PENGARUH PELATIHAN FISIK ANAEROB TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PEMAIN SEPAKBOLA. Suratmin

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PELATIHAN ANAEROBIK DALAM UPAYA MENURUNKAN KELEBIHAN BERAT BADAN DAN MENINGKATKAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA ATLET JUDO BULELENG

Key word : Sprint, interval anaerob training, work interval, rest interval.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

KETAHANAN (ENDURANCE)

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

AFC B LICENCE COACHING COURSE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

PENGARUH PELATIHAN LARI INTERVAL DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU

PENGARUH PELATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN LARI 60 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS)

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku

BAB I PENDAHULUAN. atau kekurangan latihan fisik (Karhiwikarta, 1983). Pada saat berolahraga

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

Oleh: Sigit Nugroho Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi Program studi Ilmu Keolahragaan FIK UNY

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memasyarakat dan digemari hampir semua orang. Orang bukan saja gemar

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

PENGARUH PELATIHAN LARI 800 M DAN LARI 1500 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS)

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

Gede Eka Budi Darmawan 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN

PERAN INTERVAL SPRINT, AKSELERASI SPRINT, HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA GORONTALO

PENGARUH RECOVERY AKTIF TERHADAP TINGKAT KELELAHAN MAHASISWA PJKR IKIP BUDI UTOMO MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL

SURVEI TINGKAT GENERAL ENDURANCE ATLET SEPAKBOLA PADA KLUB CAKRA BUANA KOTA TULUNGAGUNG TAHUN 2014/2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

Kadek Sutyantara, Ni Luh Kadek Alit Arsani, I Nyoman Sudarmada

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

BAB I LATAR BELAKANG. dalam kondisi aktivitas fisik yang kurang. Frekuensi aktivitas fisik yang kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISTEM ENERGI DAN ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN PADA OLAHRAGA AEROBIK DAN ANAEROBIK. dr. Laurentia Mihardja, MS *

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu olahraga populer di dunia. Olahraga ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat dan

PENGARUH PERMAINAN SEPAKBOLA EMPAT GAWANG TERHADAP KEBUGARAN KARDIORESPIRASI SISWA PUTRA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TAMBAKREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

PROGRAM STUDI PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI

PENGARUH METODE PELATIHAN PLAIOMETRIK TERHADAP LOMPAT JAUH. Suratmin Jurusan Pelatihan Olahraga Pariwisata, Universitas Pendidikan Ganesa

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENGARUH PELATIHAN FISIK ANAEROB TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PEMAIN SEPAKBOLA Suratmin Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha e-mail:ratmin_sgrbali@yahoo.co.id Abstrak Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji dan membuktikan pengaruh pelatihan fisik anaerob terhadap peningkatan volume oksigen maksimal pemain sepakbola. Sebagai variabel bebas adalah pelatihan fisik anaerob (acceleration sprint, hollow sprint dan interval training), sedangkan variabel terikat adalah volume oksigen maksimal. Sampel penelitian adalah siswa putra yang mengambil extra kurikuler sepakbola sebanyak 75 orang. Sampel terbagi menjadi 3 kelompok eksperimen yaitu, (1) Kelompok eksperimen 1 (N=25), pelatihan fisik anaerob accelaration sprint, (2) Kelompok eksperimen 2 (N=25), pelatihan fisik anaerob hollow sprint, dan (3) Kelompok eksperimen 3 (N=25), pelatihan fisik anaerob interval training. Data diperoleh dengan tes awal dan akhir yaitu mengambil data volume oksigen maksimal dengan multistage fitness test (MFT) adalah tes Multi Tahap untuk mengetahui tingkat kebugaran, selanjutnya data dianalisis menggunakan statistik infrensial melalui uji anava satu jalur pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang bermakna antara pelatihan fisik anaerob (acceleration sprint, hollow sprint dan interval training) terhadap peningkatan VO 2 maks pemain sepakbola, sehingga dapat dirinci sebagai berikut : (a) Terdapat peningkatan yang bermakna pada pelatihan fisik anaerob acceleration sprint terhadap VO 2 maks pemain sepakbola, (b) Terdapat peningkatan yang bermakna pada pelatihan fisik anaerob hollow sprint terhadap VO 2 maks pemain sepakbola, (c) Terdapat peningkatan yang bermakna pada pelatihan fisik anaerob interval training terhadap VO 2 maks pemain sepakbola, (2) Pelatihan fisik anaerob interval training berpengaruh lebih baik dibandingkan pelatihan fisik anaerob hollow sprint dan acceleration sprint terhadap peningkatan VO 2 maks pemain sepakbola. Kata-kata kunci : Pelatihan fisik anaerob, volume oksigen maksimal, pemain sepakbola 39

PENDAHULUAN Sepakbola merupakan olahraga yang memerlukan koordinasi mata dan kaki, kecepatan, kelentukan, daya tahan dan stamina yang tinggi. Kondisi fisik pemain dituntut selalu prima. Sepakbola juga memerlukan pemantapan kondisi lokomotor untuk mendapatkan ketahanan otot. Bahkan sangat perlu pemantapan jantung dan pernafasan, kelentukan dan relaksasi yang dinamis. Teraturnya pelatihan merupakan fungsi dalam ketahanan para pemain sepak bola (Sadoso Sumosardjono, 1992). Pelatihan fisik yang dilakukan secara teratur dapat meningkatan kebugaran jasmani yang optimal. Unsur yang paling penting pada kebugaran jasmani adalah daya tahan kardiorespirasi. Konsumsi oksigen maksimal (VO 2 maks) dipakai sebagai parameter derajat kebugaran jasmani. Kebugaran seseorang sifatnya tidak statis, tetapi berubah-ubah sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan khususnya pelatihan olahraga. Pelatihan olahraga diperlukan untuk mencapai kebugaran jasmani, disesuaikan dengan tuntutan masing-masing cabang olahraga yaitu dengan pelatihan yang direncanakan, sistematis, berjenjang meningkat (progresif overload) dan berkelanjutan. Derajat kebugaran jasmani tinggi yang dicapai seseorang pada masa tertentu tidak mungkin dipertahankan pada posisi yang sama sepanjang masa, tetapi fluktuasi tergantung pada pelatihan yang dilakukan. Pada dasarnya setiap olahraga memiliki karakteristik dan tuntutan energi yang berbeda, maka diperlukan model atau metode pelatihan, program pelatihan dan pengelolaan dalam pelatihan yang berbeda pula. Program pelatihan untuk suatu cabang olahraga harus sesuai dengan kebutuhan energi. Pemain sepakbola, seperti penjaga gawang, wing, striker prosentase energi sistem ATP-PC dan LA dan O 2 20%, sedangkan untuk pemain pertahanan prosentase energi sistem ATP-PC dan LA 60%, LA dan O 2 20%, serta 20 % untuk O 2 (Fox dan Mathews, 1981) Para pemain sepakbola harus berusaha keras untuk meningkatkan tenaga-tenaga anaerob dan tenaga aerob maksimal (Pate, 1993). Untuk melatih pemain sepakbola, bentuk pelatihan acceleration sprint, hollow sprint, interval training, sprnit training, dapat dipergunakan dengan memodifikasi seperti, misalnya: sprint jarak 30-50 meter, lari ke belakang atau kesamping dan lari cepat - berhenti - lari cepat lagi, jogging dan jalan sebagai recovery. Variasi-variasi ini dapat dijumpai pada permainan sepakbola dan sangat penting terutama pada kegiatan-kegiatan yang membutuhkan energi yang amat besar (Fox, 1984). Sepakbola merupakan aktifitas fisik yang intermitten (Fox, 1984). Aktivitas intermitten berarti suatu bentuk aktivitas yang terdiri dari periode kerja (work interval) dan periode istirahat (rest interval)(fox, at. al, 1993). Menurut Fox dan Mathews (1981) bentuk pelatihan sepakbola yang baik adalah acceleration sprint, hollow sprint dan interval training. Bentuk acceleration sprint berdasarkan prosentase sistem energi ATP-PC dan LA 85%, dan O 2 10%, 40

hollow sprint sistem energi ATP-PC dan LA 80%, dan O 2 15% dan interval training adalah ATP- PC dan LA 80% dan 5% untuk O 2 (Fox, 1984). Rata-rata peningkatan VO 2 maks yang mengikuti pelatihan selama 8 sampai 16 minggu akan merubah VO 2 maks sebesar 5 sampai 15% (Fox, 1984). Berdasarkan fakta tersebut, maka dirumuskan permasalahan: (1) Apakah terdapat pengaruh pelatihan fisik anaerob acceleration sprint, hollow sprint, dan interval training terhadap peningkatan volume oksigen maksimal pemain sepakbola, dan (2) Bentuk pelatihan manakah yang lebih berpengaruh antara pelatihan fisik anaerob acceleration sprint, hollow sprint, dan interval training terhadap peningkatan volume oksigen maksimal pemain sepakbola. KAJIAN PUSTAKA Pelatihan Fisik Pelatihan fisik, melibatkan berbagai program pelatihan dari berbagai cabang olahraga. Program pelatihan aerob terdiri dari latihanlatihan dalam jangka waktu lama, biasanya diulang ulang dalam intensitas rendah. Program pelatihan anaerob dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, diulang-ulang dalam intensitas tinggi. Sepakbola membutuhkan waktu lama dengan mengeluarkan energi beritensitas rendah dan tiba-tiba mengeluarkan kekuatan yang berintensitas tinggi (Fox, 1984). Ambang Anaerob Penilaian ambang anaerob dapat dipakai sebagai salah satu protokol standar untuk memasukkan indikator penampilan fisik seseorang pada keadaan normal. Hubungan antara ambang anaerob dengan VO 2 maks adalah sebagai berikut : (1) Rasio antara anaerob dengan VO 2 maks besarnya antara 70%-85%, (2) Nilai ambang anaerob yang didapat dari pengukuran ventilasi tidak sama dengan nilai yang didapat dengan pemeriksaan kadar asam laktat. Pelatihan terus menerus berintensitas tinggi akan bermanfaat untuk meningkatkan ambang anaerob. Sumber Energi Pelatihan Serabut otot mempunyai dua sistem penghasil energi yang bekerja ketika tidak ada oksigen : (1) Sistem fosfat kreatin, (2) Glikolisis anaerob. Fosfat kreatin adalah suatu zat seperti ATP berisi fosfat energi. Fosfat kreatin dipergunakan untuk memperbaharui ATP (Pate dkk, 1993). Kreatin fosfat dihidrolisasi menjadi kreatin dan gugus fosfat dengan melepaskan energi yang banyak. Sewaktu diam sebagian ATP menyerahkan fosfatnya kepada kreatin sehingga terbina cadangan kreatin fosfat. Sewaktu kerja kreatin fosfat dihidrolisasi, ATP dari ADP dan memungkinkan kontraksi berlangsung terus (Ganong, 1995). Pemecahan kreatin fosfat dapat menambah 5-7.5 k.cal (Hasyim Efendi, 1983). Glikolisis anaerob adalah suatu rangkaian reaksi kimia yang dihasilkan dalam pemecahan glikogen menjadi asam laktat. Dalam proses energi dilepaskan dan digunakan untuk memperbaruhui ATP (Fox, dan Mathews, 1981). Glikolisis anaerob sangat bermanfaat bagi olahragawan karena memberi cara energi ATP yang sangat banyak tanpa menghabiskan oksigen. Tetapi glikolisis anaerob mempunyai satu 41

kelemahan pokok yaitu wujud akhirnya asam laktat (Pate, 1993). Apabila sejumlah banyak asam laktat terkumpul dalam otot fungsinya akan maksimal dan mengakibatkan kelelahan. Apabila asam piruvat dibentuk dari glikogen secara anaerob hasil bersih adalah 3 molekul ATP untuk tiap molekul glukosa darah yang dimetabolisir secara aerobik melalui siklus asam sitrat adalah 38 molekul ATP (Ganong, 1995). Sistem energi tubuh yang utama adalah metabolisme aerobik. Tubuh lebih suka menggunakan saluran energi aerobik dan selama pelatihan selalu menggunakannya untuk jangkauan terbesar yang dimungkinkan. Pada tiap putaran siklus asam sitrat dalam suasana yang benar-benar aerob, akan dihasilkan 12 molekul ATP. Hasil untuk tiap molekul glukosa darah yang dimetabolisir secara aerobik melalui siklus asam sitrat adalah 38 molekul ATP (Ganong, 1995). Pengaruh Pelatihan Fisik Pengaruh pelatihan fisik sebagai berikur : (1) terhadap detak jantung; detak jantung meningkat selama pelatihan, ini dihubungkan dengan kerja yang intensif (Fox, 1984), (2) terhadap volume stroke, volume stroke adalah kuantitas darah yang dipompa keluar jantung perdetak jantung. Volume stroke meningkat sampai nilai tertinggi selama pelatihan mendekati maksimal (Fox, 1984), (3) terhadap output jantung, output jantung meningkat dengan pelatihan,jangkauan nilai yang tinggi 35 L/menit pada atlet yang amat terlatih selama pelatihan maksimal (Fox, 1984), (4) terhadap aliran darah ke bagian- bagian otot yang aktif, selama olahraga berat hampir 90% keluaran jantung dialirkan ke otot rangka, penyesuaian pola aliran darah ini melengkapi meningkatnya keluaran jantung sehingga peningkatan kiriman oksigen terutama diarahkan pada jaringan yang membutuhkan, otot rangka yang aktif (Pate, 1993), (5) terhadap ventilasi paru, ventilasi paru berubah sebelum, selama, dan sesudah pelatihan. Pada permulaan pelatihan terjadi peningkatan yang cepat (Fox,1984), (6) terhadap VO 2 uptake oxygen; oxygen uptake meningkat selama menit pertama pelatihan sampai keadaan tetap di mana oxygen uptake sesuai dengan kebutuhan jaringan (Astrand, 1979). Volume Oksigen Maksimal (VO 2 maks) VO 2 maks yang dapat dikonsumsi oleh jaringan selama melakukan pelatihan permenit disebut oxygen uptake atau volume oksigen maksimal atau VO 2 maks., V menunjukkan volume, O 2 menyatakan oksigen, titik di atas huruf V menyatakan per satuan waktu biasanya permenit dan maks menyatakan jumlah maksimal oksigen yang dikonsumsi jaringan (Fox, 1984). Maximal oxygen uptake umumnya sering disingkat sebagai VO 2 maks, dimana V pada oksigen dan maks menyatakan kondisi-kondisi maksimal. VO 2 maks yang diartikan sebagai volume oksigen maksimal yang dapat ditangkap, diedarkan dan dipakai oleh tubuh selama aktivitas fisik. Jadi VO 2 maks adalah volume oksigen maksimal yang digunakan oleh tubuh per menit (Fox,1984). 42

Oksigen diperlukan untuk oksidasi karbohidrat maupun lemak menjadi energi yang siap pakai dalam tubuh yaitu adenosine tri pospat (ATP). Jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh jaringan bervaiasi, banyak faktor yang mempengaruhi sepert jenis kelamin, umur dan tingkat aktivitas seseorang. Pada keadaan istirahat rata-rata oksigen yang dikonsumsi sekitar 0,2 liter-0,3 liter permenit dan dapat meningkat menjadi 3-6 liter permenit saat pelatihan yang maksimal. Satuan yang dipakai biasanya mililiter perkilogram berat badan permenit. VO 2 maks untuk laki-laki sehat bukan atlet sekitar 44-51 ml/kgbb/menit, untuk wanita 35-43 ml/kg BB/menit (Russhal, R, Pate, et.all, 1991). Selama otot bekerja akan memerlukan banyak oksigen. Oksigen dapat dicukupi melalui dua jalan yaitu meningkatkan jumlah darah yang mengaklir ke dalam jaringan (curah jatung) dan meningkatkan kapasitas ekstraksi oksigen. Pada atlet lari jarak jauh terjadi perubahan biokimia maupun seluler sehingga meningkatkan ekstraksi oksigen oleh otot. Atlet marathon untuk mencukupi kebutuhan oksigen cukup dengan volume darah yang sedikit dengan kemampuan ekstraksi yang tinggi (Fox. 1984). VO 2 maks juga dipengaruhi oleh komposisi tubuh, umur maupun jenis kelamin. Pada kedua jenis kelamin VO 2 maks mencapai puncaknya sekitar umur 15-20 tahun dan setelah umur 30 tahun mulai menurun sekitar 10% per dekade. Pelatihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terprogram dapat meningkatkan VO 2 maks sekitar 5-20 % (Foss & keteyian. 1998). Faktorfaktor yang menentukan VO 2 maks: (1) jantung, paru dan pembuluh darah harus berfungsi baik, (2) proses penyampaian oksigen ke jaringan oleh sel darah merah harus normal, (3) jaringan otot harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan O 2 atau memiliki metabolisme yang normal, fungsi mitokondria normal. Sebagai salah satu parameter kebugaran jasmani dilakukan pengukuran VO 2 maks. Derajat kebugaran jasmani, dengan tolak ukur VO 2 maks akan meningkat bila dilakukan pelatihan jasmani yang teratur, terukur, terprogram dan beban berlebih. Unsur yang paling penting pada kebugaran jasmani adalah daya tahan kardiorespirasi, dipengaruhi oleh berbagai faktor fisiologis antara lain (Faisal Yunus, 1997): (1) keturunan; diketahui bahwa 93,4% VO 2 maks ditentukan faktor genetik. Hal ini dapat dirubah dengan mekanisme yang optimal, (2) usia; daya tahan kardiorespirasi meningkat dari masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada usia 18-20 tahun. Anak yang masih tumbuh dan berkembang ( 13 tahun) bila berlatih akan menaikkan VO 2 maks 10-20% lebih besar dari pada yang tidak berlatih, (3) jenis kelamin, sebelum akil baliq tidak ada perbedaan VO 2 maks antara laki-laki maupun perempuan. Setelah umur ini VO 2 maks wanita hanya kira-kira 70-75% laki-laki (Astrand, 1979), (4) aktifitas fisik, laju pemakaian oksigen meningkat sejalan dengan meningkatnya intensitas kerja tergantung sampai tingkat maksimal. Pemakaian oksigen maksimal atau kerja, aerobik maksimal sangat bervariasi bagi masing masing 43

individu dan meningkat dengan pelatihan yang sesuai (Pate, 1983) METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen lapangan sungguhan. (Fred N Kerlinger, 1986). Rancangan penelitian yang digunakan adalah The randomized pretest-posttest controle groups design (Mohamad Zainuddin, 1988). Populasi adalah seluruh siswa putra yang mengambil extra kurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Singaraja sebanyak 103 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang telah memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 75 orang. Perlakuan dilaksanakan seminggu 3 kali pertemuan (senin, rabu, dan jum at). Dalam penelitian ini dilakukan analisa data dengan uji anava satu jalur dengan parametrik prasyarat yaitu uji normalitas data dan homogenitas data. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil uji homogenitas (Levene Test) dan uji normalitas (Kolmogrov-Smirnov) yang dilakukan, nilai X hitung lebih besar dari X tabel, kelompok perlakuan berdistrinusi normal dan memiliki variasi yang homogen. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 1, 2 dan 3. Tabel 1. Paired Sample Test Pretest I- Posttest I Pretest II- Posttest II Pretest III- Posttest III Paired Difference Std. Std. Mean Deviat Error ion Mean -5,364 3,74 0,749 0,000-3,892 2,44 0,488 0,000-7,096 2,11 0,422 0,000 Tabel 2. Paired Sample Test Kelompok N Korelasi Sig. Pretest I- Posttest I 25 0,523 0,007 Pretest II- Posttest II 25 0,729 0,000 Pretest III- Posttest III 25 0,820 0,000 Tabel 3. Paired Sample Test Kelompok df Sig. (2-tailed) Pretest I-Posttest I 24 0,000 Pretest II-Posttest II 24 0,000 Pretest III-Posttest III 24 0,000 Uji perbedaan yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) terdapat pengaruh yang bermakna antara pelatihan fisik anaerob acceleration sprint, hollow sprint dan interval training terhadap peningkatan VO 2 maks pemain sepakbola. Kelompok eksperimen 1, 2 dan 3 (p < 0,000) yaitu (a) terdapat peningkatan yang bermakna pada pelatihan fisik anaerob acceleration sprint terhadap VO 2 maks pemain sepakbola. Kelompok eksperimen awal 1 dan kelompok eksperimen akhir 1 (t = - 7,163, p < 0,000), (b) terdapat peningkatan yang bermakna pada pelatihan fisik anaerob hollow sprint terhadap VO 2 maks pemain sepakbola. Kelompok eksperimen awal 2 dan kelompok eksperimen akhir 2 (t = -7,975, p < 0,000), (c) terdapat peningkatan yang bermakna t 44

pada pelatihan fisik anaerob interval training terhadap VO 2 maks pemain sepakbola. Kelompok eksperimen awal 3 dan kelompok eksperimen akhir 3 (t = -16,817, p < 0,000), (2) Pelatihan fisik anaerob interval training berpengaruh lebih baik dibandingkan pelatihan fisik anaerob hollow sprint dan acceleration sprint terhadap peningkatan VO 2 maks pemain sepakbola. Pembahasan Sepakbola merupakan olahraga yang bersifat intermitten artinya gerakan yang dilakukan tidak kontinyu, tetapi gerakan yang dilakukan diselingi dengan istirahat. Secara analisis gerak sepakbola dalam memberikan menu pelatihan disesuaikan dengan gerakan dalam sepakbola. Bentuk pelatihan fisik anaerob yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan pada analisis gerak sepakbola. Bentuk pelatihan dalam meningkatkan VO 2 maks dengan pelatihan fisik anaerob acceleration sprint, hollow sprint dan interval training. Bentuk pelatihan interval merupakan pelatihan yang mengacu pada aktivitas kerja dan istirahat. Pelatihan interval memiliki keunggulan pada beban kerja dan istirahat yang diatur dengan rasio kerja-istirahat. Pelatihan interval sangat sesuai dengan gerakan atau aktivitas pada sepakbola, sehingga bentuk interval training secara sistem kerja lebih baik dibanding pelatihan acceleration sprint dan hollow sprint Namun untuk meningkatkan VO 2 maks pemain sepakbola selain pelatihan interval dapat dilakukan pelatihan acceleration sprint dan hollow sprint. Dalam ilmu kepelatihan dikenal adanya periodesasi latihan. Periodesasi ini didasarkan pada hukum biologis seseorang yang telah bekerja berat pada masa kompetisi. Tahapan masa kompetisi, atlet diharapkan berada pada kondisi puncak, setelah itu atlet harus melakukan relaksasi, karena pada saat itu kondisi puncak tidak mungkin dipertahankan lagi. Waktu relaksasi adalah masa untuk pemulihan setelah atlet bekerja keras melakukan pelatihan dan pertandingan, yang menyebabkan kelelahan secara fisik maupun mental. Masa relaksasi biasanya secara biologis kondisi fisik atlet yang bersangkutan berada di bawah kondisi puncaknya. Tuntutan standar kebugaran jasmani setiap cabang olahraga berbeda-beda, maka hampir tidak mungkin membuat standarisasi kebugaran jasmani atau VO 2 maks secara seragam bagi atlet semua cabang olahraga. Pada setiap kerja atau pembebanan terhadap tubuh, diperlukan energi. Energi siap pakai dalam tubuh berupa ATP. Jumlah ATP di dalam tubuh sangat terbatas, sehingga untuk kerja yang berkesinambungan ATP harus diresintesis. Dalam resintesis ATP dapat melalui dua jalur yaitu dengan proses aerob dan anaerob. Proses aerob artinya menggunakan oksigen (aktivitas dengan intensitas rendah, waktu lama), sedangkan proses anaerob artinya tanpa menggunakan oksigen (aktivitas dengan intensitas tinggi, waktu singkat). Foss & Keteyian (1998), mengemukakan bahwa oksigen yang dikonsumsi terutama oksigen yang digunakan untuk pemulihan ke kondisi sebelum pelatihan, termasuk 45

pengisian kembali simpanan energi yang dikosongkan dan pengubahan asam laktat yang diakumulasi selama pelatihan. Pengisian simpanan energi yang dikuras selama kerja dan penggusuran asam laktat diperlukan kerja secara aerob, sehingga diperlukan oksigen. Besar jumlah oksigen yang diperlukan selama pemulihan tergantung pada besarnya jumlah asam laktat yang berakumulasi dalam darah dan otot selama pelatihan. Pemulihan energi merupakan pengisian kembali simpanan energi yang telah dikuras selama periode interval kerja. Ada 2 sumber energi yang dihabiskan selama interval kerja yaitu (1) ATP-PC yang disimpan dalam sel otot, dan (2) glikogen yang disimpan dalam jumlah besar baik pada hati atau otot yang berfungsi sebagai dua sumber bahan bakar penting disebagian besar aktivitas pelatihan (Foss & Keteyian, 1998). Selama pelatihan fisik anaerob cadangan energi yang dikuras adalah ATP dan PC, sehingga pada pelatihan lari cadangan ATP dan PC habis setelah lari beberapa detik dengan kecepatan maksimal. Pemulihan energi pelatihan fisik anaerob merupakan pengisian ATP dan PC di dalam otot yang telah dikuras selama aktivitas berjalan. Interval istirahat (relief interval) merupakan waktu diantara interval kerja atau set (Foss & Keteyian, 1998). Tujuan istirahat adalah untuk pemulihan setelah melakukan kerja. Pemulihan yang cukup, tubuh akan kembali melakukan kerja selanjutnya. Foss & Keteyian, (1998) menyatakan bahwa ATP terbentuk kembali setelah istirahat 30 detik sebesar 50%, selama 1 menit sebesar 75%, selama 1,5 menit sebesar 88% dan selama 3 menit sebesar 98%. Selama periode interval kerja, cadangan ATP dan PC yang telah dihabiskan akan terisi kembali melalui sistem aerob. Sebagian besar ATP dan PC yang digunakan selama interval kerja dalam pelatihan diisi kembali ke dalam otot selama 2-3 menit. Robert dalam Pyke (1991), menyatakan bahwa substansi ATP-PC segera dibentuk kembali setelah 30 detik sebesar 50%, untuk mencapai 100% diperlukan waktu 2 sampai 3 menit. Tujuan istirahat pada pelatihan fisik yaitu untuk pemulihan yang meliputi pemulihan oksigen dan pemulihan energi, dengan demikian dapat meningkatkan VO 2 maks. Selama periode interval kerja pada pelatihan fisik anaerob terjadi pengurasan energi ATP dan PC untuk kerja otot. Dalam hal ini terjadi hutang oksigen (oxygen debt) dan hutang alaktasid (alactacid debt) (Davis, 1992). Pada periode istirahat atau pemulihan maka kekurangan oksigen dan pengurasan energi diotot harus segera diisi kembali. Pemulihan oksigen diperlukan karena selama periode kerja pelatihan fisik anaerob terjadi hutang oksigen. Banyak yang keliru menginterpretasikan istilah klasik hutang oksigen yang diartikan sebagai oksigen ekstra yang dikonsumsi selama pemulihan digunakan untuk mengganti oksigen yang dipinjam dari suatu tempat dalam tubuh selama melakukan pelatihan fisik. Sebenarnya, selama pelatihan fisik dengan kerja yang maksimal terjadi pengosongan simpanan oksigen di dalam otot dan dalam darah vena (Foss & Keteyian, 1998). Pada hakikatnya hal inilah 46

yang menyebabkan terjadinya hutang oksigen. Davis (1992) mengemukakan bahwa, dua konsep mengenai hutang oksigen, yaitu (1) kekurangan oksigen adalah jumlah oksigen tambahan yang diperlukan saat tugas harus benar-benar diselesaikan secara aerob, (2) hutang oksigen adalah jumlah oksigen yang digunakan selama pemulihan melebihi jumlah yang seharusnya digunakan pada saat istirahat pada waktu yang sama. Pemulihan oksigen merupakan besarnya oksigen yang dikonsumsi selama pemulihan dengan kelebihan yang biasanya dikonsumsi saat istirahat pada kurun waktu yang sama. Selama pemulihan kebutuhan energi sangat sedikit karena pelatihan fisik telah berhenti. Namun demikian konsumsi oksigen berlanjut ke tahap yang lebih tinggi dalam suatu kurun waktu yang lamanya tergantung pada intensitas dan untuk tingkat yang lebih rendah, durasi dari pelatihan (Foss & Keteyian, 1998). Pada periode awal sesaat setelah pelatihan fisk berhenti, kebutuhan oksigen sangat tinggi, kemudian menurun seiring dengan berjalannya waktu pemulihan. Kebutuhan oksigen selama pemulihan cukup tinggi, hal ini bukan hanya sekedar untuk membayar atau mengganti hutang oksigen yang dilakukan selama kerja dalam pelatihan. Foss & Keteyian (1998) mengemukakan bahwa, oksigen yang dikonsumsi selama pemulihan terutama digunakan untuk perbaikan atau pemulihan tubuh ke kondisi pre-exercise, termasuk pengisian kembali simpanan energi yang dikosongkan dan pengubahan asam laktat yang diakumulasi selama exercise. Pengisian simpanan energi yang dikuras selama kerja dan penggusuran asam laktat diperlukan kerja secara aerob, sehingga diperlukan oksigen. Besarnya jumlah oksigen yang diperlukan selama pemulihan tergantung pada besarnya jumlah asam laktat yang terakumulasi dalam darah dan otot selama latihan. Di tinjau dari rumus VO 2 maks, sama dengan cardiac output (curah jantung) maksimal dikalikan perbedaan maksimal antara darah arteri dan vena, maka ada dua faktor yang dapat meningkatkan VO 2 maks, yaitu pertama faktor yang mempengaruhi cardiac out put dan kedua faktor mempengaruhi perbedaan darah arteri dan vena. Cardiac out put mempunyai dua komponen utama, yaitu stroke volume dan heart rate (detak jantung permenit) (Fox, 1984). Pada pelatihan stroke volume dengan cepat naik nilainya, yang mirip stroke volume pada posisi berbaring. Kemampuan sistem sirkulasi untuk mengangkut darah dari bagian yang tidak aktif ke bagian yang aktif dan kemampuan jaringan untuk menyerap darah digambarkan dengan perbedaan kandungan oksigen darah arteri dan vena (arterio venusus O 2 difference, a-vo 2 diff). Pemain sepakbola yang mampu mengalirkan sebagian besar darahnya ke otot yang sedang bekerja selama pelatihan akan memiliki perbedaan kandungan oksigen darah antara arteri dan vena yang sangat besar, karena otot yang aktif akan menyerap lebih banyak oksigen dari darah, dari pada jaringan jaringan yang tidak aktif. Pemain sepakbola yang memiliki otot dengan jumlah 47

mitrokondria lebih banyak akan lebih mampu menyerap oksigen dari darah. Pada pelatihan anaerob yang berat, hipertropi jelas nyata terlihat pada kedua serabut otot slow twich (ST) dan fast twitch (FT) (Fox, 1984). Bentuk pelatihan acceleration sprint, hollow sprint dan interval training mengakibatkan hipertropi kedua serabut otot tersebut, sehingga jumlah mitrokondria bertambah dan otomatis meningkatkan proses pengambilan oksigen. Jenis kegiatan yang dilakukan saat interval istirahat perlu ditetapkan dan diperhatikan. Apa yang dilakukan saat istirahat berhubungan juga dengan sistem energi yang diharapkan dapat dikembangkan. Foss & Keteyian (1998), mengemukakan bahwa, interval relief biasa berbentuk rest relief (misal: berjalan atau melenturkan lengan atau kaki), work relief (misal: exercise ringan atau mudah seperti jalan cepat dan jogging) atau kombinasi dari rest relief dan work relief. Pelatihan fisik anaerob dengan acceleration sprint, hollow sprint dan interval training dapat meningkatkan konsumsi oksigen maksimal secara nyata. Ketiga bentuk pelatihan di atas digunakan pada pelatihan fisik anaerob karena mempunyai alasan-alasan tertentu. Bentuk pelatihan acceleration sprint digunakan karena bentuk pelatihan acceleration sprint mirip dengan gerakan-gerakan yang sering terjadi pada pemain sepakbola. Pada permainan sepakbola sering dijumpai gerakan sprint, jogging, jalan dan sprint lagi. Bentuk pelatihan hollow sprint digunakan karena bentuk pelatihan hollow sprint hampir sama dengan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain sepakbola. Permainan sepakbola banyak dilakukan gerakan sprint, jogging dan jalan sebagai bentuk recovery. Bentuk pelatihan interval training yang digunakan adalah interval training anaerob. Bentuk pelatihan interval training merupakan salah satu bentuk pelatihan yang amat populer. Bentuk pelatihan interval training berdasarkan sistem energi yang dikembangkan hampir mirip dengan sistem energi yang dibutuhkan oleh pemain sepakbola. Penerapan bentuk pelatihan fisik tersebut di atas terdapat empat komponen yang berbeda yaitu (1) urutan teknik pelaksanaannya, (2) aktivitas yang dilakukan, (3) pengaruh bentuk aktivitas, dan (4) pengembangan sistem energi. Bentuk pelatihan interval training berpengaruh lebih baik dibanding bentuk pelatihan acceleration sprint dan hollow sprint. Ketiga bentuk pelatihan tersebut dapat digunakan sebagai bentuk pelatihan fisik anaerob yang dilakukan oleh pemain sepakbola dalam meningkatkan VO 2 maks. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) terdapat pengaruh yang bermakna antara pelatihan fisik anaerob acceleration sprint, hollow sprint dan interval training terhadap peningkatan VO 2 maks pemain sepakbola, sehingga dapat dirinci sebagai berikut: (a) terdapat peningkatan yang bermakna pada pelatihan fisik anaerob acceleration sprint terhadap VO 2 maks pemain sepakbola, (b) terdapat peningkatan yang bermakna pada pelatihan fisik 48

anaerob hollow sprint terhadap VO 2 maks pemain sepakbola, (c) terdapat peningkatan yang bermakna pada pelatihan fisik anaerob interval training terhadap VO 2 maks pemain sepakbola, (2) Pelatihan fisik anaerob interval training berpengaruh lebih baik dibandingkan pelatihan fisik anaerob hollow sprint dan acceleration sprint terhadap peningkatan VO 2 maks pemain sepakbola. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Kepada Pengurus Cabang Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Buleleng (PERSIBU) sebagai dasar untuk pelatihan fisik dan dapat menyebarluaskan hasil penelitian ini terutama dalam pelatihan fisik anaerob acceleration sprint, hollow sprint dan interval training dalam meningkatkan VO 2 maks pemain sepakbola, (2) kepada pelatih dan pembina olahraga sepakbola untuk menerapkan pelatihan fisik anaerob acceleration sprint, hollow sprint dan interval training dalam meningkatkan VO 2 maks pemain sepakbola, (3) kepada peneliti lain untuk mengembangkan bentuk-bentuk pelatihan fisik anaerob dalam meningkatkan VO 2 maks pada cabang olahraga yang lain. DAFTAR PUSTAKA Astrand, Per Olot, K, 1979. Text Book of Work Physiologi. Mc Graw Hill, Kogakushi. Davis JA, 1992. Anaerobic Threshold: Review of the Concept and Directions for Future Research. Med Sci Sport Exiecise Faisal Yunus, 1997, Faal Paru dan Olahraga. Jurnal Respirasi Indonesia, Foss L, Marle, Keteyian Steven J.1998. The Physiological Basis for Exercise and Sport. WBC. Mc.Graw Hill Componies Illionis Dubuque Iowa Madison. Fox,EL, 1984,.Sports Physiology. Holt- Saunders Internasional. Fox,E.L dan Mathew, DK, 1981 The Physiological Basis of Physical Education and Athletis. Edisi ke-3. Philadelpia: Saudersc Collage Publising Fox,E.L, Bower Richard W dan Foss Merle L, 1993 The Physiological Basis for Exercise and Sports. Edisi ke- 4. Philadelpia: Saudersc Collage Publising Ganong, WF, 1995 Rief of Medical Physiologi, (Penerjemah : Petrus Adrianto ). Edisi 14 EGG,Jakarta. Hasyim Effendi, 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga Peranan Kerja untuk Diagnotik. Penerbit alumni Bandung. Kerlinger Fred N, 1986. Azas-azas Penelitian Behavioral. penerjamah: Simatupang Landung R, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Moh Zainuddin. 1986. Metodologi Penelitian. Surabaya: UNAIR Press. Pate Rotella, Mc Clenagan, 1993. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. penerjemah: Kasiyo dwi Juwinto. IKIP Semarang Press. 49

Pyke, F.S. 1991. Better Coaching Advanced Coach s Manual, Australia: Australian Coaching Council Inc. Rushall, BS And Pyke. 1992. Training of The Sport and Fitness. Melbourne The Mc Milan Co of Australia, Pty Ltd. Sadoso Sumosardjono, 1992. Pengetahuan praktis dalam olah raga. Gramedia, Jakarta. 50