut dapat dicapai dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengenali dirinya serta kewajibannya dalam hidup bernegara yang menuntutnya memiliki kepribadian tanggap, kritis, kreatif dan berliteratur. Costa dan Kallick (dalam Abidin, 2015, hlm. 17) mengemukakan bahwa siswa harus mengembangkan kebiasaan berpikir sebab kebiasaan berpikir merupakan karakeristik kinerja tertinggi yang dibutuhkan untuk menguasai berbagai bidang ilmu.menanggapi hal tersebut, semakin menuntut adanya keterpanggilan para penerus bangsa untuk andil dalam upaya mensejahterakan bangsa.upaya peningkatan kemampuan berpikir tersebut memungkinkan agar bangsa Indonesia mampu mengentaskan diri dari polemik pendidikan yang selama ini membayangi negeri ini.peserta didik diharapkan dapat memenuhi harapan dalam penguasaan berbagai bidang keilmuan tersebut dengan baik berdasarkan kurikulum pendidikan yang berlaku yaitu kurikulum 2006 dan kurikulum 2013. Berpikir kritis merupakan kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenaran berdasarkan pola penalaran tertentu (Susanto, 2013, hlm. 12. Artinya dalam pembelajaran IPS, berpikir kritis diperlukan oleh siswa agar dapat menjawab permasalahan atau kondisi yang dihadapinya berdasarkan argumen yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan. Pendidikan berpikir kritis bertujuan agar siswa mampu berpikir secara mendalam tentang suatu informasi atau isu yang kemudian berusaha memecahkan permasalahan tersebut secara logis dan kritis.oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu membuat perencanaan dan pengelolaan pembelajaran IPS sesuai dengan karakteristik dan fungsi mata pelajaran tersebut sehingga tujuan dari pembelajaran IPS dapat terealisasikan. Namun pada kenyataannya, ditemukan berbagai persoalan yang menyangkut kepada kualitas lulusan sekolah dasar yang dinilai belum memenuhi standar kemampuan berpikir tingkat tinggi.secara empirik, penulis menemukan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan di salah satu sekolah dasar di kabupaten Bandung kecamatan Cileunyi dirasa kurang efektif.hal ini disebabkan karena; Pertama, siswa merasa bahwa pembelajaran IPS sulit karena terlalu banyak teori/konsep yang harus diingat dan dihapalkan yang pada akhirnya penyerapan materi oleh siswa menjadi terhambat.kedua, pemahaman konsep siswa yang masih belum berkembang dengan baik.ketiga, model pembelajaran konvensional membuat daya penalaran dan pemahaman konsep siswa menjadi kurang maksimal sehingga kemampuan kognitif siswa belum mencapai kepada kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis.keempat, rendahnya motivasi belajar siswa dalam belajar IPS

Qurrotul A yun 1, Tuti Istianti 2, Dudung Priatna 3 4 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan serta kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya pembelajaran berpikir. Hal ini dapat mengakibatkan terhambatnya pendidikan berpkir kritis bagi siswa SD pada pembelajaran IPS. Sehubungan dengan permasalahan yang telah dipaparkan, maka perlu adanya upaya perbaikan pendidikan berpikir kritis dan proses pembelajaran IPS melalui pembelajaran yang tepat, efektif dan inovatif. Upaya tersebut merupakan kebutuhan yang penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.Pembelajaran tersebut harus mampu menangani permasalahan yang terjadi di lapangan berkenaan dengan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami pentingnya belajar berpikir kritis pada pembelajaran IPS. Sebagai alternatif yang dapat digunakan dalam mewujudkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran IPS, penulis akan mencoba melakukan penelitian tindakan kelas pada kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle) 7E dengan berbantuan Mind Mapping dalam pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi. Model Learning Cycle merupakan model yang cukup lama diberkembang pada dunia pendidikan. Sejalan dengan pendapat Trowbridge & Bybee (Wena,2012. Hlm. 170) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle pertama dikenalkan oleh Robert Karplus dari Universitas California dalam proyek Science Curiculum Improvement Study (SCIS) tahun 1970-an di Amerika Serikat. Pada mulanya Learning Cycle yang dikemukakan terdiri dari 3 tahap yaitu, eksplorasi (eksploration), pengenalan konsep (concept indroduction), dan penerapan konsep (concept application) yang dikenal sebagai Learning Cycle 3E. Kemudian pada tahun 2002, LC berkembang menjadi 5 tahap menurut Lorsbach (dalam Wena, hal. 17, tahap tersebut diantaranya; pembangkitan minat (Engage), eksplorasi (Explore), penjelasan (Explain), elaborasi (Elaborate/extention), dan evaluasi Evaluate atau disebut sebagai Learning Cycle 5E. Tidak cukup sampai disitu, Eisenkraft (dalam Nesa, 2012:1 mengembangkan LC menjadi 7 tahap atau disebut sebagai Learing Cycle 7E yang merupakan pengembangan dari Learning Cycle 5E. Penyempurnaan ini dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal serta agar guru tidak mengabaikan proses pembelajaran yang penting. Tujuh tahap tersebut adalah; Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, dan Extend. Mind Mapping merupakan suatu penjabaran konsep dalam bentuk cabang-cabang informasi yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Mind maping adalah... features of the human brain to devolop a set of rules wich is simple to following in order to create a maze of information called the mind mapping (Buzan, dalam Fun, CS, dan Maskat, N. Thn 2010, hlm. 240). Maksudnya, Mind Mapping suatu cara dalam menempatkan dan membuat informasi ke dalam otak dan memanggilnya kembali disaat informasi tersebut dibutuhkan. Peta konsep dapat memberikan sudut pandang yang lebih jauh dan kompleks dalam mencerna informasi verbal dan visual. Dengan adanya keterhubungan informasi/materi akan memancing pengetahuan siswa serta meningkatkan memori baik jangka panjang ataupun jangka pendeknya. A Echevarria dan Patience (2011, hlm. 30) juga menjelaskan bahwa pemetaan pengetahuan/pemikiran akan dapat menantang siswa untuk mengklasifikasikan informasi secara

5 Antologi UPI Vol.Edisi No Agustus 2016 hierarki, berpindah dari ide pusat dan menorganisasikannya melewati penghubung hingga ke subkelompoknya. Dengan demikian, pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan dan aktif. Pembelajaran dengan menggunakan mind mapping dinilai lebih efektif dan efisien karena karakteristik yang dimiliki oleh Mind Mapping yang dapat mempermudah siswa dalam proses mengingat, mencatat dan menyimpulkan secara runtut. Buzan (Fun, CS, dan Maskat, N. Thn 2010, hlm. 240) menyatakan bahwa...mind Mapping can increase memory retention and productivity. Pembelajaran dengan menggunakan mind maping dinilai lebih efektif dan efisien. Kemampuan berpikir kritis merupakan sutu ciri manusia Indonesia yang bersumber daya manusia yang berkualitas dan hal tersebut ditumbuhkan melalui transformasi pemanusiaan pada instansi pendidikan (Danim, S. 2005, hlm,3. Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang dalam menggali, memeroses serta mempertanyakan sesuatu secara matang tentang segala sesuatu yang dianggap kurang tepat. Bayer (dalam Ormord, 2008, hlm. 409) menerangkan bahwa proses berpikir kritis melibatkan dua hal: akurasi dan kelayakan informasi, serta alur penalaran. Rosalin (2008, hlm. 55) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisir dan mengevaluasi secara sistematis melalui bobot pendapat pribadi dan orang lain. Berkaitan dengan pembelajaran IPS SD, berpikir kritis juga harus dilandasi dengan konsep-konsep atau fakta yang mendudukung argumentasi yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Dengan demikian, argumentasi siswa dapat diperkuat dengan adanya fakta tersebut. Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis yang diteliti meliputi tiga aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu: mengidentifikasi informasi ; memberikan alternative dan kemampuan siswa dalam berargumentasi. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan proses peningkatan berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada pokok bahasan perkembangan teknologi. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).PTK merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti atau guru dalam rangka memecahkan masalah yang ada di lapangan/kelas. Metode PTK atau dalam bahasa Inggris Classroom Action Research (CAR) dipilih dengan tujuan untuk memperbaiki sistem pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran. Uno (2012, hlm. 5 menjelaskan bahwa action research adalah penelitian yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Ia menambahkan bahwa action research dilakukan sendiri oleh peneliti dan diamati bersama rekan-rekannya. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK model Elliot. Model ini dikembangkan oleh Elliot dan Edelmen yang merupakan pengembangan dari model Kemmis yang dibuat dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya. Sukardi (2012, hlm. 24 menjelaskan bahwa model Elliot menekankan pada pendefinisian ulang dan evolusi yang tetap dari tujuan asli melalui serangkaian peninjauan berulang setiap siklus.peninjauan tersebut harus mencakup beberapa tingkatan analisis.

Qurrotul A yun 1, Tuti Istianti 2, Dudung Priatna 3 6 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Cileunyi 04 yang terletak di Jalan Galumpit No.71 Desa Cileunyi Kulon Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Cileunyi 04 yakni sebanyak 26 orang siswa yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian berpikir kritis, lembar observasi, catatan lapangan dan soal evaluasi berpikir kritis. Dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, catatan lapangan, wawancara dan tes proses dan evaluasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif yang selanjutnya akan dilakukan trianulasi data. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui kegiatan observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Data tersebut berupa lembar hasil kegiatan observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik alanisis data ini dilakukan dengan cara analisis berdasarkan pokok permasalahan. Data-data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis kemudaian dijabarkan dalam bentuk deskripsi. Analisis kuantitatif digunakan dengan menggunakan rumus rata-rata. Data-data yang dihasilkan merupakan data statistika yang merupakan suatu cara untuk mengatur dan mengelompokkan data agar dapat ditarik kesimpulan yang berarti. Teknik triangulasi data dibutuhkan agar penelitian menjadi lebih ilmiah, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Data yang diperoleh berdasarkan analisis data kuantitatif dan kualitatif selanjutnya kan dianalisis menggunakan triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN PTK ini dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Cileunyi 04 pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan materi perkembangan teknologi.model pembelajaran yang digunakan yaitu Learning Cycle (siklus belajar) 7E dengan bantuan Mind Mapping atau peta pikiran.penggunaan model tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah. Penelitian ini menggunakan desain Elliot yang dilakukan dalam tiga siklus, masinmasing siklus terdiri dari tiga tindakan. Tahapan demi tahapan dalam penelitian ini dimulai dari tahap penemuan ide awal, temuan dan analisis kondisi subjek, perumusan dan implementasi tindakan di kelas, penelitian ini akan menuju kepada langkah-langkah selanjutnya yaitu analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, temuan dan analisis penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator menidentifikasi informasi, memberikan alternatif dan berargumentasi mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Peningkatan kemampuan siswa dalam berpikir kritis pada pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi setelah mendapatkan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mappingdapat diketahui dari sajian gambar di bawah ini.

7 Antologi UPI Vol.Edisii No Agustus 2016 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Nilai Rata-rata Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 56,0 47,7 47,7 Siklus I 66,7 59,7 60,7 Siklus II Kemampuan Mengidentifikasi Informasi Kemampuan Memberikan Alternatif Kemampuan Berargumentasi 82,7 73,3 77,0 Siklus III Gambar 1 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan sajian gambar 1 dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator mengidentifikasi informasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan ditandai dengan peningkatann kelancaran kemampuan siswa dalam mencari, mengolah dan menyimpulkan informasi dari siklus 1 ke siklus IIII mengalami peningkatan. Berdasarkan teori Piaget (dalam Slavin,R. 2011,hlm. 56) proses siswa dalam belajar dan memahami kebenaran dalam jawaban sangatlah penting untuk diperhatikan selain memeriksa jawaban siswa. Maka dalam hal ini guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam proses mengamati video, teks maupun gambar yang nantinya dapat memberikan informasi penting kepada siswa untuk diidentifikasi dan dicerna. Pada siklus I,rata-rata kemampuan siswa pada aspek mengidentifikasi informasi adalah 56 dalam hal ini separuh dari 26 siswa siswa belum mampu dalam mencari, mengolah dan menyimpulkan informasi sesuai dengan fakta yang didapat atau yang ditemukan dari berbagai sumber tersebut. Ditandai pula dengan Mind Mappingyang diisi oleh siswa yang kurang lengkap. Sedangkan pada siklus II telah mengalami kenaikan yang signifikan dengan rata-rata sebesar 66,7. Hal ini sejalan dengan kelancaran siswa dalam mencari informasi, mengolah informasi dan mengidentifikasi informasi sesuai dengan fakta.dibandingkan pada siklus sebelumnya, siswa hanya mampu menyalin informasi yang ada pada teks. Sedangkan hasil salinan tersebut masih belum tepat karena tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan. Hal sedemikian itu sudah berkurang pada siklus III. Rata-rata peningkatan aspek mengidentifikasi informasi sebesar 82,7 yang menandakan bahwa peningkatan tersebut sangat signifikan dibandingkan siklus sebelumnya. Adapun Mind Mapping yang diisi oleh siswa sudah memenuhi kategori baik karena memuat informasi yang cukup lengkap. Dengan lengkapnya Mind Mappingakan menambah semangat siswa dalam menyalin dan mencatatnya sebagai upaya membantu siswa dalam mengingat. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapatormord (2009, hlm. 376) mengatakan bahwa peta konsep merupakan diagram konsep-konsep dan berkaitan; digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan memori terhadap suatu topik. Adapun peningkatan kemampuan mengidentifikasi informasi juga terjadi dikarenakan stimulus dari guru yang diberikan kepada siswa serta telah terbiasanya dan memiliki pengalaman dalam mengidentifikasi informasi sebagaimana telah dibelajarkan pada dua siklus sebelumnya. Hal ini sejalan dengan salah satu pendapat Landsman(Sudjana; dalam Rakhmat dkk, 2006, hlm. 16) bahwa pengalaman yang positif dapat mempercepat serta memudahkan terjadinyan proses sosialisasi gagasan- pengalaman gagasan. Dengan pemberian akan membantu siswa dalam mengestapetkan pengetahuannya ke skema

Qurrotul A yun 1, Tuti Istianti 2, Dudung Priatna 3 8 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan awal. Peningkatan tersebut juga dikarenakan motivasi belajar siswa yang cukup tinggi, pemberian stimulus oleh guru juga sangat mempengaruhi peningkatan prestasi siswa dan dukungan media, sarana dan prasarana pembelajaran yang juga menjadi faktor keberhasilan dalam pembelajaran. Bantuan Mind Mapping yang diberikan cukup membantu siswa dalam mengaitkan informasi satu dengan yang lain serta membantu dalam menyimpulkan. Sedangkan pada indikator kemampuan berpikir kritis yang kedua yaitu memberikan alternatif juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 3 meskipun tidak begitu signifikan pada indikator pertama.peningkatan tersebut dilihat dari aspek mengungkapkan masalah, mempertimbangkan solusi yang mungkin dan merumuskan solusi alternatif. Pada siklus I, kemampuan memberikan alternatif siswa mencapai rata-rata sebesar 47,7 yang menandakan bahwa hampir sebagian siswa belum mampu dalam mengungkapkan masalah dengan tepat, belum mampu dalam mempertimbangkan solusi yang mungkin dan merumuskan solusi alternatif pada sikus I. Diketahui berdasarkan temuan, analisis dan refleksi bahwa pada siklus I, siswa cenderung ragu dalam memberikan alternatif. Siswa masih belum mengerti bagaimana cara agar alternatif yang diberikan dapat menjadi gagasan yang solutif terhadap permasalahan yang dibelajarkan pada siklus I. Pada siklus II, terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam indikator memberikan alternatif yaitu sebesar 59,7. Nilai tersebut masih belum mencapai kriteria siswa dikatakan mampu dalam mengungkapkan masalah, mempertimbangkan solusi yang mungkin dan merumuskan solusi alternatif. Meskipun terdapat peningkatan rata-rata sebesar 12,0 dari rata-rata nilai di siklus 1. Sedangkan pada siklus III, rata-rata nilai ketercapaian siswa yaitu 73,3. Nilai ini cukup memenuhi kriteria siswa dikatakan mampu dalam mengungkapkan masalah, mempertimbangkan solusi yang mungkin dan merumuskan solusi alternatif.seperti pendapat Fisher (2009, hlm. 8), menyatakan bahwa salah satu indikator siswa mampu berpikir kritis adalah mampu mengevaluasi dan menghasilkan keputusankeputusan.terbukti dengan kemampuan siswa dalam merumuskan dan memberikan solusi alternatif yang mengalami peningkatan dari segi ketepatan dan kelogisan alternatif yang dikomunikasikan oleh siswa. Pemberian stimulus yang diberikan oleh guru sangatlah penting agar siswa senantiasa aktif dalam belajar terutama mendorong siswa dalam berpikir dan memberikan alternatif solusi.sejalan dengan pendapat Thorndike (dalam Rosalin, 2008, hlm. yang menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dan respons (R).Pada pembelajaran, guru senantiasa memberikan motivasi dan stimulus yang baik kepada siswa.terbukti salah satu faktor keberhasilan dari pembelajaran dikarenakan stimulus dari orang dewasa yang mampu memberikan rangsangan belajar kepada siswa. Pada indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang ketiga yaitu kemampuan dalam berargumentasi.berdasarkan gambar 1, dikemukakan bahwa kemampuan siswa dalam berargumentasi telah mengalami peningkatan dalam aspek mampu memberikan, mempertahankan dan menganalisis argumentasi dalam menjawab pertanyaan/masalah dengan benar dan logis. Pada siklus I kemampuan siswa dalam berargumentasi adalah 47,7. Berdasarkan kriteria penilaian kemampuan berargumentasi, rata-rata siswa belum mampu dalam memberikan ataupun

9 Antologi UPI Vol.Edisii No Agustus 2016 menganalisis argumentasi dalam menjawab pertanyaan/masalah dengan benar dan logis. Siswa hanya mampu dalam memberikan argumentasinya berdasarkan pendapat yang spontasnitas bahkan terdapat siswa yang menyatakan jawabanya sama dengan temannya. Sedangkan pada siswa yang sudah menunjukkan kemampuan berargumentasinya, namun masih belum sepenuhnya mampu dalam mempertahankan argumentasi tersebut. Argumentasi siswa masih dapat digoyahkan dengan argumentasi pancingan dari siswa lain. Sedangkan Pada siklus II kemampuan siswa dalam berargumentasi menjadi 60,7 yang mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya sebesar 13,0. Meningkatnya kemampuan berargumentasi ini dikarenakan siswa mulai dapat memberikan argumentasinya secara cukup tepat berkat pelatihan, stimulus dan motivasi belajar siswa.siswa mulai berani memberikan argumentasinya meskipun secara singkat. Sedangkan kemampuan berargumentasi pada siklus III dengan perolehan nilai ketercpaian sebesar 77,0 yangtergolong mampu/baik. Siswa dilibatkan dalam memberikan argumentasinyaa mengenai dampak kemajuan teknologi transportasi bagi kesehatan dan lingkungan.keterlibatan siswa dalam memberikan argumentasinya merujuk kepada pendapat Santrock (dalam Desmita, 2012.Hlm. 160-16 yang menjelaskan bahwa guru dalam membantu siswa dalam mengembangkann kemampuan berpikir kritis diantaranya harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam perencanaan dan strategi.tentunya dalam hal ini siswa diminta menyampaikan argumentasinya dalam upaya memecahkan masalah.didapati dari kegiatan tersebut siswa sudah dapat memberikan argumentasinya mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing alat transportasi; dampak positif dan negatif yang didapatkan dari transportasi serta mengatasinya.dalam mempertahankan dan menganalisis argumentasi, sebanyak (± ) siswa yang secara benar dan logis didukung dengan antusiasme siswa dalam berpendapat. Untuk lebih memudahkan dalam melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap siklus, maka persentase yang diperoleh pada setiap tindakan dan setiap tindakan dan siklus digambarkan pada diagram batang berikut. Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tindakan 1 Tindakan 2 46,2 49,0 55,1 Siklus I 57,4 62,5 67,0 Siklus II Tindakan 3 79,5 84,0 69,2 Siklus III Gambar 2. Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tiap Tindakan Nilai berpikir kritis siswa dilihat dari setiap tindakan dalam tiga siklus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I, dapat dilihat bahwaa kemampuan berpikir kritis siswa pada tindakan 1 sebesar 46,2, tindakan 2 sebesar 49,0 dan tindakan 3 sebesar 55,1. Perolehan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa meningkat pada siklus II yaitu; tindakan 1 sebesar 57,4 dengan kategori kurang, tindakan 2 sebesar 62,5 dengan kategori cukup, dan tindakan 3 sebesar 67,0 dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus III, perolehan nilaiberpikir rata-rata kemampuan kritismengalami peningkatanan signifikan. Pada tindakan 1, rata-rataa nilai yang diperoleh sebesar 69,2 dengan kategori cukup, tindakan 2 sebesar 79,5 dengan

Qurrotul A yun 1, Tuti Istianti 2, Dudung Priatna 3 10 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan kategori baik, dan pada tindakan 3 memperoleh kategori sangat baik dengan nilai rata-rata sebesar 84,0. Berikut sajian gambar..dilihat dari nilai rata-rata pada tiap siklus. 100 80 60 40 20 0 Kemampuan Berpikir Siswa 50 Siklus I Gambar 3. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan gambar 3, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dari setiap siklus telah mengalami kenaikan yan signifikan.pada siklus I, kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah yaitu dengan rata-rata nilai hanya sebesar 50.Hal tersebut dibuktikan dengan kemampuan siswa yang masih belum mampu mengidentifikasi informasi, memberikan alternatif dan argumentasinya secara tepat dan logis.sedangkan pada siklus II, kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan.rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada siklus II adalah sbesar 63.Meskipun mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, namun terbilang cukup signifikan.ditandai dengan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi informasi, memberikan alternatif dan argumentasinya yang mengalami peningkatan kemampuan.sedangkan peningkatan yang signifikan adalah pada siklus III yang mencapai rata-rata 78 dan tergolong kriteria baik (70-79). 63 Siklus I Kritis 78 Siklus I Hasil belajar siswa dalam kemampuan berpikir kritis melaui model Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping disajikan dalam gambar berikut. Nilai Hasil Belajar Nilai Hasil Belajar Siswa 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Tindakan 1 59,4 69,66 77,9 Tindakan 2 62,4 68,1 78,1 Tindakan 3 66,3 72,9 85 Gambar 4. Nilai Hasil Belajar Siswa Berdasarkan gambar 4, dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 1 yaitu sebesar 62,7. Angka tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus 1 memenuhi kriteria cukup (60-69), meskipun perolehan rata-rata nilai pada setiap tindakan di siklus I mengalami kenaikan. Sedangkan pada siklus II mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari sebelumnya yaitu mencapai rata-rata nilai 70,2. Nilai tersebut memenuhi kriteria baik (70-79).Pencapaian ini dibuktikan dengan banyaknya rata-rata nilai siswa yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya.namun pada siklus II ditemukan penurunan nilai rata-rata hasil belajar pada tindakan 2.Menanggapi hal tersebut, berdasarkan hasil temuan dan analisis ditemukan bahwa pada pelaksanaan siklus II tindakan 2 dilaksanakan dengan kurang optimal. Pada tahap akhir terjadi pergantian jam pelajaran sehingga pada saat pembagian dan pengerjaan soal evaluasi Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250

11 Antologi UPI Vol.Edisi No Agustus 2016 menjadi sedikit terburu-buru. Pencernaan bahan materi kedalam memori siswa menjadi kurang maksimal karena diburu waktu.menurut Rakhmat (2006, hlm. 10 faktor non-sosial yang berpengarh pada keberhasilan belajar siswa adalah alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.faktor lain dari penurunan nilai ratarata hasil belajar siswa pada tindakan 2 siklus II adalah pada soal evaluasi yang dibuat oleh guru. Beberapa butir soal memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Kenaikan rata-rata nilai hasil belajar siswa juga ditemukan pada siklus III yang mencapai nilai 80,3 dengan kriteria sangat baik (80-100). Peningkatan tersebut dibuktikan dengan nilai siswa pada siklus III yang mengalami peningkatan pada tiap tindakan.peningkatan tersebut terjadi karena beberapa faktor sebagaimana pada temuan dan analisis, diantaranya adalah pengalaman siswa dan motivasi belajar siswa.pengalaman dapat motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar siswa (Crawley dan Mountai; dalam Rahim, 2011, hlm. 20). Pengalaman yang diberikan guru selama pembelajaran melalui aktivitas berpikir secara kritis dalam mengerjakan soal evaluasi yang memiliki karakteristik yang hampir sama. KESIMPULAN Berdasarkan Penelitian, temuan dan pembahasan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran IPS dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle7E yang dikombinasikan dengan teknikmind Mapping menjadi meningkat secara signifikan pada setiap siklus. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I sebesar 50,1 dengan kategori kurang, siklus II meningkat menjadi 62,3 dengan kategori cukup dan siklus III menjadi 77,6 dengan kategori baik. 2. Hasil belajar siswa dapat meningkat secara signifikan dengan menggunakan model Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping. Peningkatan tersebut diperoleh dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 62,7 dengan kategori cukup, siklus II menjadi 70,2 dengan kategori baik, dan pada siklus III meningkat secara signifikan yaitu mencapai 80,3 dengan kategori sangat baik. DAFTAR PUSTAKA A echevarria, A dan Patience, I. (201. Strateg Pengajaran Berpikir. Jakarta: Esensi Erlangga Group. Abidin, Y. (2014). Evaluasi Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Interes Media Abidin, Y. dkk (2015). Pembelajaran Literasi Dalam Konteks Pendidikan Multiliterasi, Integratif, dan Berdiferensiasi. Bandung. Rizqi Press Danim, S. (2005). Menjadi Komunitas Pembelajar.Jakarta: Bumi Aksara Desmita. (201. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya Fisher, A. (2008). Berpikir kritis. Jakarta: Erlangga Fun, C S. (2010).Prosedia Social and Behavioral Acience.Teacher Centered Mind Mapping vs Student Centered Mind Mapping in the Teaching of Accounting at Pre-U Level-An Action Research, 7 (C), hlm. 240-246

Qurrotul A yun 1, Tuti Istianti 2, Dudung Priatna 3 12 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan Nesa, N M. (201.Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Siswa SMP.(Skripsi). Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Ormrod. J. E. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga Rahim, F. (201. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.Jakarta: Bumi Aksara Rakhmat, C. Dkk. (2006).Psikologi Pendidikan.Bandung: UPI Press Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada Slavin, R E. (201. Psikologi Pendidikan: Teoridan Praktik. Jakarta: Indeks Sukardi. (201. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara Susanto, A. (201. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta: Kencana Uno, H. dkk (201.Menjadi Peneliti PTK yang Profesional.Jakarta :Bumi Aksara Wena, M. (201.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara