BAB I PENDAHULUAN. Disiplin merupakan kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional yang menggunakan teknik analisa nonparametric. Penelitian ini akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

PENGARUH DISIPLIN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 6 TOLANGOHULA KABUPATEN GORONTALO ARTIKEL OLEH NURUL HIDAYAH NIM:

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua orang dalam

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN GURU BK (KONSELOR) DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. Disiplin adalah fungsi operatif ke enam dan manajemen sumber daya manusia yng

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan didukung oleh nilai-nilai budipekerti

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. bersama-sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula. mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai tujuan organisasi. Kedisiplinan juga merupakan salah satu faktor dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesis, hasil wawancara, hasil dokumentasi, dan

SYARAT DAN KETENTUAN UNTUK PARTISIPASI DALAM KEM BADMINTON 2017 ( KB 2017 )

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern dalam era globalisasi berlangsung sangat pesat, praktis dan

III. METODE PENELITIAN. hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menguji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

Studi Deskriptif Mengenai Self Control pada Remaja Mengenai Kedisiplinan di Panti Asuhan X

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan hal paling penting dalam diri manusia untuk menjadikan kita individu yang patuh dan

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab tiga ini, dibahas hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. dan keterbatasan di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

I. PENDAHULUAN. upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan individu tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Sehingga disiplin dapat menjadi kunci sukses dalam setiap aktifitas yang dilakukan, hal ini dikarenakan keberadaan disiplin dapat mempengaruhi tingkat produktifitas dan kualitas individu. Alfian (Yusuf, 1998: 4) menyatakan bahwa: apabila seseorang yang tidak disiplin, maka sulit diharapkan akan memiliki produktifitas yang tinggi dalam pekerjaan. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak individu yang masih melakukan pelanggaran, tidak terkecuali peserta didik di Sekolah. Sekolah pada umumnya memiliki fungsi mengembangkan potensi peserta didik untuk dapat memiliki sikap mental dalam melakukan berbagai macam hal yang seharusnya dilakukan, dan pada saat yang tepat. Sekolah juga berfungsi sebagai pengembangan intelektualitas atau kognitif dan pengembangan sikap yang didasarkan pada nilai, Chambers (Sumiati, 2006: 52) mengungkapkan bahwa Prestasi pendidikan yang dicapai di lingkungan Sekolah tidak sematamata berupa dimensi intelektual, tetapi dimensi sikap juga tidak bisa diabaikan khususnya yang direfleksikan dalam sikap-sikap dan perbuatan sesuai dengan kedisiplinan didasarkan pada pengembangan domain-domain afektif, nilai, moral, dan norma melalui proses-proses kependidikan atau pembelajaran. 1

2 Selain memiliki fungsi sebagai lembaga pendidikan, sekolah juga memiliki manajemen dan strategi dalam melakukan monitoring dan evaluasi. Dalam fenomena dunia pendidikan masih banyak ditemukan terjadinya pelanggaran disiplin oleh siswa, misalnya perkelahian antar pelajar dan gank (kelompok antar teman sebaya) di dalam satu sekolah yang terjadi di daerah Kupang, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Data hasil penelitian melalui wawancara yang ditujukan kepada guru Bimbingan dan Konseling disalah satu SMA Swasta di Bandung tahun 2007, menyatakan bahwa sebagian besar siswa kelas X, XI, dan XII masih banyak yang berperilaku tidak sesuai dengan aturan Sekolah, norma dan moral yang ada di masyarakat. Ketidaksesuaian perilaku ini misalnya sikap kurang menghargai guru, perkelahian antar gank, berpakaian tidak sopan, merokok di Sekolah, nongkrong di depan Sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung, membolos, kabur dari rumah bersama pacar atau teman, mencuri, mabuk, memakai obat terlarang, sex bebas, dan komersialisasi sex. Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan tersebut menunjukan adanya permasalahan dalam hal nilai pribadi siswa yang berpengaruh terhadap perilaku disiplinya. Penerapan perilaku dipengaruhi oleh dua faktor yang saling menunjang, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal diterapkan oleh lingkungan melalui kontrol masyarakat terhadap norma dan etika yang menjadi standar perilaku suatu aturan yang diterapkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan faktor internal yang dapat membentuk perilaku tersebut adalah sistem nilai. Sistem nilai merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan terdapat

3 pada diri individu, faktor tersebut berupa hasil dari proses berfikir yang dibentuk untuk menjadi sebuah prinsip dalam menjalankan setiap aktifitas untuk mencapai tujuan hidup. Oleh sebab itu nilai dapat dinyatakan sebagai suatu aspek hasil pemikiran yang dipahami dan dijadikan prinsip dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan tertentu, sebagian besar perilaku dibentuk, diperoleh dan dikendalikan oleh pusat kesadaran atau akal. Nilai dimaknai sebagai salah satu komponen yang berperan dalam tingkah laku, perubahan nilai dapat mengarahkan terjadinya perubahan tingkah laku. Hal ini telah dibuktikan dalam sejumlah penelitian yang berhasil memodifikasi tingkah laku dengan cara mengubah sistem nilai. Perubahan nilai telah terbukti secara signifikan menyebabkan perubahan pada sikap dan tingkah laku baik secara positif maupun negatif. Pembuktian mengenai peran penting dari nilai dalam perubahan perilaku telah dibuktikan oleh penelitian Kluckhohn dan Strodtbeck yang dilakukan kepada beberapa sampel individu yang berasal dari komunitas rural di Amerika Serikat bagian Tenggara. Serta pembuktian dari penelitian Schwartz dan Bilsky (Berry et al, 1999: 105-107) yang mengarahkan penelitian kepada tiga puluh enam nilai dalam sejumlah masyarakat (Australia, Finlandia, Jerman, Hongkong, Israel, Spanyol, dan Amerika Serikat) dihasilkan kesimpulan yang sama bahwa nilai mempengaruhi perilaku, baik secara individu maupun kelompok yang menjadikan nilai sebagai standar dalam perilakunya. Berkaitan dengan pembentukan perilaku disiplin pada siswa di sekoah, maka nilai yang dijadikan standar, serta kontrol dan pengaturan masyarakat/

4 lingkungan dapat menjadi kontribusi penting yang perlu diperhatikan dalam penempatannya. Oleh sebab itu apabila pada suatu sekolah yang telah memiliki manajemen yang baik dan strategi pendidikan yang pantas untuk diberikan pada peserta didik, maka yang perlu dievaluasi adalah kondisi internal pada diri siswa yakni pembentukan nilai yang akan menjadi standar dalam perilakunya. Sehingga nilai yang diharapkan tertanam dalam diri siswa adalah nilai yang disandarkan pada sumber yang tepat dan mampu mengakomodasi seluruh aspek hidup. Hal ini dikarenakan nilai yang diambil dari satu sumber yang baik untuk menjalankan setiap lingkup aspek kehidupan akan memiliki keseimbangan. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa nilai memiliki hubungan dalam pembentukan perilaku disiplin, terutama perilaku disiplin siswa di sekolah. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti hubungan nilai pribadi dengan perilaku disiplin siswa di sekolah, sehingga penelitian ini berjudul Hubungan Antara Nilai Pribadi Siswa dengan Perilaku Disiplinnya. B. Rumusan Masalah Terjadinya dekadensi nilai yang diakibatkan oleh perubahan kondisi sosial dan budaya mengakibatkan perubahan sikap masyarakat dari yang semula menjunjung nilai-nilai sosial-budaya lokal menuju sosial-budaya modern yang sarat dengan nilai kebebasan akan menyebabkan permasalahan secara mendasar pada diri setiap individu yang mengembannya. Hal ini dikarenakan nilai merupakan salah satu aspek internal individu yang dijadikan sebagai prinsip dalam berperilaku dan mengambil keputusan. Keberadaan nilai tersebut

5 merupakan konsep yang menjelaskan keyakinan dari setiap individu atau satu budaya tertentu, sebagaimana dijelaskan dalam wikipedia (Adjie, 2008 : 1): Value is a concept that describes the beliefs of an individual or culture. And Personal values are implicitly related to choice; they guide decisions by allowing for an individual's choices to be compared to each choice's associated values. Istilah nilai ini menunjukkan pada suatu konsep yang diyakini individu atau anggota suatu kelompok secara kolektif mengenai sesuatu yang diharapkan (desirable) dan berpengaruh terhadap pemilihan cara maupun tujuan tindakan dari beberapa alternatif. (Kluckhohn dalam Berry et, al, 1999 : 102). Kesalahan dalam mengambil sistem nilai yang diemban oleh setiap individu akan menyebabkan individu kehilangan arah dalam menjalankan kehidupanya sehingga individu tidak dapat memfokuskan diri pada konsep hidupnya dan cenderung mengarah kepada perilaku yang menyimpang. Dengan kata lain setiap perilaku yang ditampilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berkaitan dengan konsep nilai yang diterapkan dalam kehidupan, sistem pendidikan memiliki fungsi yang terkait dengan pegembangan potensi manusia yakni pengembangan potensi perserta didik sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Selain itu sistem pendidikan juga berfungsi untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan proses internalisasi sistem nilai dalam diri setiap individu siswa sebagai acuan atas perilaku dan tindakanya. Keberadaan nilai dalam diri individu dapat mengarahkan seseorang untuk menentukan prioritas, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan atau keinginan yang akan direalisasikan kedalam setiap perilakunya. Berkaitan dengan perilaku siswa dalam melaksanakan disiplin sesuai dengan aturan yang diberlakukan oleh

6 sekolah, maka sekolah menerapkan sistem nilai tersebut sesuai dengan tujuan ketercapaian proses pendidikan, sehingga nilai ditetapkan dalam bentuk aturan baku yang tertulis. Oleh sebab itu berdasarkan hubungan antara nilai yang ada dalam diri siswa dengan perilaku disiplin yang distandarkan dengan aturan-aturan sekolah, dapat dianalisis keadaan umum nilai pribadi siswa dengan perilaku disiplinnya. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka masalah penelitian yang dirumuskan yaitu, bagaimana gambaran umum dari nilai pribadi siswa dan gambaran umum dari perilaku disiplinnya, serta bagaimana hubungan antara nilai pribadi siswa dengan perilaku disiplinnya. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian dibentuk ke dalam tiga poin sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran umum mengenai nilai pribadi siswa secara keseluruhan dan siswa pada kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi tahun ajaran 2008/2009? 2. Bagaimanakah gambaran umum mengenai perilaku disiplin siswa secara keseluruhan dan siswa pada kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi tahun ajaran 2008/2009? 3. Berapa besar tingkat hubungan antara nilai pribadi siswa SMA Negeri 1 Kota Sukabumi tahun ajaran 2008/2009 dengan perilaku disiplinnya?

7 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh gambaran empirik mengenai hubungan antara nilai pribadi siswa dengan perilaku disiplinnya. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Memberikan gambaran umum mengenai nilai pribadi siswa secara keseluruhan dan siswa pada kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi tahun ajaran 2008/2009? 2. Memberikan gambaran umum mengenai perilaku disiplin siswa secara keseluruhan dan siswa pada kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi tahun ajaran 2008/2009? 3. Mengetahui tingkat hubungan antara nilai pribadi siswa SMA Negeri 1 Kota Sukabumi tahun ajaran 2008/2009 dengan perilaku disiplinnya? E. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Sangat diharapkan dapat membantu sekolah dalam mengetahui nilai yang ada pada diri peserta didik. Sehingga dapat menjadi sumber dalam memberikan didikan kepada peserta didik, terutama dalam membangun nilai yang seharusnya dimiliki oleh siswa dan membangun pola penanaman disiplin secara tepat.

8 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Diharapkan dapat menjadi sumber tambahan dalam pemberian layanan Bimbingan dan Konseling terhadap peserta didik yang memiliki permasalahan berkaitan dengan kedisiplinan, yakni dengan jalan menempatkan layanan sesuai dengan posisi permalsalahn yang dimiliki peserta didik. 3. Bagi Mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa yang sedang mengkaji pribadi dan sosial siswa di Sekolah Menengah yakni mengenai posisi nilai dan perilaku disiplin, serta mengenai penempatan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dalam proses pemberian bantuan terkait dengan permaslahan perilaku disiplin. F. Asumsi Penelitian ini bertitik tolak dari asumsi sebagai berikut: 1. Nilai menjadi kriteria yang dipegang oleh individu dalam memilih dan memutuskan sesuatu. Keberadaan nilai dapat memberi arah pada sikap, keyakinan dan tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih tingkah laku yang diinginkan pada setiap individu. (Williams dalam Berry at, al, 1999: 102). 2. Nilai berpengaruh pada tingkah laku sebagai dampak dari pembentukan sikap dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai merupakan faktor penentu dalam berbagai tingkah laku sosial.

9 3. Manusia selalu mengatur tingkah lakunya di dalam kehidupan ini sesuai dengan pemahaman terhadap kehidupan (an Nabhani, 2003: 1). 4. Nilai pribadi (personal values) seseorang akan terkait dengan pilihan-pilihan yang akan diambil oleh individu. Nilai dan keyakinan tersebut akan membantu individu dalam menentukan prioritasnya.(wikipedia dalam Adjie, 2008: 1). 5. Pada titik yang ekstrem, nilai pada diri individu tersebut mampu membantu untuk tidak menghalalkan segala cara. Sehingga individu tersebut memiliki panduan dan pagar, supaya perilaku yang terpancar tidak melanggar aturan atau norma tertentu. (Adjie, 2008: 1). 6. Disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Perilaku yang tidak disiplin adalah perilaku yang distimulusi oleh pemuasan kebutuhan sementara atau seketika dengan mengabaikan konsekuensi dari perilaku. 7. Seseorang yang tidak disiplin, sangat sulit diharapkan memiliki produktifitas yang tinggi dalam pekerjaan (Alfian dalam Yusuf, 1998: 4). 8. Disiplin merupakan tolok ukur moral, dan sekolah tanpa disiplin akan mengalami ketidakteraturan (Durkheim dalam Sumiati, 2006: 51) G. Metode Penelitian Model penelitian yang diambil adalah penelitian deskriptif (descriptive research). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang nilai dari subjek penelitian pada waktu sekarang yang berkaitan dengan nilai pribadi siswa dengan perilaku disiplinnya, yang dilakukan secara aktual melalui proses

10 pengolahan, analisis, penafsiran dan penyimpulan data hasil penelitian. Metode ini bertujuan untuk melukiskan keadaan pada saat penelitian dilakukan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang memungkinkan menggunakan perhitungan statistik dalam pencatatan data hasil penelitian secara nyata. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen non-tes berbentuk angket/kuesioner untuk disebarkan kepada siswa sebagai subjek penelitian, dan daftar cek list untuk studi dokumentasi. H. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Kota Sukabumi dengan alasan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah yang terakreditasi A serta memiliki manajemen sekolah yang baik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi tahun ajaran 2008/2009 dengan jumlah populasi sebanyak 1145 siswa dari total keseluruhan siswa, dengan melingkupi tiga kelas yakni kelas X, XI, dan XII. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik Proportionate Random Sampling karena tehnik ini digunakan dalam pengambilan sampel dari anggota populasi acak dan berstrata yang dilakukan secara proporsional. Langkah dalam pengambilan sampel secara Proporsionate Random Sampling adalah dengan menggunakan rumus:

11 Riduwan (Solihah, 2008 : 35) Dari rumus tersebut dapat dihitung bahwa: 2 Za 1,99 no = = = 9,95 2 = 99,0025 2BE 2(0,1) 2 no = 0,05N = 0,05 x 1145 = 57,25 karena no > 0,05 atau 99,0025 > 57,25 maka jumlah sampel dapat dihitung dengan rumus: Riduwan (Solihah, 2008 : 35) Dari jumlah tersebut kemudian dialokasikan untuk masing-masing kelas secara proporsional dengan rumus sebagai berikut: Riduwan (Solihah, 2008) Dari perhitungan alokasi tersebut dapat ditentukan jumlah sampel yang dialokasikan pada tiap kelas, yakni kelas X sebanyak 29 siswa, kelas XI sebanyak 29 siswa, dan kelas XII sebanyak 32 siswa Jadi total keseluruhan sampel adalah 90 siswa.