BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan Universitas

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1TAMBAKBOYO TUBAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

KARYA TULIS ILMIAH. PERILAKU REMAJA PUTRI DALAM PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI Di Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak Kabupaten Ponorogo

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG VULVA HIGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan reproduksi menjadi masalah serius yang menjadi

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN PRURITUS VULVA PADA SANTRIWATI DI ASRAMA HURUN INN DARUL ULUM JOMBANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa dalam masa transisi ini perilaku remaja dapat berubah-ubah, dapat mengarah ke perilaku positif maupun perilaku negatif. Hal itu dapat terjadi dalam berbagai aspek contohnya adalah perilaku dalam personal hygiene. Personal hygiene merupakan tindakan untuk memelihara kebersihan atau kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik maupun psikis (Isro in dan Andarmoyo, 2012). Kesehatan reproduksi remaja yaitu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen, dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual (BKKBN, 2012 dalam Winerungan, 2013). Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri, parasit, maupun virus mudah masuk ke liang vagina. Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai terutama dikalangan remaja. Untuk menjaga kebersihan tersebut, maka perlu melakukan personal hygiene saat menstruasi dengan benar, karena jika tidak benar akan meningkatkan resiko terkena infeksi pada organ reproduksi. Dari hasil penelitian perilaku positif perawatan genetalia 69,6% dan perilaku negatif 31,01%, dari prosentase tersebut yang tidak melakukan perilaku 1

2 personal hygiene menstruasi cenderung terkena infeksi (Riswanto, 2009 dalam Sari, 2009). Bila remaja putri yang kurang peduli akan kebersihan alat reproduksi dan mengakibatkan keseimbangan ph terganggu, misalnya tingkat keasaman menurun, pertahanan alamiah juga akan turun, dan rentan mengalami infeksi misalnya vaginitis, keputihan maupun ISR (Infeksi Saluran Reproduksi). Menjaga kesehatan organ reproduksi pada remaja diawali dengan menjaga kebersihan organ reproduksi. Angka kejadian infeksi saluran reproduksi (ISR) tertinggi di dunia adalah pada usia remaja (35%-42% ) dan dewasa (27%-33%). Prevalensi ISR pada remaja di dunia tahun 2006 yaitu : kandidiasis (25%-50%), vaginosis bekterial (20%-40%), dan trikomoniasis (5%-15%). Diantara negara-negara di Asia Tenggara, wanita indonesia lebih rentan mengalami ISR yang dipicu iklim Indonesia yang panas dan lembab. Jumlah kasus ISR di Jawa Timur seperti candidiasis dan servisitis yang terjadi pada remaja putri sebanyak 86,5% ditemukan di Surabaya dan malang. Penyebab tertinggi dari kasus tersebut adalah jamur candida albican sebanyak 77% yang senang berkembang biak dengan kelembapan tinggi seperti pada saat mentruasi. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat yang memudahkan pertumbuhan jamur (Kasdu, 2008 dalam Zahara, 2014). Peneliti melakukan penelitian di Pondok putri Darul Huda Mayak dengan alasan bahwa pondok tersebut masih menerapkan peraturan pada santri putri untuk menggunakan pembalut tradisional (kain) saat menstruasi, adanya peraturan itu menciptakan nilai dan norma pada santriwati yang tinggal di pondok pesantren Darul Huda Mayak. Hal itu mempengaruhi perkembangan

3 remaja khususnya remaja tengah (14-16 tahun), remaja tengah dalam masa perkembangannya memasuki fase diman ia mulai membangun nilai atau norma dan mengembangkan moralitas. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak pada tanggal 5 november 2015 kepada 10 santriwati kelas X didapat 100% menggunakan pembalut tradisional (kain) dari bahan handuk. Sedangkan personal hygiene pada saat menstruasi sebanyak 4 santriwati (40%) berperilaku positif karena santri tersebut menerapkan cara cebok yang benar, sedangkan sebanyak 6 santriwati (60%) berperilaku negatif karena satri tidak menerapkan cara cebok yang benar. Menurut para responden ada beberapa kelebihan dan kekurangan menggunakan pembalut tradisional yakni, keuntungan: lebih murah karena bisa di pakai berulang-ulang. Sedangkan kekurangangnya: karena terbuat dari bahan kain handuk yang kasar maka sering menimbulkan iritasi, gatal, rasa kurang nyaman dan sering bocor. Sedangkan masalah pada pemakain pembalut tradisional (kain) adalah kemampuan menyerap darah yang kurang baik, sehingga rawan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan kuman (Maharani, 2015). Ketika daya serap kurang baik maka kondisi kain akan cenderung lembab, yang memungkinkan tumbuhnya kuman maupun bakteri. Untuk pemakaian ulang santriwati juga harus menjaga kebersihan pembalut kain ketika dicuci karena darah juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman dan penularan penyakit. Penggunaan kain juga akan membuat lembab dan tidak nyaman bagi organ intim wanita. Untuk pemakaian kain yang aman bagi organ intim akhirnya harus lebih sering diganti dibanding jika menggunakan

4 pembalut biasa. Sehingga dengan begitu personal hygiene sangat di utamakan ketika seorang wanita menggunakan pembalut kain pada saat menstruasi, yang ketika memakai pembalut biasa harus mengganti setiap 4 jam sekali dan ketika banyak darah yang keluar bisa 1-2 jam sekali maka pada penggunaan pembalut kain akan lebih sering dalam menggantinya. Berdasarkan fakta dilapangan ditemukan kejadian seorang santriwati Pondok pesantren Darul Huda Mayak mengalami masalah organ reproduksi yakni bartholinitis, ia mengaku hal ini terjadi karena kurang menjaga kebersihan daerah kewanitaan dan kurang tahu cara cebok yang benar. Kebersihan selama menstruasi dipengaruhi beberapa faktor seperti daerah tempat tinggal, status ekonomi dan pengetahuan. Dampak yang ditimbukan karena kurangnya kebersihan pada saat menstruasi bisa menyebabkan infeksi saluran reproduksi dan human papilloma virus (HPV) berkembang biak. Virus HPV akan berkembang biak didalam organ kelamin wanita yang dalam kondisi lembab. Cara membersihkan daerah kewanitaan yang baik ialah membasuhnya dengan air bersih yang mengalir. Hal yang harus diperhatikan dalam membasuh daerah kewanitaan, terutama setelah buang air besar (BAB) yaitu dengan membasuh secara teratur bagian vulva (bibir vagina) secara hatihati menggunakan air bersih dengan cara yang benar yakni dari arah depan ke belakang, dan membersihkan bekas keringat yang ada di sekitar bibir vagina. Penggunaan pembalut perlu diperhatikan karena pembuluh darah rahim pada saat menstruasi mudah mengalami infeksi. Pada penggunaan pembalut kain yang berbahan dasar handuk memiliki dampak atau efek samping yang ditimbulkan, yaitu iritasi, rasa gatal dan rasa tidak nyaman. Sebaiknya

5 menggunakan kain yang halus dan tetap menyerap darah contohnya kain katun. Pembalut untuk menampung darah menstruasi, harus diganti sekitar 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari iritasi serta masuknya bakteri ke dalam vagina (Manuaba, 2002 dalam Winerungan, 2013). Celana dalam diganti 2 kali sehari, memakai pakaian dalam berbahan katun untuk mempermudah menyerapan (Laksmana 2002 dalam Lianawati 2012). Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perilaku Remaja Putri Dalam Personal Hygiene (Genetalia) Saat Menstruasi di Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak Ponorogo 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Perilaku Remaja Putri dalam Personal Hygiene Genetalia Saat Menstruasi di Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak Ponorogo 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Perilaku Remaja Putri dalam Personal Hygiene Genetalia Saat Menstruasi di Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak Ponorogo 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Institusi Penelitian ini untuk menambah pembendaharaan kepustakaan sebagai sarana memperkaya ilmu pengetahuan khususnya tentang personal hygiene saat menstruasi.

6 2. Bagi Dinas Kesehatan Menambah masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan dalam melaksanakan upaya-upaya pencegahan infeksi saluran reproduksi, berupa edukasi yang berkaitan dengan upaya dalam menjaga personal hygiene remaja pada saat mentruasi. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti a. Sebagai dasar wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan informasi tentang Perilaku Remaja Putri tentang Personal Hygiene Genetalia Saat Menstruasi. b. Menambah pemahaman tentang Perilaku Remaja Putri tentang Personal Hygiene Genetalia Saat Menstruasi. 2. Bagi Responden Sebagai tambahan informasi dan ilmu pengetahuan tentang Personal Hygiene Genetalia saat Menstruasi 3. Bagi Tempat Penelitian Sebagai dasar tambahan wacana serta informasi bagi institusi pendidikan tentang tingkat pengetahuan remaja dalam hal kesehatan reproduksi. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Fitriyah, imarotul (2014), Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan penelitian ini menggunakan deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 59 remaja putri kelas 5 dan 6 yang

7 telah menstruasi dengan teknik total sampling, menggunakan kuesioner yang kemudian dianalisa dengan coding, scoring dan tabulating. Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang personal hygiene menstruasi pada remaja putri dan menggunakan desain deskriptif. Sedangkan perbedaannya peneliti di atas menggunakan sample pada anak SD kelas 5 dan 6 yang sudah menstruasi, sedangkan peneliti menggunakan sample pada MA kelas X dan XI dengan jumlah sampel lebih besar. 2. Puspa, ratih dwi (2014). Gambaran Perilaku Personal Hygiene Remaja Putri Saat Menstruasi di Pedesaan. Penelitian ini menggunakan desain metode deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh remaja putri yang sudah mengalami menstruasi di Dukuh Tengger Desa Slahung Kabupaten Ponorogo, dengan tehnik Proporsionate Stratified Random Sampling sebanyak 41 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang kemudian dianalisa dengan coding, scoring dan tabulating. Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang personal hygiene saat menstruasi dan menggunakan desain deskriptif. Sedangkan perbedaannya peneliti dengan peneliti sebelumnya fokus pada personal hygiene pada genetalia saat menstruasi. Perbedaan kedua peneliti sebelumnya mengambil tempat di pedesaan sedangkan peneliti mengambil tempat dia MA Darul Huda Mayak. 3. Rohmah, eliya dkk (2013). Perilaku Remaja Putri Dalam Merawat Organ Genetalia Eksterna Selama Menstruasi Pada Siswi Kelas XI DI MAN Dolopo Kabupaten Madiun. Peneliti ini menggunakan desain metode deskriptif. Populasi peneliti adalah seluruh siswi kelas XI di MAN

8 Dolopo Kabupaten Madiun, dengan tehnik total sampling sebanyak 32 siswi, menggunakan kuesioner tertutup yang kemudian dianalisa dengan coding, scoring dan tabulating. Persamaan dengan peniliti adalah samasama menggunakan metode deskriptif dan sama-sama meneliti tantang perilaku remaja saat menstruasi. Sedangkan perbedaannya adalah peneliti di atas mengabil sample pada siswi MAN kelas XI di Dolopo, Madiun sedangkan peneliti pada siswi MA kelas X dan XI di Pondok Darul Huda Mayak Tonatan, Ponorogo dan jumlah sampel lebih besar.