MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2011. Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, pengujian kualitas fisik pakan dilakukan di Laboratorium Industri Pakan Ternak, dan pengujian ph dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Materi Alat Alat yang digunakan adalah mesin penggiling (hammer mill), timbangan digital, gelas ukur 500 ml, model sieve ayakan dengan nomor mesh (4, 8, 16, 30, 50 dan 100), stop watch, corong plastik, termometer, seperangkat alat ukur sudut tumpukan, dan ph meter. Bahan Bahan pakan yang digunakan adalah inti sawit yang diperoleh dari PTPN VIII Serang, onggok, gaplek dan aquades. Kemasan yang digunakan yaitu karung plastik dengan ukuran 15x20 cm. Komposisi Zat Makanan Bahan Tabel 11 menunjukkan hasil analisis proksimat inti sawit, onggok, dan gaplek berdasarkan 100% bahan kering. Tabel 11. Hasil Analisis Proksimat Inti Sawit, Onggok, dan Gaplek (100% BK) Zat Makanan (%) Komposisi Inti Sawit Onggok Gaplek Bahan Kering 94,35 87,47 85,17 Abu - 0,78 0,36 Protein Kasar - 1,36 2,64 Lemak Kasar 46,51 1,65 1,22 Serat Kasar 29,41 17,23 2,20 Beta-N - 78,98 93,58 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2011) 15
Metodee Perlakuan Perlakuan yang diberikan sebagai bahan pengisi dalam tepung inti sawit adalah onggok dan gaplek dengan taraf penggunaan berturut-turut sebagai berikut : P1 = 100% inti sawit P2 = 15% onggok + 85% inti sawit P3 = 30% onggok + 70% inti sawit P4 = 45% onggok + 55% inti sawit P5 = 15% gaplek + 85% inti sawit P6 = 30% gaplek + 70% inti sawit P7 = 45% gaplek + 55% inti sawit Tahap Persiapan Bahan Kelapa sawit dibuang serabutnya, kemudian dijemur untuk mempermudah proses pemisahan antara inti sawit dan batoknya. Inti sawit yang telah dibuang batoknya dijemur di bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air bahan. Inti sawit yang telah kering dicampur homogen dengan bahan pengisi sesuai dengann taraf perlakuan yang diberikan, setelah dicampur homogen bahan digiling menggunakan hammer mill sehingga diperoleh tepung inti sawit. Tepung intii sawit tersebut kemudian dikemas dan disimpan dalam gudang yang berukuran 5x4x3 m. Alur pembuatan tepung inti sawit dapat dilihat padaa Gambar 4. Inti sawit Penjemuran tahap I di bawah sinar matahari Pemisahan inti sawit dengan batok Penjemuran tahap II Pencampuran inti sawit dengan bahan pengisi Penggilingan Tepung inti sawit Pengemasan Penyimpanan Gambar 4. Bagan Alur Pembuatan Tepung Inti Sawit 16
Penyimpanan Tepung Inti Sawit Bahan disimpan di dalam gudang selama 8 minggu. Bahan dikemas pada karung plastik ukuran 15x20 cm dengan berat 500 gram untuk setiap perlakuan dengan 3 ulangan. Bahan disimpan secara acak di atas pallet untuk menghindari kontak langsung dengann lantai. Tumpukan yang digunakan dalam penyimpanan yaitu tumpukan bata mati. Perlakuan uji sifat fisik dilakukan pada minggu ke-0, minggu ke-4 dan minggu ke-8. Tumpukan bata mati bahan pakan selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Tumpukan Bataa Mati Bahan Pakan selama Penyimpanan Peubah yang Diamati Berat Jenis Berat jenis diukur dengan menggunakan prinsip hukum Archimedes, yaitu dengan cara mengukur perubahan volume aquades padaa gelas ukur 500 ml setelah memasukkan aquades yang telah ditentukan jumlahnya (200 ml) dan bahan yang telah diketahui massanya (100 gram) ke dalam gelas ukur (Khalil, 1999a). Besarnya Berat Jenis (BJ) dapat dihitung dengan cara: Bobot bahan pakan (gram) BJ = Perubahan volume aquades (ml) Kerapatan Tumpukan Kerapatan tumpukan dihitung dengann memasukkan bahan dengan bobot ertentu ke dalam gelas ukur 500 ml. Bahan dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan menggunakann corong. Kerapatan tumpukan (KT) dihitung mengikuti metode Khalil (1999a) dengan cara membagi berat bahan (gram) dengan volume ruang yang ditempati (ml), dengan rumus: 17
KT = Bobot bahan pakan (gram) Volume ruang yang ditempati (ml) Kerapatan Pemadatan Tumpukan Kerapatan pemadatan tumpukan ditentukan dengan cara yang sama dengan penentuan kerapatan tumpukan, tetapi volume bahan dibaca setelah dilakukan proses pemadatan dengan cara menggetarkan gelas ukur dengan tangan sampai volume konstan (Khalil, 1999a). Kerapatan pemadatan tumpukan (KPT) dihitung dengan rumus : Bobot bahan pakan (gram) KPT = Volume ruang setelah dimampatkan (ml) Sudut Tumpukan Pengukuran sudut tumpukan dilakukan mengikuti metode Khalil (1999b) dengan menjatuhkan bahan sebanyak 200 gram pada ketinggian tertentu melalui corong pada bidang datar. Pengukuran sudut tumpukan dapat dilihat pada Gambar 6. Besarnya Sudut Tumpukan (ST) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: t 2t tg α = = 0.5 d d Keterangan : t = tinggi tumpukan d = diameter tumpukan α = sudut tumpukan Gambar 6. Pengukuran Sudut Tumpukan Ukuran Partikel Teknik yang digunakan untuk menentukan kadar kehalusan dan ukuran partikel bahan adalah dengan menggunakan alat Vibrator Ballmill German The Sieve Analysis (Gambar 7) nomor mesh 4, 8, 16, 30, 50, 100, 400. Bahan ditimbang sebanyak 200 gram dan diletakkan pada bagian paling atas dari sieve, lalu dilakukan 18
penyaringan bahan yang tertinggal pada tiap saringan. Kadar kehalusan dapat diukur mengikuti metode Henderson dan Perry (1981) seperti pada Tabel 12. Tabel 12. Pengukuran Kadar Kehalusan dan Ukuran Partikel Berat Sieve dan Bahan % Bahan No. No. Kosong Isi Bahan x No. Sieve Perjanjian Gram Gram Gram % Perjanjian 4 7..... 8 6..... 16 5..... 30 4..... 50 3..... 100 2..... 400 1..... Pan 0..... Jumlah..... Derajat Kehalusan (Modulus of Finenes) = (% bahan x No. Perjanjian) 100 Ukuran Partikel (UP) rata-rata = 0,0041 x 2 MF x 2,45 mm x 10 mm Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh nilai ukuran partikel sebagai berikut: Kategori bahan kasar : MF = 4,1 7 maka UP > 1,79 13,33 mm Kategori bahan sedang : MF = 2,1 4,1 maka UP > 0,78 1,79 mm Kategori bahan halus : MF = 0 2,1 maka UP = 0,10 0,78 mm Gambar 7. Vibrator Ballmill 19
ph Bahan ph bahan diukur dengan cara melarutkan sampel ke dalam aquades dengan perbandingan 1:5 selama 15 menit selanjutnya diukur phnya (Apriyantono et al., 1989). Rancangan Percobaan dan Analisa Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan faktor A (perlakuan bahan pengisi berupa onggok dan gaplek), faktor B (lama penyimpanan) dan tiga kali ulangan. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1991). Y ijk = μ + α i + β j + (αβ) ij + ρ k + ε ijk Keterangan : Y ijk = Peubah respon karena pengaruh bersama taraf ke-i faktor (perlakuan bahan pengisi) dan taraf ke-j faktor (lama penyimpanan) pada ulangan ke-k (k=1,2,3). µ = Rataan umum i j = Pengaruh taraf perlakuan bahan pengisi (i=1,2,3,4,5,6,7) = Pengaruh taraf lama penyimpanan (j=0,4,8) β ij = Pengaruh interaksi taraf i bahan pengisi dan taraf j lama penyimpanan k = pengaruh aditif dari ulangan ijk = Galat percobaan pada ulangan ke-k pada kombinasi i dengan j dan interaksi ( ) ij Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan untuk melihat perbedaan diantara perlakuan yang diuji, maka dilakukan uji kontras ortogonal (Steel dan Torrie, 1991). 20