BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 55 TAHUN 2013

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor 1 Tahun 2016 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 1 TAHUN TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROPINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA LUBUKLINGGAU NOMOR G TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2015

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI PADA SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 80 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 1<? TAHUN 2013 KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN BUPATI BENGKAYANG,

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR,

GUBERNUR RIAU. b. bahwa untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penerapan pemupukan berimbang diperlukan subsidi pupuk;

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

Transkripsi:

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60/Permentan /SR.130/12/2015 dan Pasal 4 ayat (3) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 79 Tahun 2015 tentang Kebutuhan dan Penyaluran Serta Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2016, maka perlu menetapkan Kebutuhan dan Penyaluran Serta Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Kabupaten Sidoarjo Tahun Anggaran 2016 dengan Peraturan Bupati Sidoarjo; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten/Kota Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730) ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478) ; 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;

4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660) ; 5. Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2014 Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5619) ; 6. Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5068), 7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Holtikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 10. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 11. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor : 308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 5613); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001, tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4079) ; 13. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai Barang dalam Pengawasan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2011; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 40/Permentan /OT.140/4/2007 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi; 2

15. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 20/M- DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa; 16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan /SR.140/8/2011 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik; 17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 70/Permentan /SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah; 18. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 15/M- DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian; 19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 130/Permentan /SR.130/11/2013 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2015; 20. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebutuhan Dan Penyaluran Serta Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2016; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015 Nomor 5 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015 Nomor 61); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN ANGGARAN 2016. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Pupuk An-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. 2. Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 3. Pupuk Bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan Kelompok Tani dan/atau Petani di Sektor Pertanian. 3

4. Pemupukan Berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. 5. Kebutuhan Pupuk Bersubsidi adalah alokasi sejumlah Pupuk Bersubsidi per Kabupaten/Kota yang dihitung berdasarkan usulan dari Bupati/Walikota atau Dinas yang membidangi sektor pertanian di Kabupaten/Kota. 6. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga Pupuk Bersubsidi yang dibeli oleh Petani/Kelompok Tani di Penyalur Lini IV yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian. 7. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak, dan budidaya ikan dan/atau udang. 8. Petani adalah perorangan Warga Negara Indonesia perseorangan dan / atau beserta keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan/atau peternakan. 9. Petambak adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan lahan untuk budidaya ikan dan/atau udang. 10. Kelompok Tani adalah kumpulan petani atau petambak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan anggotanya. 11. Pelaksana Subsidi Pupuk adalah Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan sebagai pelaksana penugasan untuk subsidi pupuk. 12. Penyalur di Lini III adalah Distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku. 13. Penyalur di Lini IV adalah Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku. 14. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani Pupuk Bersubsidi selanjutnya disebut RDKK adalah rencana kebutuhan pupuk bersubsidi untuk satu tahun yang disusun berdasarkan musyawarah anggota Kelompok Tani yang merupakan alat pesanan pupuk bersubsidi kepada Gabungan Kelompok Tani atau Penyalur Sarana Produksi Pertanian. 15. Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) adalah wadah koordinasi instansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh Gubernur untuk Provinsi dan oleh Bupati/Walikota untuk Kabupaten/Kota. BAB II JENIS PUPUK BERSUBSIDI Pasal 2 (1) Pupuk Bersubsidi terdiri atas Pupuk An-organik dan Pupuk Organik yang diproduksi dan/atau diadakan oleh Pelaksana Subsidi Pupuk. 4

(2) Pupuk An-organik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Urea, SP-36, ZA dan NPK BAB III PERUNTUKAN PUPUK BERSUBSIDI Pasal 3 (1) Pupuk Bersubsidi diperuntukkan bagi Petani dan/atau Petambak yang telah bergabung dalam Kelompoktani dan menyusun RDKK, dengan ketentuan: a. Petani yang melakukan usaha tani di bidang tanaman pangan sesuai areal yang diusahakan setiap musim tanam; b. Petani yang melakukan usaha tani di luar bidang tanaman pangan dengan total luasan maksimal 2 (dua) hektar setiap musim tanam; atau c. Petambak dengan luasan maksimal 1 (satu) hektar setiap musim tanam (2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan atau perusahaan perikanan budidaya. Pasal 4 (1) Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran Pemupukan Berimbang spesifik lokasi dengan mempertimbangkan penyerapan pupuk bersubsidi tahuntahun sebelumnya serta jumlah alokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi untuk Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Jawa Timur. (2) Kebutuhan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan menurut Sub Sektor, Kecamatan, Jenis dan Jumlah, sebagaimana tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. (3) Kebutuhan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirinci lebih lanjut dengan memperhatikan rekap RDKK yang disusun oleh Mantri Pertanian dan Kepala Balai Penyuluh Kecamatan dan diketahui Camat setempat menurut Sub Sektor, Kelurahan/Desa, Jenis, Jumlah dan Sebaran Bulanan. Pasal 5 Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Bupati Sidoarjo melakukan penyesuaian berdasarkan lokasi, jenis, jumlah dan waktu kebutuhan pupuk yang menjadi prioritas di wilayah kecamatan. Pasal 6 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Dinas Kelautan dan Perikanan bersama Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan melaksanakan pembinaan kepada Petani, Petambak 5

dan/atau Kelompok Tani dalam penyusunan RDKK sesuai luas areal usahatani dan/atau kemampuan penyerapan Pupuk Bersubsidi di tingkat Petani, Petambak dan/atau Kelompok Tani di wilayahnya. BAB IV PERUBAHAN DAN REALOKASI PUPUK BERSUBSIDI Pasal 7 (1) Dalam hal Kebutuhan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan 5 terjadi kekurangan dapat dipenuhi melalui realokasi antar Kecamatan, waktu dan subsektor yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sidoarjo. (2) Apabila terjadi realokasi antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur maka ditindaklanjuti realokasi antar Kecamatan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sidoarjo. (3) Apabila alokasi Pupuk Bersubsidi di wilayah Kecamatan pada bulan berjalan tidak mencukupi, Penyaluran Pupuk Bersubsidi di wilayahnya dapat dilakukan dengan menggunakan sisa alokasi bulan sebelumnya dan/atau dari alokasi bulan berikutnya dengan tidak melampaui alokasi 1 (satu) tahun, melalui penetapan realokasi. BAB V PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI Pasal 8 (1) Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran Pupuk Bersubsidi sampai ke Petani/Petambak dan/atau Kelompok Tani melalui Penyalur di Lini IV dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku. (2) Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian oleh Penyalur di Lini IV ke Petani/Petambak dan/atau Kelompok Tani diatur sebagai berikut : a. Penyaluran Pupuk Bersubsidi oleh Penyalur di Lini IV ke Petani/Petambak dan/atau Kelompok Tani dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku dan dibuktikan dengan catatan dan/atau nota pembelian kepada Petani/ Petambak dan/atau Kelompok Tani. 6

b. Penyaluran Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada huruf a memperhatikan kebutuhan Petani/Petambak dan/atau Kelompok Tani dalam RDKK dan alokasi di masing-masing wilayah. (3) Untuk kelancaran penyaluran Pupuk Bersubsidi di Lini IV ke Petani/Petambak dan/atau Kelompok Tani sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan berkoordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan guna melakukan pendataan RDKK di wilayahnya, sebagai dasar pertimbangan dalam penyaluran Pupuk Bersubsidi sesuai alokasi yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati Sidoarjo. (4) Optimalisasi pemanfaatan Pupuk Bersubsidi di tingkat Petani, Petambak dan/atau Kelompok Tani dilakukan melalui pendampingan penerapan Pemupukan Berimbang spesifik lokasi oleh Mantri Pertanian dan Penyuluh. (5) Pengawasan penyaluran Pupuk Bersubsidi di Lini IV ke Petani/Petambak dan/atau Kelompok Tani dilakukan oleh petugas pengawas yang ditunjuk sebagai satu kesatuan dari Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) di Kabupaten Sidoarjo. (6) Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sidoarjo melaksanakan Verifikasi dan Validasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi dan melaporkan hasil verifikasi dan validasi penyaluran pupuk bersubsidi setiap bulannya kepada Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. (7) Pelaksanaan verifikasi dan validasi penyaluran pupuk bersubsidi sebagimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan sesuai Petunjuk Pelaksanaan Verifikasi dan Validasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi Tahun 2016 yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 9 (1) Pelaksana Subsidi Pupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Penyalur di Lini III, dan Penyalur di Lini IV wajib menjamin ketersediaan Pupuk Bersubsidi saat dibutuhkan Petani, Petambak dan/atau Kelompok Tani di wilayah tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Untuk menjamin ketersediaan Pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pelaksana Subsidi Pupuk wajib berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sidoarjo dan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Sidoarjo sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 10 (1) Penyalur di Lini IV yang ditunjuk wajib menjual Pupuk Bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). (2) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. Pupuk Urea : Rp. 1.800,-/kg; b. Pupuk SP-36 : Rp. 2.000,-/kg; 7

c. Pupuk ZA : Rp. 1.400,-/kg; d. Pupuk NPK : Rp. 2.300,-/kg; e. Pupuk Organik : Rp. 500,-/kg. (3) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk pembelian oleh Petani, Petambak dan/atau Kelompok Tani di Lini IV secara tunai dalam kemasan sebagai berikut : a. Pupuk Urea : 50 Kg; b. Pupuk SP-36 : 50 Kg; c. Pupuk ZA : 50 Kg; d. Pupuk NPK : 50 Kg; e. Pupuk Organik : 40 Kg. Pasal 11 (1) Kemasan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 harus diberi label tambahan berwarna merah, mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus, yang bertuliskan : Pupuk Bersubsidi Pemerintah Barang Dalam Pengawasan (2) Khusus penyediaan dan penyaluran Pupuk Urea bersubsidi berwarna merah muda (pink) dan Pupuk ZA bersubsidi berwarna jingga (orange). BAB VI PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 12 (1) Pelaksana Subsidi Pupuk wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran Pupuk Bersubsidi dari Lini I sampai Lini IV sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku serta melakukan pengawalan terhadap penyaluran Pupuk Bersubsidi dari Lini IV ke Petani/Petambak dan/atau Kelompok Tani. (2) Pelaksana Subsidi Pupuk wajib melaporkan perkembangan realisasi penyaluran Pupuk Bersubsidi sampai ke Petani/Petambak dan/atau Kelompok Tani setiap bulannya kepada Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sidoarjo dan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Sidoarjo. Pasal 13 Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) Kabupaten Sidoarjo wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran, penggunaan dan harga pupuk bersubsidi di wilayahnya oleh Penyuluh dan Mantri Pertanian. 8

Pasal 14 Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) Kabupaten Sidoarjo menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan Pupuk Bersubsidi di wilayah kerjanya kepada Bupati Sidoarjo. BAB VI PENUTUP Pasal 15 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2016 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo. Diundangkan di Sidoarjo Ditetapkan di Sidoarjo Pada tanggal 31 Desember 2015 pada tanggal 2013 pada tanggal 2015 Pj. BUPATI SIDOARJO, TTD JONATHAN JUDIANTO Diundangkan di Sidoarjo pada tanggal 31 Desember 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIDOARJO, ttd VINO RUDY MUNTIAWAN BERITA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 NOMOR 63 9

NO KECAMATAN ALOKASI PUPUK UREA BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2016 B U L A N JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES JUMLAH 1 Sidoarjo 2,00 3,00 4,00 4,00 3,00 3,00 3,00 4,00 2,00 5,00 4,00 3,00 40,00 2 Buduran 5,00 4,00 5,00 5,00 6,00 5,00 5,00 5,00 2,00 8,00 7,00 6,00 63,00 3 Candi 5,00 5,00 5,00 4,00 6,00 5,00 5,00 5,00 2,00 9,00 8,00 5,00 64,00 4 Porong 6,00 5,00 6,00 7,00 8,00 8,00 2,00 2,00 3,00 7,00 5,00 6,00 65,00 5 Tanggulangin 5,00 4,00 5,00 4,00 4,00 3,00 2,00 5,00 4,00 4,00 4,00 5,00 49,00 6 Jabon 8,00 6,00 8,00 6,00 7,00 8,00 2,00 2,00 3,00 3,00 2,00 2,00 57,00 7 Tulangan - - - - - - - - - - - - - 8 Krembung - - - - - - - - - - - - - 9 Krian - - - - - - - - - - - - - 10 Prambon - - - - - - - - - - - - - 11 Tarik - - - - - - - - - - - - - 12 Balongbendo - - - - - - - - - - - - - 13 Wonoayu - - - - - - - - - - - - - 14 Taman - - - - - - - - - - - - - 15 Sukodono - - - - - - - - - - - - - 16 Waru 5,00 4,00 4,00 2,00 3,00 4,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 34,00 17 Gedangan 5,00 2,00 5,00 5,00 5,00 5,00 3,00 3,00 3,00 3,00 4,00 5,00 48,00 18 Sedati 5,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00 2,00 3,00 2,00 3,00 4,00 2,00 34,00 JUMLAH 46,00 35,00 45,00 39,00 45,00 44,00 26,00 31,00 23,00 44,00 40,00 36,00 454,00 10

ALOKASI PUPUK SP-36 BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2016 NO KECAMATAN B U L A N JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES JUMLAH 1 Sidoarjo 2,00 2,00 2,00-2,00 2,00 1,00-2,00-2,00 1,00 16,00 2 Buduran 2,00 2,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00-2,00 1,00 2,00 1,00 18,00 3 Candi 2,00 2,00 2,00-2,00 2,00 1,00-2,00-2,00 1,00 16,00 4 Porong 2,00 2,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00-2,00 1,00 18,00 5 Tanggulangin 1,00 2,00 2,00-2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 1,00 17,00 6 Jabon 1,00 2,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00-2,00-2,00 1,00 16,00 7 Tulangan - - - - - - - - - - - - - 8 Krembung - - - - - - - - - - - - - 9 Krian - - - - - - - - - - - - - 10 Prambon - - - - - - - - - - - - - 11 Tarik - - - - - - - - - - - - - 12 Balongbendo - - - - - - - - - - - - - 13 Wonoayu - - - - - - - - - - - - - 14 Taman - - - - - - - - - - - - - 15 Sukodono - - - - - - - - - - - - - 16 Waru 2,00 2,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00-2,00 1,00 2,00 1,00 18,00 17 Gedangan 2,00 2,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00-2,00 1,00 2,00 1,00 18,00 18 Sedati 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00-2,00 1,00 1,00 1,00 15,00 JUMLAH 16,00 18,00 17,00 6,00 17,00 18,00 9,00 2,00 18,00 5,00 17,00 9,00 152,00 11

ALOKASI PUPUK ZA BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 NO KECAMATAN B U L A N JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES JUMLAH 1 Sidoarjo - - - - - - - - - - - - - 2 Buduran - - - - - - - - - - - - - 3 Candi - - - - - - - - - - - - - 4 Porong - - - - - - - - - - - - - 5 Tanggulangin - - - - - - - - - - - - - 6 Jabon - - - - - - - - - - - - - 7 Tulangan - - - - - - - - - - - - - 8 Krembung - - - - - - - - - - - - - 9 Krian - - - - - - - - - - - - - 10 Prambon - - - - - - - - - - - - - 11 Tarik - - - - - - - - - - - - - 12 Balongbendo - - - - - - - - - - - - - 13 Wonoayu - - - - - - - - - - - - - 14 Taman - - - - - - - - - - - - - 15 Sukodono - - - - - - - - - - - - - 16 Waru - - - - - - - - - - - - - 17 Gedangan - - - - - - - - - - - - - 18 Sedati - - - - - - - - - - - - - JUMLAH - - - - - - - - - - - - - 12

ALOKASI PUPUK NPK BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 NO KECAMATAN B U L A N JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES JUMLAH 1 Sidoarjo - - - - - - - - - - - - - 2 Buduran - - - - - - - - - - - - - 3 Candi - - - - - - - - - - - - - 4 Porong - - - - - - - - - - - - - 5 Tanggulangin - - - - - - - - - - - - - 6 Jabon - - - - - - - - - - - - - 7 Tulangan - - - - - - - - - - - - - 8 Krembung - - - - - - - - - - - - - 9 Krian - - - - - - - - - - - - - 10 Prambon - - - - - - - - - - - - - 11 Tarik - - - - - - - - - - - - - 12 Balongbendo - - - - - - - - - - - - - 13 Wonoayu - - - - - - - - - - - - - 14 Taman - - - - - - - - - - - - - 15 Sukodono - - - - - - - - - - - - - 16 Waru - - - - - - - - - - - - - 17 Gedangan - - - - - - - - - - - - - 18 Sedati - - - - - - - - - - - - - JUMLAH - - - - - - - - - - - - - 13

ALOKASI PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2016 B U L A N NO KECAMATAN JUMLAH JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES 1 Sidoarjo - - - 1,00 - - - - - - - 1,00 2,00 2 Buduran 1,00 - - 1,00 - - 1,00 - - - - 1,00 4,00 3 Candi - - 1,00 1,00 1,00 - - - - - 1,00 1,00 5,00 4 Porong - - - 1,00-1,00-1,00 - - - 1,00 4,00 5 Tanggulangin - 1,00-1,00-1,00 - - - - 1,00 1,00 5,00 6 Jabon 1,00 - - 1,00 - - - 1,00 1,00-1,00 1,00 6,00 7 Tulangan - - - - - - - - - - - - - 8 Krembung - - 1,00-1,00 - - - - - - - 2,00 9 Krian - - - - - - - - - - - - - 10 Prambon - - - - - - - - - - - - - 11 Tarik - - - - - - - 1,00 - - - - 1,00 12 Balongbendo - - - - - - - - - - - - - 13 Wonoayu - 1,00 - - - - - - - - - - 1,00 14 Taman - - - - - - - - - - - - - 15 Sukodono - 1,00-1,00 - - - - - - - - 2,00 16 Waru - - 1,00 1,00 - - - - - 1,00-1,00 4,00 17 Gedangan - - - 1,00 - - - - - 1,00-1,00 3,00 18 Sedati - - - 1,00-1,00 - - - - - 1,00 3,00 JUMLAH 2,00 3,00 3,00 10,00 2,00 3,00 1,00 3,00 1,00 2,00 3,00 9,00 42,00 Pj. BUPATI SIDOARJO, ttd JONATHAN JUDIANTO 14